Buat Kekasih: Tentang Cinta

Jika kau bertanya, apa itu cinta?

Jawabku, seperti aku kepadamu, itulah cinta. Yang dengan itu aku semakin memahami bahwa aku tidak mampu melakukan ‘sesuatu’ dengan sendiri, kecuali terdukung oleh keberadaanmu; sekali pun engkau tidak berkata atau bersuara kepadaku, namun tanda-tandamu cukup melegakan diriku; gerak-gerik tandamu membuatku bahagia.

Lega dalam arti, karena kamu memberi tanda kepadaku.

Bahagia dalam arti, karena aku semakin memahami diriku.

Mengingatmu, menjadikan ‘jiwaku’ membara tentang pentingnya sekali lagi, wujud-wujud, atau bentuk-bentuk eksistensi yang dari kemarin-kemarin agak terabaikan. Maksudnya, bukan berarti aku mengabaikan tentnag eksistensi, melainkan ‘tidak ada gairah’ yang sungguh terhadap sesuatu yang disebut dengan eksistensi, wal-hasil cinta:

Adalah sesuatu yang ‘menyulutkan’ jiwa untuk mempertahankan jiwa-ragaku yang dimaksudkan untukmu.

Cinta adalah sesuatu yang ambigu, sebab, tujuanku tetaplah menyelamatkan jiwa-ragaku, namun gerak-gerikku adalah teruntukmu dan disebabi oleh sulutan ‘cahaya’ darimu.

Dan aku memang percaya, bahwa Dia menaruhkan cintanya kepada ‘tubuhmu’ atau ‘jiwamu’ yang itu adalah untukku, dan kemarin-kemarin, aku tercegah untuk mendapatkan itu, karena memang waktuku belum terbuka untuk melihatmu, sekali pun engkau sebenarnya sangat terang dan teramat dekat. Wal-hasil, cinta bagiku adalah:

Sesuatu yang telah ditakdirkan namun menunggu waktu untuk menerima ‘takdir’ setiap individu.

Sebab siapa yang tahu bahwa aku bakal mendekatimu dan akalku ‘terkerangkengkan’ oleh wajahmu, yang dulu aku telah bersinggah di rumahmu, menjujurkan diriku, dan itu tidak ada niatan untuk mendekatimu. Wal-hasil, cinta bagiku adalah:

Sesuatu yang misterius namun sebenarnya tidak miterius, sebab cinta seperti dalam kamus bahasa, adalah sesuatu yang sederhana, yakni suka.

Siapa yang suka, dialah melakukan sesuatu atas nama cinta. Siapa yang suka, itulah prosesi cinta.

**

Jika kau bertanya, apa itu cinta?

Jawabku, seperti aku kepadamu, itulah cinta. Yang dengan itu, aku semakin dibukakan tentang seluruh tabir-tabir segala laju kehidupan, yang mana diriku laksana terduseli akan seluruh pembacaan demi pembacaan, tersemangatkan untuk mengerjakan sesuatu demi eksistensi atau keberadaan; yang dengan itu, aku tergamblangkan tentang teka-teki kehidupan, tentang sifat-sifat kemanusiaan, tentang selubung-selubung kata-kata atau bahkan tentang detail-detail kesistemakan. Wal-hasil, cinta bagiku adalah:

Sesuatu yang ‘menyemangati’ untuk menjalani proses kehidupan.

Sesuatu yang ‘mengarahkan’ untuk sebuah tujuan.

Sesuatu yang ‘mengembom’ tentang kebutuhan.

Sesuatu yang ‘mengajarkan’ tentang kekurangan.

Kekurangan ‘diri’ kecuali bersamamu, dan saat aku bersamamu, seakan semua telah menjelma hal-hal cinta, atas nama cinta, dan aku berharap: cintaku akan terkokohkan karena label kepercayaan, label keimanan.

Mudah-mudahan cintaku, senantiasa mengarah kepada-Mu, karena engkaulah yang menguasai seluruh semesta. Apa yang hendak kuresahkan tentang teka-teki dunia kalau kokohnya ‘imanku’ kepada-Mu? Maka tambahkanlah imanku kepada-Mu. Tabahkan diriku atas ‘tugruban’ realitas yang memicu lajunya keimananku. Sabarkan diriku tentang ‘kehidupan’ duniawi yang menggoda panca-inderaku. Tanamkan lebih dalam ‘jiwa-ragaku’ menyakini sungguh kepada-Mu.

Apa yang kugalaukan kalau semua adalah milik-Mu?

Apa yang kutakutkan kalau semua adalah kehendak-Mu?

Maka sabarkanlah ‘jiwa-ragaku’ menerima pernik-pernik takdir-Mu. Tambahlah pundi-pundi ilmu guna mengokoh-eratkan yakinku kepada-Mu. Tambahkanlah pundi-pundi ilmu guna menyelamatkan kehidupanku, yang surga-Mu adalah tujuanku. Ampunilah dosa-dosaku yang berlalu, dan langkahkan kakiku, oh seluruh jasadku kepada ruang-ruang yang Engkau restui.

Wal-hasil, cinta bagiku adalah:

Sesuatu yang mendukungku untuk lebih dekat kepada-Nya.

Sesuatu yang menolongku untuk lebih taat kepada-Nya.

Sesuatu yang menemaniku untuk melangkah kembali kepada-Nya.

Begitulah cinta, bagiku.

2017

Bagikan Artikel ini