ANTARA TALI SEJARAH DAN PEMIKIRAN YANG MENJADI SATU




Sebenarnya saya hendak mengatakan: membaca buku pengantar filsafat pun, kita harus benar-benar siap untuk memasukkan teks ke dalam akal sekaligus menguji perpetaan-pengetahuan individu; artinya, memang tidak mudah untuk ‘memahami’ filsafat, karena itu sarat dengan tali sejarah dan pemikiran, yang itu menjadi satu. Yakni, teks dan ide yang menjadi satu dalam pemikiran si pembaca.

Buku pengantar filsafat, yang disusun oleh Dr. Zainal Abidin, adalah buku pengantar; buku yang mengantarkan pada filsafat barat. Masih sekedar pengantar; sekali pun pengantar, tetap saja tidak mudah untuk ‘dipahami’; sebab, didalamnya laksana ‘kesimpulan-kesimpulan’ perfilsafatan. Harus mudah untuk menjadi pengantar, karena itu berisi tentang kesimpulan-kesimpulan manusia yang disebut filsuf. Namun karena itu berisi kesimpulan, maka itu tentu bukanlah perkara yang mudah untuk dipahami—paham maksud saya, adalah kita benar-benar ‘mengetahui’ tentang apa yang kita ketahui. Paling-paling, dengan membaca itu, kita sekedar ‘mengetahui’, ya, paling tidak begitu. 

Untuk lebih lanjut, mempertegas apa yang saya katakana, saya akan uraiakan isi buku-buku tersebut, atau pembahasan buku-buku tersebut:

Dalam buku ini, dibagi menjadi tiga pintu (3 bab): 

Bab pertama, sistematika filsafat. Yang didalamnya ada: A. Filsafat: Sebuah Perkenalan awal: apakah filsafat itu? Jenis-jenis filsafat. Metode dan kebenaran filsafat. Bidang-bidang dan bagian-bagian filsafat. Ciri-ciri persoalan filsafat. Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan. Beda antara filsafat dengan ilmu pengetahuan.

Uraiannya: 

A. Filsafat Sebuah perkenalan awal

Apakah filsafat itu?

Pada rangkaian pertanyaan dasar itu, secara etimologis (asal-usul kata), istilah filsafat berasal dari kata Yunani Philia (love: cinta) dan sophia (wisdom, kebijaksaan). Jadi ditinjau dari secara etimologis, filsafat berarti cinta pada kebijaksanaan. 

Yang kemudian, ditambahkan pada definisi-definisi, itulah yang menjadikan ‘aneh’ di dalam pemikiran, artinya, penangkapan terhadap filsafat, yang awalnya sederhana, kemudia menjadi komplek dan tautan kata-kata sederhana yang mempunyai kesan ‘universal’ dan menyeluruh. Yang akhirnya, si pembacaa; akan membaca selintas saja, atau sekedar mengamati, dan mungkin akan berkata: “Mengkaji filsafat itu bukanlah perkara yang mudah, karena harus melintasi sejarah sekaligus ide dari para filosofnya; sekali pun kalimat-kalimatnya sederhana, ringkas, tapi itulah yang menjadikan semakin nyata, bahwa filsafat itu bukanlah perkara yang mudah.’

Jenis-jenis Filsafat

Disini dikatakan, jenis filsfat dibagi menjadi tiga: pertama, filsfat sebagai analisis, kedua filsfat sebagai sintesis, dan filsfat sebagai upaya mencari makna hidup.

Untuk mempermudah mengerti jenis filsafat, saya menanamkan itu pada pemikiran saya, dan itu adalah pokok yang harus saya pegang, selanjutnya; uraian tentang hal tersebut, adalah sampingan belaka. Yang pasti, yang mengerti kegunaannya, di sebutkan juga:

Filsafat sebagai analisis berarti bahwa filsafat merupakan suatu analisis terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Hal-14

Disebutkan juga, filsafat sebagai sintesis:

Filsafat sebagai sintesis berarti bahwa filsafat dimaksudka sebagai upaya untuk mensintesiskan pengalaman dan pengetahuan ke dalam suatu visi atau pandangan mengenai realitas. hal-15

Disebutkan juga, filsafat sebagai pencarian makna hidup:

Filsafat pun dapat menawarkan pemikiran tentang makna kehidupan. Filsafat jenis ini disebut filsafat hidup, karena mencoba mencari jawaban mengenai pertanyaan-pertanyaan tentang makna hidup.

Kemudian, Medote dan Kebenaran Filsafat

Ditawarkan disana:

Ada banyak metode filsafat. Tetapi yang terkenal antara lain: dialektika (plato, Hegel, Marx dan kaum marxis), Skeptisisme (Descartes), Kritik Transendental (Kant), Fenomenology (Husserl dan para eksistensialis), intuisi (Bergson). Meski ada banyak metode filsafat, tetapi secara umum metode-metode tersebut mempunyai satu cirri yang sangat esensial, yakni logis. Hal-21

Sebelum lebih lanjut, saya juga akan menunjukan tentang kebenaran filsafat, yang dimaksud:

“Tidak seperti ilmu pengetahuan, filsafat tidak menggunakan metode empiris seperti survey atau eksperimen. Filsafat bukan ilmu empiris, yang meneliti sebab-akibat atau korelasi antara satu atau lebih variable dengan variable lainnya. Filsafat pun tidak membatai gejala berdasarkana pada populasi dan sampel. Filsafat tidak menggunakan instrument pengambilan data… Karena persoalan filsafat sangat luas, tidak dibatasi oleh populasi dan sampel, maka satu-satunya alat atau metode yang digunakan oleh filsafat adalah kemampuan dan ketajaman berpikir, disertai oleh kemampuan berpikir logis dan rasional.” Hal-21

Seringkas kata, kata kunci metode filsafat: berpikir, yang logis dan rasional.

Selanjutnya, Bidang-bidang dan bagian-bagian filsafat: dan disini diungkapkan tentang:

Ontology, ilmu tentang ada

Epistemology, ilmu tentang ilmu.

Aksiology, ilmu tentang nilai.

Kemudian, ciri-ciri persoalan filsafat, disebutkan:

Ruang lingkup persoalannya luas. Kedua, tingkat abtraksi persoalannya tinggi.

Ketiga, persoalannya mendasar.

Keempat, persoalannya tidak bisa dipecahkan oleh metode ilmiah, yakni melalui observasi atau eksperimen.

Kelima, pendekatannya bukan hanya memberi tekanan fakta sebagaimana adanya, tetapi juga pada bagaimana seharusnya.

Selanjutnya tentu tentang: Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan. Beda antara filsafat dengan ilmu pengetahuan.

Dan penting diketahui, ini masih teks yang itu sekedar mengantarkan filsafat. Mengantarkan untuk mengkaji filsafat; sebagaimana redaksi awalnya: pengantar untuk filsafat barat.

Dan masih bab 1, kemudian dilanjutkan pada: B. Epistemology, yang didalamnya: pengertian epistemology, epistemology dan psikology, ruang lingkup epistemology, batas-batas pengetahuan, sumber dan struktur pengetahuan, persoalan methodology, persoalan validitas pengetahuan.

Selanjutnya, C. Metafisika, yang didalamnya: apakah metafisika, apakah metafisika penting, apakah metafisika mungkin, ontology, cosmology, filsafat manusia.

Kemudian, D. Etika, pengantar, teori-teori translatability, teori-teori untranslatability.

Bab 2, Sejarah Filsafat Barat.

A. Filsafat yunani kuno

B. Filsafat Abad Pertengahan

C. Filsafat Modern

D. Filsafat Kontemporer

Selanjutnya, kajian filsafat manusia Ernst Cassirer. 

Dan kemudian, saya hendak mengatakan:

Bahwa untuk mengkaji filsafat itu tidak semudah tatkala membaca, tidak semudah dengan apa-apa yang diketahui, sekali pun telah membaca sebuah pengantar, mungkin hapal akan redaksi, tapi tidak mengetahui apa yang ada pada redaksi, sebab ilmu itu meresap pada diri atau pikiran. Namun, mau tidak-mau, kita, sebagai pengkaji filsafat, penting menilik tentang sejarah filsafat, setidaknya untuk mengetahui tentang bagaimana semua ini terjadi; walau pun, pada akhirnya, tatkala membaca buku filsafat, pengantar filsafat barat ini, salah satunya, pikiran kita berdesak-desakan, karena ditawarkan sejarah-panjang-filsafat berserta ide-idenya yang itu seringkali bertengkar dengan akal dan hati, tiap-tiap indivu. Selain itu, diksi-diksi yang digunakan, laksana menumpuk-tumpuk, yang itu pun menambahkan tentang ‘kesumpekan’ mengkaji filsafat.

Jika pun ditawarkan sistematis, yang itu ringkas, pikiran kita berdaya untuk menolak; jika ditawarkan kepepekan data, pikiran kita berdaya diri untuk menolak data. Itulah kajian filsafat, terkesan agaknya mudah, tapi juga payah. Terkesan agaknya payah, namun sebenarnya dekat dan rekat.



2017

Belum ada Komentar untuk " ANTARA TALI SEJARAH DAN PEMIKIRAN YANG MENJADI SATU"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel