APA KABAR TAUFIK?






Apa kabar Taufik? maksudku, kabar pemikiranmu, pemikiran tentang kuliahmu, pemikiran tentang ekonomi, pemikiran tentang realitasmu, pemikiran tentang cintamu, pemikiran tentang pemikiranmu; apakah kabar pemikiranmu baik-baik saja, atau kabar pertubuhanmu baik-baik saja, atau kabar tentang kedirianmu baik-baik saja; karena aku melihat kabarmu semakin payah menempatakan dirimu, yang mana di dalam mind-set pemikiranmu tertanam ambisi yang dalam--maka buanglah. min-set pemikiranmu dibayangi oleh masa depan yang tidak jelas, kabar pemikiranmu dikawani oleh angan-angan yang melampaui realitasmu.



Saranku, sekarang, lebih baik engkau terima dunia apa adanya, terima gerak-dunia yang telah menjadi seperti ini. Maksudku, bahwa keadaan yang menjadi seperti sekarang ini adalah takdir-Nya, yang engkau tidak bisa mengubah apa yang telah ditentukan oleh-Nya. Artinya, engkau jalanilalah apa-apa yang telah menjadi bagian dirimu, yang telah menjadi bagian dirimu, dengan syarat, tetaplah engkau berpegang pada tali islam. tetaplah engkau berpegang pada prinsip islam. yang berarti, damai. yang berarti selamat. selamat buat dirimu, jangan pentingkan dulu tentang orang-orang, jangan pentingkan buat orang-orang banyak; ingatlah, dirimu masih belum baik buat kelayakan-umum, yang sarat diselimuti hasrat-kemanusiaan, ambisi atas nama, ambisi keuangan. Jika faktanya, lidahmu sering meletup tentang realitas; tetaplah menjadi seperti dirimu, yang tujuannya, nah sekarang, penting itu, Taufik, bahwa tujuanmu adalah penyelamatan dirimu, bukan berarti engkau menanamkan kuat tentang individualis, melainkan memasrahkan kepada Tuhanmu. Pasrahkan kedirianmu kepada Tuhanmu. pasrakah perkabaranmu kepada Tuhanmu, karena aku pun begitu, lalu mampuku bertanya kepadamu;



apa kabar Taufik? maksudku, kabar tulisanmu, kabar skripsimu, kabar artikelmu, kabar puisimu, kabar keilmiahmu, kabar realitasmu, kabar tentang eksistensimu? karena aku melihat, dirimu mulai semakin samar pada tulisanmu, semakin tidak fokus untuk garapan skripsimu, semakin lalai dengan artikelmu, semakin lalai dengan puisimu, semakin lalai dengan belajar keilmiahanmu, dan semakin kacau tentang realitasmu, yang mana engkau menuangkan ide-ide filsafat sekaligus keluhan agamamu engkau taburkan kepada orang-orang lalu belum menemukan jawaban dengan sungguh kepada dirimu; terlebih lagi di zaman seperti sekarang ini, yang mana orang-orang 'diam-diam' masih menekan tentang perkuliahanmu, tentang kedirimuanmu, tentang bekas-bekas sejarahmu, yang lebih parahnya lagi engkau semakin jelas dan semakin menjadi 'satu kesatuan' manusia yang utuh, sementara statusmu belum jelas arahnya, maka saranku;



luangkan, dan pukullah rasa malasmu untuk menulis yang itu bertujuan, Taufik.

luangkan, dan jalankanlah skripsimu yang itu menyelamatkan statusmu, Taufik.

luangkan, dan rangkailah puisimu yang itu menunaikan persulukanmu, Taufik,

kerjakan, dan fokuslah pada ilmiahmu yang itu menyelamatkan tentang eksistenmu, Taufik.

tetap dan semakin liarlah, eksistensimu, yang itu semakin menjelaskan tentang kedirianmu, menyibukan dirimu, supaya semakin ketara tentang soal-soal yang hendak engkau jawabkan itu; dengan modal-modal ilmu dan pengetahuanmu, yang dengan itu engkau mempunyai tujuan, dan terimalah tentang 'bekas-sejarah' yang itu menyertaimu, dan lebih banyaklah engkau membaca, sebagai referensi untuk memperjelaskan tentang 'keilmuanmu', tentang penangkapan atau tambahan pengetahuanmu.



rasa malas, itu adalah tabiat manusia, pukullah dengan cambuk yang keras dari dalam dirimu. engkau engkau tidak mampu atau kasihan pada keakuanmu, mintalah pertolongan kepada tuhanmu, bukankah engkau mempunyai tuhan, Taufik. serahkan apa-apa yang menyelimutimu dan itu menjadikanmu payah kepada tuhanmu, Taufik. Bukankah engkau telah berusaha, atau sudah benar-benarkah engkau berusaha? maka jalankanlah yang itu menjadi tanggung-jawabamu hari ini. tunaikanlah yang itu menjadi 'keharusan' bagimu; kalau engkau dibayangi oleh pengetahuan agama, maka belajarlah.

kalau engkau ditakuti dengan perfikihan, belajarlah.

kalau engkau ditakuti dengan rasa percaya, percayalah.

kalau engkau dibedaki dengan ekonomi, berupayalah.

yang pasti, engkau harus mengenal jelas, paham, dengan kedirianmu, serta tabia-tabiat manusiawi; bukankah yang menjadi soal hari ini engkau lalai bahwa manusia mempunyai tabiat atau watak atau sesuatu yang itu mengendap pada kedirian manusia? Yakni, sisi kebinatangan dan sisi kepersetananmu, maka amatilah dirimu sekali lagi: pasti, yang salah adalah dirimu. namun, lagi-lagi, mampuku bertanya: 



Apa kabar Taufik? semoga keselamatan dan kesejahteraan untuk kita semua. Amin



2017



Belum ada Komentar untuk "APA KABAR TAUFIK?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel