Tentang Pemikiran Islam Era-Postmodern
Selasa, 13 Desember 2016
Tambah Komentar
Kau selalu tertarik dengan istilah postmodern. Istilah yang didengungkan oleh pemikiran barat, untuk menyatakan keadaan yang tepat untuk saat saat ini. Keadaan dimana kebudayaan barat semakin maju. Masa teknologi. Teknologi menjadi wabah terhadap realitas sosial. Realitas mulai bergeser. Yang semula sekedar realitas saja, yang benar-benar nyata, kini mulai mewabah ke bergerak.
Komunikasi yang dulu adalah
secara nyata, kini mulai ditambahi efek-efek teknologi.
Kenalilah, hal itu telah lama,
telah lama. Hanya saja, sekarang, kamu baru menyadari, bahwa era sekarang
adalah era teknologi. Kamu baru menyadari dengungan istilah hiperrealitas,
simulasi, realitas virtual.
Namun, pahamilah, namanya pemikir
islam itu senantiasa menjadi pemikir islam. Di saat zamannya postmodern, tentu
pemikir islam bakal turut serta menjadi memikirkan dengan hal-hal postmodern.
Apakah ada? Tentu ada! Hanya saja: kamu kurang mengetahui, hanya saja kamu
tidak mengetahui. Namun sekarang perlahan-lahan kamu mulai mengenal tokoh-tokoh
islam yang mengkaji ranah pemikiran ‘kan? Sebenarnya agak lama kamu telah
‘mengetahui’ tapi kamu belum berkenalan lebih lanjut. Kamu belum memahaminya:
kamu mengenal sayyed Hussein Nasr, Ali Harb, Hasan Hanafi, Muhammad Arkoun,
Amin Abdullah, Harun Nasution.
Namun ingatlah, kalau kau ingin
menjadi pemikir islam era postmodern, maka kamu harus mengusai keilmuan islam.
Itu harus. Kamu harus mengerti hal-hal dasar islam. Itu harus. Kamu harus
belajar bahasa arab. Itu harus. Kamu harus taat. Itu harus.
Kamu harus mengerti garis besar
seluruh pengetahuan islam. Itu harus.
Kamu harus menulis garis-besar
tentang fikih. Itu harus.
Kamu harus menulis garis besar
pemikir-pemikir islam.
Kamu harus menulis garis besar
tentang al-quran. Itu harus.
Kamu harus menulis garis-besar
tentang ilmu kalam. Itu harus.
Kamu harus menulis garis besar
tentang ilmu tasawuf. Itu harus.
Kamu harus menulis garis besar
sejarah islam. Itu harus.
Apakah kamu siap menjadi pemikir islam
yang sesungguhnya? Benar-benar menjadi pemikir islam yang sesungguhnya?
Benar-benar menjadi pemikir islam yang hebat? Cerdas!
Kalau kamu merasa kepayahan, maka
buatlah ringkasan tentang ilmu islam seringkas-ringkasnya. Banyak hal tentang
keilmuan islam. Namun diringkas, tetapkan prioritasmu untuk mengkaji pemikiran.
Pegang itu kuat-kuat, yang kau incar adalah pemikiran. Selain itu, adalah
pelengkap guna pemikiranmu.
Kenalilah, seiring perjalanan
waktu, tatkala kamu mengeluarkan pendapat-pendapat pengetahuanmu, maka itulah
disebut pemikiranmu. Itulah pola pemikiranmu.
Katamu, “Apakah itu murni
pemikiran islam?”
Jawabku, “Tetap murni. Karena itu
pemikiranmu. Pemikiran yang lahir karena inginnya pengetahuan tentang keislaman
dalam ranah postmodern.”
Selanjutnya, pemikiran
postmodern. Kamu berharap menjadi pemikir islam-postmodern, maka syarat yang
kedua adalah pengetahuan tentang filsafat.
Kamu harus mengerti tentang
sejarah filsafat kuno. Harus. Tulis.
Kamu harus mengerti tentang
perjalanan epistemology filsafat. Harus. Tulis.
Kamu harus mengerti tentang
kondisi-kondisi filsafat. Harus. Tulis.
Kamu harus bisa bahasa inggris.
Harus.
Kamu harus membaca banyak data
tentang teks-teks filsafat. Harus. Tulis.
Kamu harus menguasai tentang
metode-metode filsafat. Harus. Tulis.
Kamu harus sesekali membaca
karya-karya filsafat murni. Harus.
Apakah kamu siap melaksanakan hal
itu, kalau kau merasa terberatkan, kerjakanlah semampumu, jangan begitu
dipaksakan, jangan begitu diharapkan lebih-lebih, jalanilah dengan tenang.
Tapi, jika hal itu kau lakukan, maka terwujudlah harapanmu, maka jadilah engkau
orang yang konsentrasi kepada ilmu pengetahuan. Bagus. Good. Kau akan berkutat
ketat dengan pengetahuan. Selain pengetahuan akan menjadi sampingan. Selain
pengetahuan adalah realitas yang lain yang harus kau jalani. Karena prioritasmu
tetap seperti niatan awalnya: pemikir islam postmodern.
Selamat belajar…!
Belum ada Komentar untuk "Tentang Pemikiran Islam Era-Postmodern"
Posting Komentar