Waspadailah ‘Dunia’ atau Uang
Selasa, 18 Juli 2017
Tambah Komentar
Aku tidak menyuruhmu untuk menjauhi uang, Taufik, sebab berulang-ulang engkau terdesak dengan sesuatu yang bernama uang. Uang, di zaman seperti sekarang ini, laksana dan hampir menduduki kedudukan yang tertinggi dan terkesan mulia; namun, engkau, bersama keluargamu, mampu mencukupi tentang kehidupan tanpa engkau melek-melek terhadap uang.
Apalagi mengemis-ngemis kepada orang yang hartawan, karena hartanya; jangan.
Apalagi meminta-minta tentang pekerjaan yang berstatuskan keuangan, jangan.
Engkau masih mencukupi dalam hal itu, Taufik. Sekali lagi, engkau masih mencukupi tentang kebutuhan dunia, Taufik.
Cermatilah, kebutuhan duniamu tidak seribet itu untuk memegang adil peranan keuangan. Engkau masih sedikit ‘kebutuhan’ untuk hal-hal yang berkaitan dengan uang.
Jangan jadikan dirimu mudah terhasut karena dasar, keuangan.
Jangan jadikan dirimu mudah tergoda karena dasar, jabatan.
Jangan jadikan dirimu mudah tergiur karena dasar, yang berkaitan dunia.
Telah engkau ketahui, dunia itu sedikit dibanding kesedikitan; dunia itu ringkas dan teramat ringkas. Usia waktu di dunia itu tidaklah panjang, paling mentok 100 tahun, Taufik. Dan tugasmu adalah mempertahankan kehidupanmu pada masa tenggang waktu yang begitu. maksud mempertahankan adalah bagaimana caramu ‘tinggal’ di dunia yang menjalin-jalin ini, merajut-rajut; antara semuanya:
Manusia dengan manusia.
Manusia dengan jabatannya.
Manusia dengan status kemanusiaan.
Manusia berserta usianya.
Manusia beserta pekerjaannya.
Dan manusia dengan mahluk-mahluk yang lainnya, yang mana engkau pun percaya dengan keberadaan alam gaib.
Yang pasti, engkau harus waspadai dengan gerak-gerik dunia seisisnya. Engkau harus membaca dengan cermat, gerakan zaman seperti sekarang ini, yang mana:
Orang-orang menjelma manusia-konsumtif
Orang-orang menjelma manusia-popularistik.
Orang-orang menjelma manusia-materialistik.
Orang-orang menjelma manusia-individualistik.
Dan engkau, jadilah engkau menjelma manusia yang individualistic dalam ukuran islam; bagaimana? Yakni selamatkan dirimu dari api neraka yang telah disediakan oleh-Nya. Selamatkan dirimu dari ‘tekanan’ dunia yang semakin menjadi, dan itu pun telah diseting oleh-Nya. Selanjutnya, selamatkanlah isterimu, selamatkanlah keluargamu, selamatkanlah saudara-saudaramu, selamatkanlah kerabat-kerabatmu. Kalau itu membuatmu berat:
Sesungguhnya tugasmu adalah menyampaikan, bukan memaksakan.
Tugasmu adalah memperingatkan, bukan menghendaki untuk praktek kebaikan.
Tugasmu adalah memberi kabar gembira buat orang-orang yang beriman.
Dan bukankah engkau pun telah membaca ayat-ayat-Nya, membaca kitab suci-Nya, bahwa banyak juga orang yang telah mengaku beriman, tapi sebenarnya dalam dadanya tidak beriman. Sungguh, Allah itu maha mengetahui, Taufik.
Sekali lagi, percayalah dengan gusti allah, Taufik.
Gusti Allah itu, Maha Kaya, maka mintalah pertolongan kepada-Nya.
Gusti Allah itu, Maha Kuasa, maka mintalah kekuasaan kepada-Nya.
Selain itu, aku tidak menganjurkan dirimu untuk bermalas-malasan,yakni tidur-tiduran, mengharapkan rezeki dari orang-orang; tidak, aku tidak mengajurkan dirimu seperti itu. Engkau masih berdaya diri mampu mengerjakan, maka bekerjalah.
Engkau masih berdaya-diri untuk berpikir, maka berpikirlah.
Masih berdaya diri untuk mencari, maka mencarilah.
Namun, ingatlah, bahwa apa-pun penting diserahkan kepada-Nya. Apa-pun penting dikembalikan kepada-Nya. Karena kita percaya, bahwa apa-apa adalah kuasa-Nya. Apa-apa adalah milik-Nya.
Sudah! Jangan ribetkan tentang teori demi teori.
Jangan ribetkan tentang ‘ilmu’ apa yang terjadi pada diri kita.
Jangan ribetkan sesuatu apa yang terjadi pada jalinan kita.
Niat kita sederhana, bahwa kita berdaya diri menghamba kepada-Nya, Allah, dan Dialah yang Maha Kaya, kepada-Nya kita meminta. Kepada-Nya kita berserah. Begitu ya…
2017
Belum ada Komentar untuk " Waspadailah ‘Dunia’ atau Uang "
Posting Komentar