Nasihat: Kau Penting Mengonfirmasi Guru-gurumu, Taufik.







Tak ada cara untuk menyelamatkanmu kecuali di jalur ilmu, Taufik, maka syaratnya, engkau harus menyerahkan dirimu kepada guru-gurumu, Taufik. Mohon maaflah kepada mereka, temuilah secara langsung, kata-katamu adalah sebagai perantara, maka temuilah mereka secara langsung, dan lepaskanlah baju-kesombonganmu, lepaskan baju-kepandaianmu: sungguh, engkau membutuhkan mereka, maka datangilah, mintalah restu darinya, dan mintalah petunjuk darinya.

Dan engkau mampu mengutarakan isi-hatimu, isi-pikiranmu, maka utarakanlah penuh dengan kejujuran; jangan gunakan topeng-topeng kepada gurumu, sungguh kendala utamamu adalah ilmu. Harta itu adalah sampiran buatmu. Ingat, harta itu, hanyalah cobaan sementara yang menderamu, Taufik. Bukankah sejauh ini yang ‘memburamkanmu’ adalah kebodohanmu, yakni tentang keilmuanmu? Dan lagak sombongmu kepada guru-gurumu?

Kau pikir, zaman ilmiah, zaman informasi, zaman postmodern, islamnya pun berbeda, epistemology islam berbeda: kenanglah di zaman nabi, Fik, bagaimana kanjeng nabi mendapatkan pengetahuan? Yakni dukungan kuat kepada orang-orang sebelumnya: siapa itu? yakni nabi-nabi sebelum nabi Muhammad: yakinlah dengan jalur itu, Taufik. Jalur itu memang ada. Jalur itu memang nyata: dan kenanglah, keimanan itu sangat transenden, sangat sarat dengan dunia transfer.

Apakah kau paham dengan istilah transfer? Itulah transfer ilmu, Fik.

Sudah, jangan pikirkan tentang murid-murid zaman sekarang yang mulai kunang-ajar, dan kamu jangan ikut-ikutan. Tetaplah seperti zaman di masa engkau kecil, geger dan rebutan terhadap bekas-bekas minum dari Kiai. Ingatlah, Kiai adalah yang menawarkan keilmuan. Dan zaman sekarang, makna kiai pun bisa bergeser sesuai dengan zamannya: yakni, Kiai yang bergentanyangan pada lembaga-lembaga.

Sudah! Jangan kritik tentang system lembaga, tapi tetaplah sambutlah guru-gurumu, muliakanlah dengan penuh kasih sayang dan tawarakan dirimu seserah-serahnya.

Biarkan dirimu menjalin dengannya.

Biarkan dirimu yang mengikatkan diri kepadanya.

Biarkan dirimu yang merajutkan diri kepadanya.

Jika akhlaknya buruk, tugasmu bukan memberitahu, tugasmu adalah jangan ditiru.

Jika sifatnya buruk, tugasmu bukan memberitahu, tugasmu adalah jangan ditiru.

Jika dia sumbar berkata-kata, tugasmu bukan memberitahu, tugasmu menyerahkan dirimu.

Katamu, “Jika dia tidak menerimaku”, manalah mungkin seorang guru menolak muridnya, manalah mungkin: zaman sekaranglah, murid-murid yang menyombongkan diri seakan-akan tahu dan paham tentang jalannya ilmu. Si murid memang mengetahui, tapi dia tidak paham tentang jalan-islam, Taufik.

Jalan-islam itu sukar dan bukan mudah, Taufik.

Tawarannya memang kemilau dan sarat dengan cahaya, namun bersamaan dengan itu, disanalah jurang-jurang kesesatan pun terjadi, dan perkara lembut, Taufik.

Maka ikatlah dirimu kepada gurumu, sekali lagi, lebih rekat: bukankah yang kau harap adalah ridho dari gurumu sehingga dia menyelamatkan pemikiranmu, bukan tentang nilai yang ‘gagal’ nilainya? Nilai yang sekedar menjadi pajangan nilai.

Sungguh, andai engkau menyengkeramkan atau melanjutkan pemikiran gurumu, dengan secara otomatis nilai menjadi nilai-guna, Taufik. Secara otomatis engkau akan mendapatkan nilai baik, Taufik.

Sudah! Jangan geger tentang kapan selesai, nikmatilah perjalanan waktumu, ikatlah dirimu dengan gurumu; itulah yang terpenting, Taufik. Bukankah kau yang menyeru:

Apa artinya aku sarjana jika aku belum benar-benar sungguh mengetahui tentang diriku?

Apa artinya sarjanahku kalau aku belum benar-benar mengikatkan diri kepada guruku?

Apalah artinya ilmuku jika aku belum menyerahkan diriku kepada guruku?

Ingatlah, saat engkau menyengkeramkan gurumu, atau ada gurumu dalam dirimu, maka engkau bukan orang yang sendiri, Taufik, melainkan engkau bersama guru-gurumu. Inilah jalinan islam, Taufik: pakailah refensii ini taufik, saat engkau berkata: Nabi Muhammad maka jalinannya adalah nabi-nabi sebelumnya, Isa, Musa, Yusuf, Ishaq, Ismail, Ibrahim, dan seterusnya. Inilah jalinan islam, Taufik. Dan masihkah engkau ragu dengan ‘label’ islam dalam cangkang pikirmu, Taufik? Tanamlah, yakin sekali lagi. Dengan bantuan guru-gurumu, disitulah kemudahan akan tiba, Taufik.

2017

Belum ada Komentar untuk " Nasihat: Kau Penting Mengonfirmasi Guru-gurumu, Taufik. "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel