APA KABAR TAUFIK? MAKSUDKU KABAR TENTANG RUMAHMU




Apa kabar Taufik? Maksudku kabar tentang rumahmu, apakah engkau mengetahui tentang detail-detail rumahmu? Atua bagaimana tentang warna-warna yang ada pada rumahmu? Atau engkau telah mengetahui berapa luas lapang rumahmu? Atau berapa banyak sawang-sawang yang ada di rumahmu? Atau berapa banyak hal yang tidak engkau ketahui tentang rumahmu? Atau sebenarnya engkau mengetahui tapi tidak memahami:

Begitu juga dengan ilmu-ilmu yang melintasi dalam benak pemikiranmu, melintas-lintas seakan-akan tahu, tapi sayang tidak benar-benar memahami apa yang biasa di tahu itu. dan jalan untuk mengetahuinya, maka engkau harus mengaktifkan penuh tentang panca-inderamu terhadap pengamatan pengamatanmu: mata bukan sekedar melintasi perlihatan, melaikan benar-benar melihat. Apakah rumahmu akan roboh? Atau cat-cat rumahmu sudah luntur? Atua genteng yang berada di rumahmu mulai rontok dan genteng sebagian telah meresap alias berlubang, menetes pada platfon-platfonmu jadilah bercak-bercak hitam karena ditetesi air itu? atau;

Bagaimana kesungguhan kabarmu, Taufik? Maksudku kabar tentang rumahmu, apakah engkau memahami fungsi dari rumah yang sesungguhnya? Ataukah engkau sekedar menempati suatu bangunan lalu engkau katakan bahwa itu adalah rumahmu? Atau sudahkah engkau mendengar tentang sejarah rumahmu? Memang sejarah rumahmu, seakan itu tidak penting, apalagi untuk hal akademisi, apalagi berkaitan dengan kuliahmu, tentu itu sangat-sangat tidaklah penting, namun ketahuilah:

Terkadang kita lebih mengutamakan tentang rumah lain, atau rumah demi rumah itu yang bukan sama-sekali hak kita, namun kita lalai terhadap rumah yang itu terpunyai hak individu. Dan terkadang, kita lebih suka membaca tentang orang lain, tapi lalai untuk membaca diri sendiri, walau kenyataannya kita sering membaca diri sendiri, tapi tidak mengakui dengan sungguh bahwa itu adalah pembacaan terhadap diri sendiri. Tidak berani mengaku dengan sungguh, bahwa itu adalah benar-benar membaca benar-benar teliti terhadap kedirian kita sendiri. Apakah aku mengajak untuk lebih cerlang membaca kedirian dan mengaku-aku tentang kedirian? Tidak! Sebenarnya, kita telah banyak perakuan, hanya saja tidak benar-benar mengaku. Malah bahkan tidak cerlang sungguh untuk ‘mengakui’ apa yang diaku. 

Ah sebenarnya aku hendak bertanya, apa kabarmu Taufik? Maksudku kabar tentang rumahmu; apakah engkau mengurus rumahmu? Apakah engkau mengerti arti dari ‘mengurus’ rumah? Yakni, sudahkah engkau merapi-rapikan barang-barang yang ada di rumahmu? Atua sudahkah engkau mengetahui mengapa barang-barang itu ada di dalam rumahmu? Dan orang-orang sering menyebut perabotan rumah tangga, dan sudahkah engkau memahami mengapa manusia membutuhkan perabotan rumah tangga? Atau jangan-jangan engkau tidak memahami hal-hal ringan tersebut, lalu engkau sibuk membicaran yang itu jauh dari jangkauan realitasmu? Jauh dari jangkauan kenyataanmu? Ketahuilah:

Kita sering geger terhadap hal-hal itu yang jauh dari kenyataan, namun jarang sekali menggegeri terhadap sesuatu yang itu adalah sarat dengan nilai kenyataan, yang itu sarat dan benar-benar nyata bagi lingkungannya, bagi kenyataannya. Lalu kita mengingini yang itu bukan pada kenyataan kita, lalu kita ‘iri’ dengan apa-apa yang orang kerjakan. Itulah tabiat manusia, Taufik. Tabiat yang sering terjadi pada diri manusia, yang lalai mengetahui kediriannya. Lalai dengan keakuannya. Dan engkau, lalai dengan rumahmu. Maka kutanyakan:

Apa kabarmu taufik? Maksudmu tentang rumahmu? Sudahkah engkau memahami sungguh tentang ‘diksi’ yang diarahkan kepadamu: yakni rumahmu. Dan engkau mengaku ‘inilah rumahku’. Kataku, apa makna dari diksi yang engkau katakana itu, Taufik? Inilah rumahku. Maksudku, itukah hakmu sepenuhnya sehingga engkau mengakui bahwa itu adalah rumahmu? Atau, itukah kontrolmu atau apa-apa yang berada pada bangungan yang engkau aku itu? atua, itu milik orang tuamu? Atau itu sekedar diksi untuk membedakan bahwa itu bukan rumahku, melainkan rumahmu. Atau, sebuah diksi yang mempermudahan untuk menunjukan arah kepada dirimu. Atau tempat persembunyianmu untuk melakukan kebebasan atas rasa manusiawimu? Tempat rahasia buat dirimu! Atau tentang apakah engkau mengaku-aku bahwa itu adalah rumahmu, yang berfakta itu memang rumahmu. Ah sesungguhnya aku ingin bertanya kepadamu:

Apa kabarmu Taufik? Maksudku kabar tentang rumahmu. Yang tujuannya, adalah supaya engkau mensyukuri bahwa ternyata engkau mempunyai sesuatu untuk diaku; supaya engkau menjalankan fungsi yang sesungguhnya dari apa yang disebut dengan rumah. Kataku, ‘apakah fungsi rumah yang itu teraku menjadi ‘rumahmu’?’ ah maafkan aku, yang sesungguhnya ingin bertanya: apa kabarmu Taufik? Maksudku kabar tentang rumahmu…



2017

Belum ada Komentar untuk " APA KABAR TAUFIK? MAKSUDKU KABAR TENTANG RUMAHMU"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel