APA KABAR, SAYANGKU?







Apa kabar sayangku? Maksudku, kabar ketaatanmu: taat kepada tuhanmu? Apakah engkau masih memegang teguh tali kepercayaanmu? Atau engkau goyah karena orang-orang disekitarmu mulai tidak-taat dan engkaukah turut tidak taat: atau bagaimana sesungguhnya ketaatanmu? apakah engkau masih rajin melaksanakan perintah Tuhanmu atau engkau mulai bangga dengan pelanggaranmu? karena zaman semakin terang benderang dan orang-orang perlahan-lahan mulai enggan menjalankan perintah Tuhan, dan seakan tatkala menjalankan laksana dipaksa dan sarat keterpaksaan. Aku harap, engkau senantiasa taat, taat dalam arti tidak melampaui bagaimana keadaanmu, ah sebenarnya yang hendak aku tanyakan kepadamu ialah



Bagaimana kabarmu, sayanku? Maksudku kabar tentang hatimu. Apakah hatimu masih teguh kepada tuhanmu? artinya, engkau masih menganggap bahwa Tuhan itu ada, dan engkau membutuhkan-Nya dalam segala kondisi; entah pada keadaan suka, maupun duka. tetap, engkau menyandarkan diri kepada Tuhanmu. Tidak marah pada saat engkau kecewa, atau bahkan engkau marah-marah karena Tuhanmu tidak mengabulkan dengan cepat permintaanmu. Atau, hatimu masih teguh dengan tuhanmu, dan engkau menyerahkan seluruh gerak-gerik zaman kepada tuhanmu, dan segala 'rasa yang bersinggah' pada dirimu adalah ketetapan dari-Nya yang tidak bisa diubah kecuali karena kehendak-Nya. ah saya jadi bercerita tentang itu, padahal, aku hendak bertanya kepadamu:



bagaimana kabarmu sayangku? Maksudku kabar tentang pertubuhanmu. Masih tetapkah engkau menjaga tubuhmu, seluruh panca-indramu, dan menjaga semampu dayamu untuk hal-hal yang dianggap dosa oleh Tuhanmu. Oh maafkan aku sayang, yang selalu mengajakmu untuk lebih dekat kepada tuhanmu. Karena sungguh, itulah dasar kemampuanku, itulah pokok yang kuharap dengan mendekatimu. Bersamamu, aku merasa ternyalakan akan-Nya. merasa terbutuhkan kepada-Nya. Maka, tetaplah ikat hatiku untuk lebih menyerah kepada-Nya, untuk lebih bersabar atas kehendak-Nya. Terlebih lagi, karena jarakku, denganmu; maka bersabarlah, mudah-mudahan Allah mengantarkan kita pada gerbang kebaikan dengan pemisahan jarakku denganmu. Yang hasilnya, paling banter aku menyurahkan 'kedirianku' kepadamu. Maksudnya, hatiku. maksudnya, segala pemikiran aku kabarkan untukmu. dan aku berharap engkau mendapatkan seluruh gerak-gerik pemikiranku, engkau menangkap terang benderang terhadap pemikiranku, dan tidak salah tangkap kepadaku; apalagi, mencurigaiku. Jangan!



Namun, sertakan aku pada doamu. Adukan kedirianku kepada tuhanmu. semoga aku senantiasa berada pada jalan lurus-Nya, jalan yang dikehendaki-Nya bukan jalan yang tidak diridhai-Nya. Bukankah engkau tahu, betapa celakanya diriku andai aku ditakdirkan menjadi orang yang bukan berada dijalan-Nya dan menjadi jalan yang itu menantang kepada-Nya. Walau pun begitu, tetap saja, yang hendak aku tanyakan kepadamu adalah kabarmu.



Ya, bagaimana kabarmu, cintaku? Maksudku kabar tentang hatimu: apakah hatimu masih galau dan menderita karena dunia yang serba-serbi seperti di zaman sekarang ini. Apakah hatimu terdorong ingin mendapatkan ini dan itu dan yang lainnya, sementara keadaanmu tidak mencukupi untuk mendapatkan ini-itu? saranku, janganlah engkau berlebihan dalam kehidupan ini sayangnku. Bukankah engkau mengetahui, bahwa hidup di dunia adalah sesuatu yang sebentar dan hanya sebentar? Paling mentok berjarak 100 tahun, dan itu pun kalau tidak lupa-ingatan. Lalu, kita akan menjadi orang yang terkenang dan dibaca oleh sejarah, maka begitulah:



baik dan buruk akan terbaca oleh orang-orang.



kebaikan-kebaikanmu, serta keburukan-keburukanmu, akan terbaca terang-benderang. Apalagi di zaman yang terbuka dan blak-blakan ini; kronologi waktu terbaca jelas. Kehidupan-kehidupan kita akan terbaca jelas. Maka, tetaplah, ini juga saranku, engkau berada di jalan kebaikan, berada di jalan ketaatan, berada di jalan yang telah diarahkan-Nya. Dan maaf sayangku, waktu ini, mampuku, menyurahkan pemikiranmu, menuangkan pemikiranku kepada pemikiranmu, dan itu lewat kata-kata.



aku tahu dunia tidak seringkas dan semulus kata-kata; namun, dunia tetap membutuhkan kata-kata. Namun, tetap saja saya meminta maaf kepadamu, karena aku datang melalui kata-kata. Aku datang masih sekedar kata-kata. Kataku, 'karena waktu atau Tuhan, belum mengizinkan kita berjumpa; maka mari bersabarlah,' batinku. Namun, secara keseluruhan, pernak-pernik kata-kataku: berakhir dengan kalimat tanya: Apa kabarmu, Sayangku?



Belum ada Komentar untuk " APA KABAR, SAYANGKU? "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel