Apa yang Diharapkan Tatkala Menemukan Keakuan: Kesadaran


Tema kesadaran adalah ujung dari keakuan. Tatkala manusia telah menemukan keakuannya, maka ia akan sadar diri terhadap apa-apa yang telah terjadi kepada dirinya. Maka ia membutuhkan pengetahuan untuk melengkapi keakuannya.

Membutuhkan jalinan kemanusiaan untuk mengukuhkan keakuan.

Membutuhkan komunikasi untuk melengkapi keakuannya.

Membutuhkan interaksi untuk melengkapi kemanusiaanya.

Ia telah mengetahui kemanusiaanya:

Telah mengetahui kekuranganya.

Telah mengetahui keunggulannya.

Telah mengetahui sifat-sifatnya.

Telah mengetahui pola pikirnya.

Telah mengetahaui asal-usul dirinya.

Telah mengetahui tugasnya.

Telah mengetahui tugas dari keduniaan.

Maka sudah pasti, dia melihat dunia dengan sudut-pandang yang berbeda. Melihat sistematis dunia dengan sudut pandang yang lebih bijaksana. Lidahnya tidak akan mudah mengklaim ini-itu, tidak mudah tergiur dengan sesuatu tentang atas nama dunia. Pola-pikirnya akan terus menerus menjaga kesadarannya.

Ia mengupayakan dirinya tidak terjebak dengan arus keduniaan. Mengupayakan dirinya menuju pada ruang-ruang kebaikan. Dilihatnya, kebaikan dan keburukan pasti terjadi.

Dilihatnya konflik bakal ada dan pasti ada.

Dilihatnya bahwa semua adalah tentang putaran yang harus dijalani.

Dilihatnya bahwa semua manusia berusaha menyelamatkan dirinya.

Dilihatnya bahwa semua manusia mengharapkan kebaikan.

Pemikirannya mulai tersusun secara acak, dan diksi didalam dirinya, sarat dengan kalimat-kalimat sederhana. Dia masih berposisi menjadi orang yang bijak. Dia belum mampu memutuskan kecuali dengan ilmu.

Maka dia harus mencari ilmu

Maka dia harus duduk bersama orang berilmu

Maka dia harus mengumpulkan pengetahuan.

Maka dia harus menghafalkan pengetahuan.

Maka dia harus memahami pengetahuan.

Selanjutnya, diksi-diksinya akan bertambah, diksi-diksinya melesat. Pemikirannya, mulai lebat dengan teks-teks yang berada dalam cangkang pemikirannya. Ia mengikatkan dirinya dengan pengetahuan.

Apa yang dilakukan beralasan.

Apa yang dilakukan mempunyai dasar.

Apa yang dilakukan disertai pengetahuan.

Efeknya, lidahnya berbicara dengan sesuai pengetahuan-pengetahuan yang disimpan di dalam dirinya. Tulisan, wujud dari pengetahuannya, membicarakan tentang pengetahuan-pengetahuan. Ia menjadi juru bicara pengetahuan.

Sementara di dalam dirinya masih mencari sesuatu untuk memenuhi kemanusiaannya, manusia yang sempurna saat pengetahuan telah melesat di dalam dirinya:

Maka dirinya mulai mencari keakuan yang lebih.

Maka dirinya mulai mencari referensi keakuan.

Maka dirinya mencurahkan pencarian secara teks.

Dirinya, mengalami tingkatan pengetahuan. Dalil-dalilnya lebih kuat. Kemanusiaannya telah mapan. Materinya tercukupi. Kebutuhan dunianya telah lengkap.

Maka dia menjalani hidupnya yang dikata orang adalah orang pandai.

Maka dirinya masuk dalam proses diskusi.

Bisa jadi dirinya menuai perdebatan

Bisa jadi dirinya menuai kontroversi.

Atau bisa jadi, dia telah mengubur harapan yang muluk-muluk. Dia menjalani hidup dengan sederhana. Berjalannya pengetahuan di dalam dirinya dengan berangsur-asur. Tidak dipaksakan untuk lebih melesatkan tentang kepopuler dan pemuasan atas keakuan.

Dia menjauh dari hal-hal public atau menjadi pribadi yang berkarisma. Dia menjalani hidup layaknya orang-orang kampong. Menjalani hidup dengan ringan dan layaknya kapas. Menggiring anak-anaknya untuk mengikuti tradisi ilmu pengetahuan. Mengajarkan anaknya tentang nilai-nilai kebaikan dan sebab-musababnya. Memberitahu kepada orang-orang yang layak diberitahu. Menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban yang simpel dan ringkas. Segala soal yang datang kepadanya, bakal dijawab sesuai dengan realitas yang ada. Dia enggan menawarkan tentang ketersembunyian dan keberlimpahan pengetahuan. Namun lebih mengarahkan kepada realitas yang ada, menjalani kehidupan dengan system-system yang telah ada.

Dia menjalani kehidupan sarat dengan dalil yang tersembunyi.

Dia menjalani kehidupan dengan kematangan kepercayaan.

Dia menjalani kehidupan dengan sarat kepemahaman.

Karena dia telah mengetahui dirinya, lebih dalam, lebih terang, dan tidak ada yang mampu mengusik ‘keakuannya’ karena itu tersimpan di dalam pikiran atau dalam hatinya. Dan dia menjalani hidup dengan stabil. Sangat normal. Dia menerapkan unsur keseimbangan, karena dia telah mengetahui pintu-pintu realitas. Telah mengetahui paparan kehidupan.

Jika ditanya, bagaimana prosesmu untuk menjadikan kamu seperti sekarang ini?

Jawabnya, saya belajar.

Ditanya lagi, bagaiman prosesnya?

Jawabnya, perlu proses (bukan sebentar) untuk paham.

Semoga bermanfaat…

Belum ada Komentar untuk "Apa yang Diharapkan Tatkala Menemukan Keakuan: Kesadaran"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel