TENTANG FILSAFAT: Pembicaraan Analisis Teks atau metode Analisis Kata-Kata





Saya akan menyatakan bahwa yang seringkas mungkin hendak dibicarakan adalah tentang penilian terhadap teks, atau penilaian terhadap kata-kata. Atau mengambil keputusan pada kata-kata yang tertangkap oleh kita, si penangkap kata-kata.

Penting diketahui, bahwa teks itu dibagi menjadi dua: yakni teks yang tertulis dan teks yang tidak tertulis. Dan kita sering akrab dengan kalimat: yang tersurat dan yang tak tersurat. Ah lebih ringkas lagi, orang bicara dan bahasa yang tertuliskan—dan pengertian tulis di sini tentu jangan disimpelkan antara manual dan otomatis. Manual menggunakan jari (entah itu menggunakan pena, spidol, tipe-x, atau kaligrafi, atau apapun itu), dan otomatis menggunakan mesin (printer, cetakan, dll) yang pasti sesuatu yang telah berbentuk sebuah tulisan dan dari itu dapat diupayakan untuk diketahui— atau bahasa lisan dan bahasa tulisan.

Bagaimana Menilai Teks


Sekarang tibalah kita membicarakan tentang bagaimana menilai teks. Jika ditanyakan, apakah perlu cara (metode) untuk menilai teks atau kata-kata? Jawabnya, tentu perlu. Artinya, supaya kita tidak terburu ‘menilai’ sesuatu atau berkata dengan gampang terhadap sesuatu, padahal kita mampu mempertimbangkan dan melihat lebih jeli, jangan-jangan kata-kata yang disampaikan sarat dengan nilai emosi atau syarat dengan nafsu-hal-hal kemanusiaan: ini kalau tentang pembicaraan secara langsung; pembicaraan yang berkaitan dengan lisan.

Mari kita telusuri lebih lanjut dengan pembahasan lebih kepada bahasa keseharian, atau bahasa lisan dan bagaimana cara kita menganalisis lebih lanjut dalam hal ‘dialog’ atau pembicaraan.

Sebelum lebih lanjut, kita harus mempunyai ‘tali’ dalam pikiran, dengan setidaknya telah mengetahui:

tema apa yang sedang dibicarakan?

Tujuan apa sesuatu itu dibicarakan?

Kejadian atau situasi apa yang sedang terjadi?

Bagaimana keadaan alam yang terjadi?

Dengan menempatkan itu dalam pemikiran, maka secara tidak langsung akan mengerti dan paham garis besar apa yang akan dibicaraka, namun kalau belum ada kejelasan, maka dialog menjadi pembicaraan yang tidak terkendali lagi memberai-berai. Namun ada yang lebih penting dari itu, yakni, berkepentingan apa dalam pembicaraan tersebut.

Maksud saya, tatkala sudah mengidentifikasi tentang arah pembicaran; iyakah mau berdialog-kosong, atua dialog-sejarah, atau dialog-ringan yang bebas, sekarang adalah dialog yang mempunyai kepentingan. Pertanyaan dasarnya:

Bagaimana nilai penting dalam pembicaraan?

Pentingkah berhubungan dengan ekonomi?

Pentingkah berkaitan dengan agama?

Pentingkah menjalin tentang rukun keluarga?

Atau kepentingan apa orang tersebut berbicara. Lalu arah apa orang tersebut berbicara? Kepada siapa pembicaraan di arahkan? Apakah itu termasuk kepentingan bersama? Itukah kepentingan dia? Itukah kebutuhan dia?

Namun di zaman seperti sekarang ini, sesuatu yang seakan kepentingan benar-benar penting dalam pembicaraan lisan ada pada saat di pengadilan, seakan-akan dengan tidak adanya pengadilan kehidupan kita tidak diadili (dan menurut saya), begitulah pergeseran pola-pikiran manusia di zaman seperti sekarang ini, yang seakan-akan meniadakan tentang ‘ketuhanan’ seakan tuhan tidak melihat, padahal kita mempercayai bahwa Tuhan itu mengawasi. Tuhan bukanlah menjadi suatu pacuan utama terhadap kemaslahatan antara manusia sehingga, membutuhkan data-data positivistic ilmiah. Penjara realitas yang dibawah naungan pemerintahan kelas manusia lebih dijadikan takut dibanding penjara yang telah ‘diyakini’ bahwa kelak ada penjaranya Tuhan, yakni neraka; seakan-akan disepelakan. Wal-hasil, banyak orang berkata yang seakan tanpa pengawasan kepada Tuhan atau malaikat yang mencatat tentang gerak-gerik, sehingga efeknya, manusia berani berbohong, kepalsuan, ingkar, dan menipu. Alasannya, karena kurang adanya ‘pengawasan’ secara ilmiah-positive yang mengantarkan kepada pembuktian apa yang dibicarakan tersebut.

Selanjutnya,

Menilai atau membaca teks yang tertulis: sebagaimana fungsi dari teks yang tertulis tersebut; sekarang, si individu, mengapa dia harus mengetahui hal tersebut, tujuan apa mengetahui hal tersebut. Jika membutuhkan arah, maka dia akan benar-benar memahami teks secara redaksi.

Mungkin pembicaraannya begini: apakah teks tersebut akan dicermati secara cermat? Maka hendaknya diamati menggunakan beberapa metode, seperti metode bahasa, selanjutnya sejarah, penelusuran tentang biografi, dan begitu selanjutnya; namun, jiak kepentingan itu kepentingan praktis, atau kepentingan sekedaran saja, atau menjadi angin lalu bagi individu, maka hanya sekedar apa yang ditujukan si pembaca.

Namun, dalam dunia filsafat, tentu yang menjadi pacuan tentang apa yang hendak dibahas yang berkaitan dengan teks adalah teks yang itu mempengaruhi tentang pikiran manusia pada umumnya, dan secara khusus maka teks tersebut adalah tentang kitab suci. Sebab kitab suci, berkaitan erat antara teks dan realitas; kitab suci sebagai teori yang kemudian diarahkan kepada realitas. dan dalam filsafat, maka kajian teks tersebut atau kitab sucinya, dengan metode ini sering disebut dengan hermeunetika. Yang mana, kajian ini telah lebih khusus kepada kitab sucinya bersama dengan metode pemahamannya teksnya.

Demikian

Belum ada Komentar untuk " TENTANG FILSAFAT: Pembicaraan Analisis Teks atau metode Analisis Kata-Kata "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel