Buat Kekasih: Tentang Tujuan Hidup








Jika kau berkata, apa tujuanmu hidup?



Jawabku, tujuanku adalah menikmati tentang kehidupan itu sendiri, yang didalamnya terjalin rasa demi rasa yang bersinggah di dalam diri manusia; siapa itu manusia, yakni, setiap kita, saya; dan saya harus berjuang untuk menikmati jalinan rasa yang bersinggah di dalam diri saya-- dan saya sertakan 'saya' sebab hidupmu, itulah hidupmu. Hidupmu bukanlah hidupku. Pemikiranmu bukanlah pemikiranku. Syukur-syukur jika kau mampu menyandarkan pemikiran itu kepada orang-orang terdahulu, tentu 'pemikiranmu' berkaitan dengan orang-orang terdahulu. Orang-orang terdahulu seperti apa? Yakni orang-orang yang berserah diri kepada-Nya (ingatlah, berserah bukan berarti diam tanpa upaya. berserah bukan berarti tidur tanpa usaha. kenapa kukatakan begitu, sebab, kita masih mendayakan rasio, masih menggunakan akal: jika kita sudah melepaskan 'keakalan' barulah disitu kita benar-benar pasrah dengan waktu-Nya; kita dipertemukan oleh pertemuan yang diatur oleh-Nya, pemandangan kita adalah pemandangan yang diperlihatkan oleh-Nya, dan gerak-gerik kita adalah tentang kepasrahan kepada-Nya; begitulah semakin tinggi orang berserah, dia benar-benar orang yang menyerah. Sayangnya, sisi kemanusiaan tidak segampang itu mengaku 'menyerah'; padahal kita dianjurkan untuk pasrah dan menyerah!)-- oleh karena 'saya' harus berjuang untuk sabar dan ingatlah saat saya melampaui 'kemanusiaan' saya: begitulah yang tersirat pada Suratan-Waktu (surat asr).



Jika tujuan hidup adalah kembali kepada-Nya, maka tanpa ditujukan, secara otomatis kita akan kembali kepada-Nya, karena kita meyakini bahwa kita adalah milik-Nya: dan kemana kita akan kembali kalau bukan kepada-Nya? apakah kita menyangkal bahwa kita adalah milik-Nya? sekali lagikah kita 'menolak' bahwa kita dalam kuasa-Nya?



oleh karenanya, kita penting berdaya sungguh untuk mengikatkan pada jalan-Nya: apa itu? Yakni menjalani syariat--jika kau bertanya: apa itu syariat? yang pasti ibadah semampu dayamu; ketahuilah, semakin engkau 'beriman' kepada-Nya, semakin engkau membutuhkan praktek tentang iman kepada Rasul-Nya. artinya, semakin engkau kencang terhadap ajaran-ajaran rasul. Lebih lagi, engkau harus menjalankan hal-hal sunah: ingat, hal-hal sunah itu banyak ragam dan wujudnya, mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar, banyak hal; kalau kita benar-benar berdaya sungguh untuk menjalankan: sebuah misal, jangan tinggalkan doa setiap kita melakukan apa-pun itu.



Kenalilah, semakin engkau menjalankan tentang sunah-Nya, maka engkau akan membutuhkan tentang aturan fikih, dan engkau harus 'mengambil' resiko, bahwa fikih adalah pembeda, dan tentunya, engkau harus menerima perbedaan-perbedaan terhadap wujud dari kefikihan.



(Saat engkau menjalankan fikih, maka yakinlah, bahwa perbedaan fikih itu ada; janganlah geger terhadap itu. Sungguh, perbedaan fikih, atau madhab, atau pelaksaan itu berbeda, dan perbedaan itu dialasi oleh dalil. Madhab Syafi'i, itulah pacuan kita. Pelajarilah itu.)



Sekali pun mulai berkesibukan tentang hal tersebut, tetaplah jangan ingat, bahwa tujuan hal tersebut adalah guna tujuan awal, yakni iman kepada-Nya, yang kepada-Nya kita akan kembali. Maksud saya, boleh saja kita sibuk dengan fikih, namun jangan lalaikan tujuan awal kita: yakni kembali kepada-Nya. Sebab zaman sekarang, banyak orang sibuk dengan perfikihan namun lalai dengan tujuan awal, dan bahkan kadang sering geger-gegeran terhadap kefikihan, dan itu lebih kencang dan kuat, padahal tujuannya adalah sama: yakni kembali kepada-Nya.



Begitulah, seluruh orang yang muslim, yang mengaku beriman kepada-Nya, tujuan utama mereka adalah kembali kepada-Nya, hanya saja efek-efek lanjutannya berbeda-beda dan tampungan pengetahuan di dalam dirinya berbeda, dari itu maka terkesan orang-orang tidak satu tujuan: padahal tujuannya sama.



Sekali pun tujuan utama kita adalah kembali kepada-Nya, namun ingatlah, kita hidup di dunia dengan seperangkat aturan keduniaan; oleh karenanya, kita penting ''melengkapi' kebutuhan dunia:

Sandang

Pangan

Papan

Dan berhati-hatilah dengan ketiga hal tersebut, karena zaman sekarang telah bertambah kebutuhan hidup, yakni:

Hiburan

Hati-hatilah 'terjebak' atau terperosok dengan hal tersebut, karena dunia itu manis, menyenangkan, lagi menggembirakan. Hati-hatilah dengan hal tersebut, karena hal itu mampu membuyarkan tujuan awal kita. Kita boleh saja memikirkan atau menyelamatkan keduniaan, tapi kita juga penting untuk mengembalikan tujuan awal kita: yakni, kembali kepada-Nya.



Bersamamu, mari sama-sama mendukung untuk berdaya kembali kepada-Nya!



2017

Belum ada Komentar untuk " Buat Kekasih: Tentang Tujuan Hidup"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel