Nasihat: Tentang Muslim merayakan Internet
Kamis, 15 Desember 2016
Tambah Komentar
i0.wp.com
2016
Kalau kamu tidak menggunakan internet, kamu tentu ketinggalan zaman. Karena sekarang zamannya internet, zamannya gadget. Kenyataan lebih cenderung berkawan dengan gadget. Satu persatu manusia telah sibuk dengan alat-teknologi yang mereka punya. Kalau kamu tidak membawa, maka kamu laksana diacuhkan. Dialog-dialogmu laksana tak berguna, karena mereka memilih untuk masuk ke dunia yang tak nyata.
Dunia yang tak nyata, lintas internet, adalah kepastian.
Memang, hal yang nyata, yang benar-benar nyata, masih dibutuhkan. Namun, kenalilah, bahwa era-internet tidak bisa dibendung. Lamat-lamat, harga teknologi bakal semakin murah. Tatkala kamu tidak mempunyai, tentu kalau kamu dipaksa, ahaha kamu akan dipaksa mempunyai itu. kalaulah tidak dipaksa mungkin kamu akan diberi, dikasihani orang untuk memiliki.
Kalau tidak, maka kamu harus menjadi petani, menjalani hidup yang tercukupi: dan janganlah tertarik dengan dunia yang menawarkan gelegat kemilaunya dunia.
Namun, kenalilah, bahwa kebanyakan manusia-muslim-intelektual mempunyai hal itu. karena mereka belajar dalam nauangan Negara. Karena Negara senantiasa menuntut untuk mensejahterakan rakyatnya. Caranya tentu, dengan memasangkan internet-internet di kampong-kampung.
Lihatlah anak-anak pelajar itu, mereka mempunyai teknologi yang marak itu. kalaulah tidak punya, mereka akan tunduk kepada yang punya. Tunduk artinya, mengikuti mereka yang punya. Entah itu meminjam atau sekedar menonton.
Sebab teknologi pun tidak dilarang oleh agama. Sebab teknologi hukumnya tidak haram.
Kalau kamu tidak punya, maka terimalah ketidak-punyaanmu. Kalau kamu punya harta untuk mempunyai teknologi, keputusan ada padamu, apakah kamu ingin memiliki ataukah tidak! Itulah hakmu. Namun, pelajar-pelajar, senantiasa mempunyai itu.
Dan taufik, janganlah resah dengan kemajuan zaman. Janganlah galaulah terhadap itu.
Tugasku kepadamu adalah muslimkan dirimu. Tundukkan dirimu kepada-Nya. Pelajarilah lebih tentang agamanya. Tetaplah berprinsip bahwa tiada Tuhan selain Allah.
Rayakanlah teknologi, kalau kau mau, kalau kau tidak mempunyai penyaring, waspadailah teknologi: abaikanlah hal-hal yang melunturkan prinsipmu. Genggamlah kuat prinsipmu. Jangan mudah terpengaruh dengan perangkap keduniaan.
Keduniaan itu memang perlu, karena memang kita berada di dunia. Kita eksis di dunia.
Sekarang, apakah hati dalam dunia-teknologi ini adalah penting. Agaknya memang kurang penting, namun ternyata masih penting. Masihlah penting.
Orang-orang karena maraknya teknologi, terpincut pemikiran-pemikiran darimana saja, akhirnya pusing: dan untuk menyaring kepusingan itu, maka mereka kembali kepada esensi agama. Kembali kepada agama: sebab agama menawarkan realitas serealitas mungkin.
Orang-orang boleh saja menggunakan ear-phone, menutup pendengarnya dari seruan azan. Namun ingatlah, generasi penyeru tidak akan pernah habis. Generasi penyeru masih tetap ada. Generasi penyeru tetap saja ada. Generasi penyeru masih berlaku. Jika mereka tidak mendengar seruannya, ingatlah ayat-Nya: bahwa hati mereka tertutup untuk mendekat kepada-Nya.
Namun senantaisalah ingat, bahwa masih banyak orang yang percaya kepada-Nya. Lihatlah bagaimana kokohnya system yang buat oleh kaum muslimin. Tengoklah organisasi-organisasi muslimin. Perbedaan mereka adalah saling menguatkan.
Sejak dulu, memang ada perbedaan di antara muslim: ambillah hikmahnya. Karena perbedaan itu tentu saja menguatkan sesuatu yang disebut: Islam.
Dan kenalilah Negara kita: Negara muslim, yang hebat dalam mewujudkan kemuslimannya. Sekali pun dari isi, atau esensinya tidak begitu hebat. Namun banyak juga yang secara essensi sangatlah hebat. Islam itu ilmu kelembutan. Islam itu sangat lembut.
Tenanglah menghadapi zamanmu. Tenanglah. Tetaplah tunaikanlah kewajibanmu sebagai muslim. Muslim yang seperti apa? Tentu muslim sepengetahuanmu. Karena kelasmu, sekarang, bukanlah kelas yang membela tentang atas nama umat. Kelak, kalau kau telah memiliki pengetahuan banyak, barulah pertimbangkan tentang apa-apa yang kau ungkapkan. Karena kau telah menjadi panutan umat.
Sekarang, nikmatilah keislamanmu. Jangan beratkan tentang dosa: pikir saja hal sederhana, kalau kamu berdosa, masuk neraka. Dan berharaplah dapat ampunan dari Tuhanmu, dan mintalah syaafaat kepada Kanjeng Nabi. Begitu.
Oleh karenanya, jangan lupa, untuk meniru kanjeng nabi. Tirulah sebisa yang engkau tiru. Perlahan-lahan. Jangan dipaksakan. Pelan-pelan. Ambillah era internet tentang baiknya. Pungutlah. Jangan malu memungut itu. Jangan sungkan, karena ini memang zamannya.
Dunia yang tak nyata, lintas internet, adalah kepastian.
Memang, hal yang nyata, yang benar-benar nyata, masih dibutuhkan. Namun, kenalilah, bahwa era-internet tidak bisa dibendung. Lamat-lamat, harga teknologi bakal semakin murah. Tatkala kamu tidak mempunyai, tentu kalau kamu dipaksa, ahaha kamu akan dipaksa mempunyai itu. kalaulah tidak dipaksa mungkin kamu akan diberi, dikasihani orang untuk memiliki.
Kalau tidak, maka kamu harus menjadi petani, menjalani hidup yang tercukupi: dan janganlah tertarik dengan dunia yang menawarkan gelegat kemilaunya dunia.
Namun, kenalilah, bahwa kebanyakan manusia-muslim-intelektual mempunyai hal itu. karena mereka belajar dalam nauangan Negara. Karena Negara senantiasa menuntut untuk mensejahterakan rakyatnya. Caranya tentu, dengan memasangkan internet-internet di kampong-kampung.
Lihatlah anak-anak pelajar itu, mereka mempunyai teknologi yang marak itu. kalaulah tidak punya, mereka akan tunduk kepada yang punya. Tunduk artinya, mengikuti mereka yang punya. Entah itu meminjam atau sekedar menonton.
Sebab teknologi pun tidak dilarang oleh agama. Sebab teknologi hukumnya tidak haram.
Kalau kamu tidak punya, maka terimalah ketidak-punyaanmu. Kalau kamu punya harta untuk mempunyai teknologi, keputusan ada padamu, apakah kamu ingin memiliki ataukah tidak! Itulah hakmu. Namun, pelajar-pelajar, senantiasa mempunyai itu.
Dan taufik, janganlah resah dengan kemajuan zaman. Janganlah galaulah terhadap itu.
Tugasku kepadamu adalah muslimkan dirimu. Tundukkan dirimu kepada-Nya. Pelajarilah lebih tentang agamanya. Tetaplah berprinsip bahwa tiada Tuhan selain Allah.
Rayakanlah teknologi, kalau kau mau, kalau kau tidak mempunyai penyaring, waspadailah teknologi: abaikanlah hal-hal yang melunturkan prinsipmu. Genggamlah kuat prinsipmu. Jangan mudah terpengaruh dengan perangkap keduniaan.
Keduniaan itu memang perlu, karena memang kita berada di dunia. Kita eksis di dunia.
Sekarang, apakah hati dalam dunia-teknologi ini adalah penting. Agaknya memang kurang penting, namun ternyata masih penting. Masihlah penting.
Orang-orang karena maraknya teknologi, terpincut pemikiran-pemikiran darimana saja, akhirnya pusing: dan untuk menyaring kepusingan itu, maka mereka kembali kepada esensi agama. Kembali kepada agama: sebab agama menawarkan realitas serealitas mungkin.
Orang-orang boleh saja menggunakan ear-phone, menutup pendengarnya dari seruan azan. Namun ingatlah, generasi penyeru tidak akan pernah habis. Generasi penyeru masih tetap ada. Generasi penyeru tetap saja ada. Generasi penyeru masih berlaku. Jika mereka tidak mendengar seruannya, ingatlah ayat-Nya: bahwa hati mereka tertutup untuk mendekat kepada-Nya.
Namun senantaisalah ingat, bahwa masih banyak orang yang percaya kepada-Nya. Lihatlah bagaimana kokohnya system yang buat oleh kaum muslimin. Tengoklah organisasi-organisasi muslimin. Perbedaan mereka adalah saling menguatkan.
Sejak dulu, memang ada perbedaan di antara muslim: ambillah hikmahnya. Karena perbedaan itu tentu saja menguatkan sesuatu yang disebut: Islam.
Dan kenalilah Negara kita: Negara muslim, yang hebat dalam mewujudkan kemuslimannya. Sekali pun dari isi, atau esensinya tidak begitu hebat. Namun banyak juga yang secara essensi sangatlah hebat. Islam itu ilmu kelembutan. Islam itu sangat lembut.
Tenanglah menghadapi zamanmu. Tenanglah. Tetaplah tunaikanlah kewajibanmu sebagai muslim. Muslim yang seperti apa? Tentu muslim sepengetahuanmu. Karena kelasmu, sekarang, bukanlah kelas yang membela tentang atas nama umat. Kelak, kalau kau telah memiliki pengetahuan banyak, barulah pertimbangkan tentang apa-apa yang kau ungkapkan. Karena kau telah menjadi panutan umat.
Sekarang, nikmatilah keislamanmu. Jangan beratkan tentang dosa: pikir saja hal sederhana, kalau kamu berdosa, masuk neraka. Dan berharaplah dapat ampunan dari Tuhanmu, dan mintalah syaafaat kepada Kanjeng Nabi. Begitu.
Oleh karenanya, jangan lupa, untuk meniru kanjeng nabi. Tirulah sebisa yang engkau tiru. Perlahan-lahan. Jangan dipaksakan. Pelan-pelan. Ambillah era internet tentang baiknya. Pungutlah. Jangan malu memungut itu. Jangan sungkan, karena ini memang zamannya.
2016
Belum ada Komentar untuk "Nasihat: Tentang Muslim merayakan Internet "
Posting Komentar