Adakah Yang Salah di Desa Wargo Mulyo? Apa! Apa! Apa!




Taufik, apakah yang engkau pikirkan? Mengapa engkau sibuk memikirkan sesuatu yang itu besar bagimu? Kenanglah, desa wargo mulyo, itu ukurannya besar, Taufik. Bukankah engkau agak tahu berapa banyak jiwa-jiwa yang ada di desa wargo mulyo? Engkau agak tahu tentang watak-watak manusia, engkau agak tahu tentang pergerakan-dunia lewat pembacaan-filsafatmu, lewat pembacaan bangsa-eropa. Dan sekarang lihatlah dirimu, teroponglah sekali lagi tentang dirimu; dirimu itu yang salah apa, Taufik? Bukankah engkau termasuk bagian manusia wargo mulyo?

Jika engkau berkata, ‘masalah desa wargo mulyo adalah ketidak-akuran antara umara dan ulama?”

Jawabnya, ‘tinggal di akurkan. Bukankah desa wargo mulyo, sejak awalnya telah akur dengan keduanya? Jika engkau bertanya, bagaimana cara mengakurkan? Maka jawabnya: pertemukan di antara keduanya. Lalu berbicara tentang pemerintahan desa wargo mulyo, yang itu diputuskan dengan ilmunya para umara’

Jika engkau berkata, ‘masalah desa wargo mulyo adalah ulama yang tidak berperan sebagai ulama?’

Maka jawabnya, ‘tinggal diperankan menjadi ulama. Caranya? Maka kumpulkan para ulama, dan katakan; bahwa masalah kita ulama tidak berperan selayaknya ulama.’

Jika engkau berkata, ‘masalah desa wargo mulyo adalah manusianya sarat dengan mata-duitan?’

Maka jawabnya, ‘itulah tugas seluruh ulama dan umara yang menyampaikan tentang umat dan rakyatnya. Supaya jangan mata duitan; hidup harus kaya tapi jangan mata duitan.’

Jika engkau berkata, ‘masalah desa wargo mulyo adalah manusianya malas-malasan?’

Maka jawabnya, ‘ya jangan malas-malasan. Caranya? Lewat dukungan ulama dan umara, untuk menyatakan supaya jangan malas-malasan!’

Jika engkau berkat, ‘masalah desa wargo mulya adalah manusia sarat dengan gengsi, gengsian.’

Jawabnya,’ engkau tinggal menyampaikan, kepada masyarakat wargo mulyo bahwa masalah utamanya adalah gengsi-gengisian. Jika engkau tidak mempunyai cara. Maka lewat umara dan ulamalah cara untuk menyampaikan.’

Jika engkau berkata, ‘masalah desa wargo mulyo adalah manusianya tidak mengetahui tentang kedirianya?’

Maka jawabnya, ‘lewat umara dan ulama, maka penting mengabarkan tentang kediriannya. Siapa dia? Darimana dia tinggal? Di lingkungan apa di tinggal? Tujuan apa dia hidup! Kemana arahnya hidup! Dan lewat umara dan ulamalah semuanya bisa diatasi.’

Jika engkau berkata, ‘ternyata, peran umara tidak benar-benar berperan layaknya umara?”

Maka jawabnya, ‘tinggal dikatakan, bahwa umara itu belum benar-benar berperan layaknya umara. Caranya? Sampaikan kepada pemimpinnya, bahwa para umara tidak benar-benar berperan layaknya pemimpin. Dan sampaikan dengan cara yang baik.’

Jika engkau berkata, ‘kemana arah hidup manusia wargo mulyo?’

Jawabnya, ‘ah taufik, ketahuilah, engkau adalah bagian dari manusia wargo mulyo; katakan kepada dirimu, kemana arahmu sebagai manusia yang itu manusia wargo mulyo? Bukankah engkau tetap mengengan bahwa desa wargo mulyo adalah desa kelahiranmu. Desa yang dimana engkau diajarkan ilmu pengetahuan. Desa yang dimana engkau bertemu dengan kawan-kawan dan keluarga. Desa yang menjadikanmu melihat tentang dunia dan seisinya; melihat dunia dengan bola-matamu dan mampu membeda-bedakan.

Sudah, pasrahkan arah hidupmu kepada Tuhan Yang Maha Segala. Entah apa-pun itu tujuanmu; yang pasti, lilahi ta’ala dan berdaya diri hidup karena Allah. hidup karena Allah. Tancapkan niat karena Allah, dalam-dalam pada lubuk hatimu. Dan sungguh, engkaulah yang paling kuat mengetahui tentang arahmu.

Yang pasti, engkau jangan lalaikan bahwa engkau masih belajar. selesaikanlah pelajaranmu. Selesaikanlah tugas-tugasmu. Sungguh, setiap manusia dibebani gusti allah menurut kesanggupannya. Sudah, jangan payah-payahkan memikirkan yang lain. Jangan payah-payahkan memikirkan desa wargo mulyo. Ketahuilah, sesungguhnya engkau siapa bagi desa wargo mulyo?

Adalah rakyat, yang mungkin, belum sepenuhnya menjadi rakyat yang baik bagi desamu.

Engkau adalah muslim, yang mungkin, belum sepenuhnya menjadi muslim yang baik bagi tuhanmu, bagi lingkunganmu.

Maka, sekali lagi, pikirkanlah tentang kerakyatanmu. Pikirkanlah sekali lagi, tentang kemuslimanmu. Sudah, jangan pikirkan tentang kemusliman-kemusliman yang lain, tapi pikirkanlah kemuslimanmu; sibuk sekali engkau memikirkan muslim yang lain, memangnya statusmu dalam ‘agama’ apa? Dan engkau pun tidak mempunyai status yang jelas pada agama, apalagi di desamu?

Khatib? Bukan.

Penceramah? Bukan.

Guru ngaji? Bukan.

Imam? Bukan.

Kaum? Bukan.

Engkau adalah pelajar, Taufik. Kenanglah dirimu. Tancapkan statusmu sekali lagi, Taufik. Engkau adalah pelajar. Maka selesaikanlah pelajaranmu. Ayo, tunaikanlah tugasmu. Godaan memang selalu ada, maka jangan malas ya, Taufik.

Jika engkau bertanya, ‘adakah yang ada di desa wargo mulyo?’

Jawabku, ‘engkaulah yang salah, Taufik. Maka benahilah dirimu. Benarilah dirimu. Demikian.’

2017

Belum ada Komentar untuk " Adakah Yang Salah di Desa Wargo Mulyo? Apa! Apa! Apa! "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel