KOKOHKAN IKATANMU DENGAN GURUMU







Janganlah bermalas untuk mengharapkan berkah dari gurumu, dan janganlah engkau sungkan mengharapkan doa darinya—ya! Kau kohkanlah sekali lagi, lebih kuat, erat kepada gurumu, dengan jalan itu akan akan mewarisi apa-apa yang menjadi jalan dari gurumu; bukan berarti yang engkau incar adalah tentang eksistensi keguruanmu, bukan? Jangan salah paham atau berprasangka tentang hala-hal eksistensi, tapi incarlah hatinya, sungguh, saat engkau telah memenangkan hatinya, dengan sendirinya dia akan memberikan apa-apa yang ada pada dirinya; yakinilah dengan kekuatan qalbu, yakinlah dengan itu, percayalah pada filsafat yang meruncing pada idealis intuitif, sungguh, islam berada pula pada jalan itu; bukan berarti aku merujukmu pada hal-hal yang idealis-intuitif namun memang itulah jalanmu, jalan yang rasio tidak sanggup membuktikan; bagi session islam, sudah wajar jika kalangan rasional tidak mempercayai itu, namun yakinlah dalam agama-islam, hal itu terjadi. Bukti terang adalah tentang keberadaan akhirat: setiap orang muslim harus percaya kepada akhirat, jika mereka menolak, maka batallah imannya. Bersamaan dengan itu, maka ada jalan runcing, yakni sebuah jalan yang itu bukan sekedar jalan terobosan, melainkan jalan yang sukar, Taufik.

Kenalilah, sungguh engkau digiring pada jalan-jalan yang sukar dan tawaran kemilau sebuah-jalan, namun kalau engkau tanpa pembimbing, tentulah engkau akan terperosok pada tawaran kemilauan yang itu menjerumuskanmu pada jalan yang sukar; ingat, jalan yang sukar adalah bahwa ‘tujuanmu’ semakin kabur dan buram, oleh karenanya engkau penting pembimbing. Maka ikatkanlah sekali lagi kepada gurumu, lebih kuat, lebih erat.

Jika ada yang bertanya, kenapa engkau mengikatkan diri kepadanya?

Jawablah, karena aku memang harus mengikatkan diri kepadanya.

Jika ada yang bertanya, mengapa engkau mengikatkan diri kepadanya?

Jawablah, karena beliau membuka jalan untuk mengikatkan diri kepadanya.

Jika ada yang bertanya, jalan apa yang engkau tempuh bersama dengannya?

Jawablah, jalan yang mana orang-orang terdahulu menempuh jalan yang serupa.

Kenalilah, tujuan dari perjalananmu adalah mendapatkan nikmat sebagaimana orang-orang terdahulu mendapatkan nikmat, itulah jalanmu, itulah tujuanmu. Jika engkau sedikit melengos kepadanya, bagaimana engkau semakin mengikatkan diri kepadanya? Dan artinya melengos adalah bahwa engkau tidak berusaha menempuh sebagaimana jalannya, maksudnya, engkau bermalas-malasan lagi tentang apa yang digelutinya, tentu jalanmu menjadi sukar.

Dia memang membimbingmu, namun engkau harus berupaya ‘menjelma’ seperti dirinya; perupaannya adalah semampu dayamu, setelah itu, serahkan kepada Tuhanmu, biar dia yang mengirimkan kehendak-Nya melalui gurumu, inilah yang disebut perantara. Inilah yang disebut Wasilah.

Dan engkau telah membaca tentang sejarah keislaman di Indonesia, begitulah jalan-jalan yang engkau tempuh. Dan murid, tentu harus menghormati dan memuliakan gurunya, itu harus kau terapkan.

Jangan kau samakan dudukmu dengan gurumu.

Jangan kau tinggikan suaramu dengan gurumu.

Jangan kau berkata atau bicara lebih dengan gurumu.

Sungguh, gurumu itu bukanlah orang yang bodoh, gurumu itu bukanlah orang yang bebal akal layaknya dirimu, dan kenalilah kata-katamu adalah membangikatkan bagaimana ‘rasionya’ bekerja, dan kamu telah ‘mengembalikan’ bagaimana ‘harusnya’ dia berkerja dan bersikap, oleh karenanya, jangan begitu mengeluh kepadanya.

Terimalah apa yang dikatakannya, dan bersabarlah menghadapi dirinya. Sungguh, mereka mendengar longlongan jiwamu, mereka mendengar teriakan-sunyimu, mereka mengetahui itu. Bukankah sejauh ini, dirimu masih menopengi diri, sehingga tabir-tabir tidak terbuka? Terbukalah kepadanya, sungguh dengan begitu dengan mudah transfer-ilmu meresap padamu yang itu tidak pernah engkau duga-duga. Dan engkau akan mendapatkan limpahan-berkah dari gurumu, oleh karenanya, jangan putus ikatan dengan gurumu.

Ingatlah ‘label’ tarikah, senantiasa mengikatkan dirinya kepada gurunya. Dan engkau mengetahui bahwa ‘tariqah’ adalah jalan, karena engkau pengkaji tentang aqidah dan engkau sejak dulu memang tertarik dengan selubung-rahasia dan memang begitulah engkau ditakdirkan, begitulah jalan ceritamu. Oleh karenanya, kokohkan kedekatanmu kepada gurumu. Dan jangan artikan sempit, bahwa dekat adalah tentang jarak yang dekat; sungguh jalinan hiperrealitas bagi islam telah ada sejak dahulu kala—dan orang-orang yang percaya kepada wahyu, harus percaya tentang jalinan hiperrealitas, yang itu dukung oleh orang-orang sebelummu. Hingga kemudian, dirimu adalah percikan wujud dari guru-gurumu. Gurumu? Begitulah wataknya, watak yang mirip denganmu, oleh karenanya dia menjadi cermin buat dirimu. Dan janganlah ‘gegabah’ mendapatkan guru-guru yang lain, kalau engkau kencang dengannya, maka engkau akan mendapatkan ‘kelezatan’ bersama orang-orang yang berpasrah, dan engkau akan melihat tabir-tabir mana orang-orang yang berserah dan itu pada jalan yang serupa dan sama.

Jika engkau semakin kokoh berkaca kepadanya, tentu dia akan menjadi kejernihan kaca. Dan dia akan semakin menata, itu pun kalau engkau tidak bermalas-malasan ‘mengkaji ulang’ tentang hadist dan menjalankan, semampu dayamu. Dan upayakanlah ‘menjalankan’ kehadisan, sungguh, banyak hadist yang engkau tahu, hanya saja engkau merasa malas mengerjakan, engkau lebih memilih ‘tidur’ atau menidurkan akalmu untuk mengerjakan hadist, padahal masamu adalah mengeratkan tentang hadist secara rasio dan dipraktekkan, sebab bagimu hadist belum mengerat dalam ‘pikiranmu’, dalam ‘hatimu’

Jika hadist itu mengerat dalam dirimu dan menjadi wujudmu, lihatlah sekali lagi tentang gurumu, pasti engkau akan dibuai kagum dengannya, karena dia telah melampaui menjalankan hadist-hadist yang telah dia hafal.

Akhir kata, kokohkan, tananmkan kuat-kuat dirimu dengan gurumu, serta jangan bermalas untuk membaca dan menerapkan pengetahuan yang melekat padamu, perlahan-lahan. Dan janganlah engkau kaku menjalani keislaman; maknailah islam adalah damai, khususnya damai kepada pemikiran dan hatimu. Begitu.

Belum ada Komentar untuk " KOKOHKAN IKATANMU DENGAN GURUMU "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel