Nasihat Tetaplah Ikatkan Dirimu Kepada Gurumu
Rabu, 01 Maret 2017
Tambah Komentar
Engkau harus tetap mengikatkan, menghadirkan guru-gurumu dalam pikiranmu, dengan begitu engkau akan dipermudahkan tentang perkara ilmu dan engkau ditemani oleh orang-orang ramai, bahwasanya masih banyak orang yang perhatian terhadap ‘islam’, masih banyak yang perhatian tentang akhlak kanjeng nabi. Maka dari itu, janganlah engkau gusar terhadap apa-apa yang terjadi, janganlah sedih dengan apa-apa yang terjadi. Ingatlah, semua gurumu itu menyandarkan kepada al-quran juga, Taufik. Semua gurumu itu mereferensikan kepada Kanjeng Nabi Muhammad, Taufik. Wal-hasil, di dunia ini banyak sekali orang-orang yang sepertimu, banyak sekali; oleh karenanya, janganlah sekali-kali engkau ragu terhadap apa yang engkau yakini—aku melihat engkau adalah tipe peragu yang dalam, karena engkau juga terpengaruhi oleh filsuf-filsuf itu, kenanglah, dominasi filsuf-filsuf yang engkau kaji adalah cenderung mementingkan tentang eksistensi dunia, tentang kemajuan dunia, tentang pergerakan dunia; sungguh, engkau belum sempurna pembacaan terhadap para filsuf yang mengajarkan tentang keseimbangan, dan engkau belum sempurna untuk membaca filsafat secara keseluruhan— engkau harus mendiamkan tentang apa yang engkau yakini, bukankah engkau mengetahui, yakin itu perkara gampang?
Tinggal di yakin. Sudah!
Jika engkau gusar terhadap kemajuan zaman yang semakin transparan dan blak-blakan, bukankah gurumu juga merasakan zaman yang sama? Janganlah khawatir.
Jika engkau resah terhadap kemajuan teknologi yang perlahan-lahan ‘menggoda’ kenafsuan-kemansiaan, bukankah gurumu juga merasakan ‘tawaran’teknology? Tenanglah.
Yang penting buatmu, tetaplah ‘teguhkan’ kesibukanmu, pada jalan yang gurumu kerjakan, pada jalan yang gurumu lakukan; bermacam-macam gurumu itu, tetap saja mereka ‘mencapkan’ pemikirannya merujuk kepada gurunya, dan gurunya merujuk kepada gurunya, begitulah ‘tawaran’ pengetahuan islam, Taufik.
Jika tawaran dunia semakin menghamburkan tentang wujud-wujud ‘keduniaan’ atau kepemilikan keduniaan; tancapkan bahwa dunia adalah milik-Nya, bahwa dunia adalah kuasa-Nya—engkau memang pengkaji filsafat, dan mendominasi dalam pikiranmu adalah filsafat barat, tapi kenanglah, bahwa sekarang, masa ini sering disebut dengan ‘kegagalan’ tawaran filsafat modern, yang lebih menekankan kepada rasio namun mengugurkan tentang nilai-ketuhanan, ‘melalaikan’ tentang nilai-nilai ketuhanan, namun ingatlah, manusia-muslim pun masih banyak: maka ‘tenggelamkan’ pada muslim, lebih dalam, lebih dalam; sampai-sampai engkau melihat ‘kilauan’ jalan pada islam—ingatlah, sejak zaman dulu kala, dunia itu memang sarat godaan, Taufik, dunia memang sarat akan nilai-nilai tawaran untuk melalaikan Tuhan, oleh karenanya senantiasa ada yang mengingatkan tentang ‘Tuhan’; inilah peran-peran manusia yang telah ditakdirkan untuk memperingati itu, tapi ingatlah, tujuanmu adalah mengingatkan, engkau tidak bisa memaksakan, jangan sampai memaksakan; kenanglah kanjeng nabi muhammad tatkala ditolak oleh kaumnya, maka jawabnya: aku adalah manusia, dan aku diutus untuk memperingati, dan memberi kabar, bahwa ada hari akhir, yang kelak disana akan dibukakan seluruh kegiatan manusia. Dan manusia harus bertanggung jawab dengan apa yang dilakukan sekarang. Dan kesaksiannya bukan dari bibirnya saja, tapi dari tiap-tiap anggota dirinya akan menjadi saksi. Maka engkau, taufik, mohonlah ampun kepada tuhanmu, dan mintalah petunjuk supaya dimudahkan tentang agamanya, dengan cara, lewatlah kepada guru-gurumu, sungguh engkau akan merasa ‘kepayahan’ jika kau melakukan itu sendiri; engkau akan ‘keberatan’ jika engkau melakukan sendiri.
Menjalin ikatan dengan gurumu adalah upaya meminta dorongan, semangat, juga sebagai teman untuk menunjukan jalan ‘mudah’ merasakan kenikmatan-kenikmatan yang diberikan-Nya. Menjalinkan ikatan dengan guru adalah dukungan terkuat bahwa engkau mempunyai sanat terhadap keilmuan; jika ada yang menghardikmu keras-keras, atau menggoyahkan keimananmu, ingatlah bahwa engkau mempunyai ‘jutaan’ jalinan jika engkau memegang gurumu kuat-kuat; sebab, gurumu itu mempunyai guru, dan gurunya mempunyai guru, dan mereka mempunyai teman dan temannya mempunyai teman; maka itulah jalinan ‘kekuatan’ besar saat engkau benar-benar yakin dengan gurumu.
Oleh karenanya, engkau harus menancapkan sekali lagi ‘keyakinan’ kepada gurumu. Janganlah malu minta pertolongan kepadanya, selain kepadanya kepada siapa engkau meminta pertolongan? Jika katamu, Allah. Maka jawabku, sungguh jalan kepada-Nya tidak semudah yang kau pikirkan, Taufik. Jalan kepada-Nya begitu sukar dan payah. Dan tentu, engkau ingat, saat engkau mencintai-Nya, maka engkau harus mengikuti kanjeng Nabi, saat engkau mengikuti kanjeng Nabi, maka engkau harus mengerti seluk-beluk tentang kanjeng Nabi. Jika seluk-belukmu belum sempurna, maka engkau akan kepayahan untuk memahami; oleh karenanya, pahamilah gurumu, sebab realitasnya adalah tentang beliau ‘menghadapi’ realitas dengan kaumnya.
Jika engkau terlalu payah membaca atau memahami gurumu, maka tancapkan kuat-kuat kepada-Nya dalam sangkar pikir dan hatimu, mudah-mudah Dia menaruhkan ilmu-Nya kepada gurumu dan gurunya menyampaikan kepadamu. Sungguh, tatkala Allah berkata, ‘jadilah’ maka jadilah apa yang Dia kehendaki.
Terakhir, tetaplah ikatkan hati dan akalmu kepada gurumu, berikanlah al-fatihan kepadanya, mudah-mudahan Allah memberikan jalan mudah bagimu melalui gurumu: akuilah bahwa engkau tidak mampu memikul bebanmu sendiri! Akuilah kepada mereka. Setelah itu tawakkallah kepada-Nya. Ingat, manusia mampunya berencana, Allahlah yang menentukan.
2017
Belum ada Komentar untuk " Nasihat Tetaplah Ikatkan Dirimu Kepada Gurumu "
Posting Komentar