NASIHAT: Belajar Eksis, kalau lelah, Istirahat







Jika lelah, istirahatlah, bukankah sejauh ini engkau tidak selebat ini untuk mewujudkan dirimu, untuk mendayakan dirimu ‘meraih’ sesuatu; maka jika tubuhmu kecapean, maka istirahatlah. Yang pasti, ringankanlah tentang hidup ini, Fik. Yakinlah bahwa hidup telah dialurkan oleh-Nya. Yang pasti, kita berusaha, Tuhanlah yang menentukan.

Amatilah ambisimu—begitulah wujud dari ambisi, Taufik; tatkala engkau ingin menghendaki sesuatu, dan itu atas kendalimu atau kehendakmu, berarti engkau telah melampaui apa yang telah ditetapkan oleh-Nya—adalah sarang pelampaun terhadap Tuhanmu.

Ingatlah, tuhan yang menentukan jalinan hidup, Taufik. Engkau boleh saja berencana, menyusun rencana sekencang-kencangnya, bukannya semua itu ‘gampang’ sekali oleh karena terpaan waktu, yang mana pada akhirnya tubuhmu tidak mampu bertahan untuk meraih itu dengan cepat dan gesit.

Nikmatilah perasaan ini, Taufik, nikmatilah… nikmatilah, dan hati-hati engkau lalai dengan apa yang diperintahkan-Nya. Bekerja, memeperindah eksistensi, itu bagus, namun tetap kencangkan esensimu, jangan lalaikan bahwa tujuanmu adalah kembali kepada-Nya.

Dunia memang tempat yang mengasyikan dan sarat godaan, sarat dengan selubung-selubung yang menyesatkan, senantiasalah waspada, khususnya pemikiranmu, oleh karenannya, tancapkanlah dalam akalmu, sekuat-kuatnya, sedalam-dalamnya bahwa tujuanmu adalah kembali pada-Nya, yang kelak, apa-pun itu yang engkau kerjakan di pertanggung-jawabkan, yakni engkau bakal disidang oleh-Nya. Kalau lulus, maka masuklah kamu ke dalam surganya dan oh betapa menyenangkan disana, dan apabila engkau gagal, maka engkau akan bersarang dalam gelombang api yang membara; begitulah neraka.

Sekali pun engkau sibuk dalam duniamu, tetap saja, engkau harus meyakini bahwa akhirat itu ada. Sekali pun engkau lebat dengan tafsir, sungguh, itulah keraguanmu terhadap akhirat; memangnya ayat-ayat-Nya tidak jelas bagimu? Ataukah engkau akan menghelak bahwa surga neraka adalah ‘dongeng’ para Rasul atau orang-orang terdahulu.

Ingatlah, zamannya nabi pun ‘sering’ didengungkan bahwa al-quran adalah dongeng. Maka, saat engkau tidak mempercayai tentang al-quran, maka engkau termasuk dalam golongan yang tidak beriman. Sebab, keberimanan itu saling menyaling, Taufik: ingatlah, keimanan itu saling berkaitan satu sama lain.

Saat engkau percaya kepada Allah, maka secara otomatis harus percaya kepada utusan-Allah, kemdudian percaya kepada kitab-Nya, lalu percaya kepada akhirat; begitulah secara umumnya, orang-orang islam berpegang. Namun, kita berpegang juga pada percaya kepada qodo dan qodar, maka ingat-ingatlah itu.

Oleh karenanya, engkau harus mewaspadaimu dirimu saat dirimu mulai sibuk dengan sesautu yang disebut eksistensi; bukankah engkau sering mengkritik, banyak orang yang sibuk-dalam-eksistensinya namun lalai dengan essensi? Kritikanmu itu memang benar, namun adakalanya orang yang sibuk pada eksistensi, betapa sulit untuk melepaskan itu, atau bisa jadi, dia telah terjerat oleh sesautu yang disebut eksistensi yang kemudian bermasalah, dan masih dalam ‘waktu’ masalah eksistensi. Dan kamu, harus benar-benar waspada dengan eksistensi, bisa-bisa engkau masuk dalam golongna yang berkesibuk pada tataran eksistensi lalu lalai masuk ke pintu esensi.

Saran saya tentu, sesekali istirahatlah. Ingatlah engkau adalah manusia yang mempunyai batas kekuatann, mempunyai batas ketubuhan. Jangan sombong, dengan mengatakan: aku akan berhenti bekerja kalau tubuhku benar-benar sudah terkapar dan tak berdaya, sebelum itu, aku harus gencar sebelum datangnya sakit tiba, dan saya berharap sakit enggan menyinggahi. Kenalilah, sakit itu manusiawi, Taufik. Lelah itu manusiawi, Taufik. Maka ringankanlah jalinan hidupmu, perwaktuanmu; dan tetaplah kejar apa yang hendak kau kejar, jika engkau mulai ‘semangat’ maka lanjutkanlah. Dan hati-hati dengan peristirahatmu—mentang-mentang saya telah berkata itu; lantas engkau saat bekerja dikit-dikit istiratan; ingatlah apa yang dimaksud dengan ‘istirahat’ dan ingatlah tentang tujuanmu, sungguh tujuanmu belum tercapai taufik—bisa jadi, engkau dibelai angin kemalasan, oleh karenanya, jangan sering beristirahat. Ringkasnya, istirahat boleh, setelah itu, lanjutkan perjalanan. Begitu yaa….

Belum ada Komentar untuk " NASIHAT: Belajar Eksis, kalau lelah, Istirahat "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel