Apa makna lembaga Pendidikan Formal di zaman internet?
Jumat, 30 Desember 2016
Tambah Komentar
Lembaga pendidikan, zaman internet, adalah tuntutan manusia untuk lebih giat menggunakan rasio, lebih gencar menggunakan akalnya, jadilah cerdas, sibukkan waktu untuk membaca, sibukkan waktu untuk meresume pelajaran demi pelajaran, lebih sibuklah dalam dunia ilmu. Lebih sibukkan dan rutinitas membaca. Memahami apa-apa yang telah diberikan. Oleh karenanya, guru sibuk memberikan:
Tugas, tugas dan tugas
Tugas, tugas, dan tugas
Pekerajaan rumah, pekerjaan rumah, dan Tugas.
Efeknya, murid merasa jenuh dengan hari-harinya yang ditekan otaknya. Yang dipaksakan rasionya. Iya, kalau murid itu memang dalam keluarga orang cinta terhadap ilmu-pengetahuan. Kalau tidak:
Murid bisa jenuh dengan sesuatu yang namanya tugas, tugas dan tugas.
Murid jenuh dengan aktifitas akal, akal, dan akal.
Sebab sains, atau ilmu pengetahuan, selalu menggunakan akal, akal dan akal. Jangan katakan, bahwa lembaga pendidikan tidak menggunakan akal? Jangan sangkal bahwa lembaga pendidikan mengutamakan hati atau perasaan?
Kalau lembaga pendidikan menekan hati dan perasaan, maka yang terjadi, sekolah tersebut menjadi sekolah yang lentur. Apalagi diterapkan dalam kondisi keumuman! Oleh karenanya, Rene Descartes, sering disebut sebagai Bapaknya filsafat, karena lebih menekankan rasio. Yang selanjutnya, dikembangkan oleh Auguste Comte, dengan teori Positivisme. Penekananya apa? Data ilmiah.
Kalimat ilmiah hari ini? adalah ukurannya bukti, bukti, dan bukti.
Objektif, objektif, dan objektif.
Entah itu, pelajarnya dari mana, tidak perduli. Asal pelajar itu lolos dalam masuk seleksi, yakni seleksi yang menurut ukuran objektif, maka di masuk. Entah itu pintar atau bodoh, entah itu bergairah mencari ilmu atau tidak, bakal masuk.
Memang ada test wawancara masuk. Sebelum resmi, ada juga tes wawancara. Saya mengambil contoh, pelajar itu gagal masuk karena, ternyata, saat diwawancara, dia tidak sesuai dengan keobjektifannya, terlebih lagi, si pewancara adalah benar-benar menggunakan metode psikologi sains, yang ukurannya sangat ilmiah. Pelajar yang ukuran pengetahuannya standar, tidak masuk tes.
Karena dia membutuhkan sekolah. Maka dia masuk ke sekolahan swasta. Sekolah, yang mudah dimasuki. Dan sekolahan swasta pun menerima, karena sekolahan swasta membutuhkan murid. Karena, masuknya murid adalah jalan untuk keuangan. Jalan untuk mendapatkan pundi-pundi uang.
Jalan untuk memperluas jaringan peluang pekerjaan: entah itu dosen-dosen baru, atau pegawai-pegawai baru.
Itulah tragedy ilmu-pengetahuan.
Pada takaran filsafat barat, dikatakan dengan isu, filsafat postmodern: sekarang adalah zaman akibat melejitnya pengaruh modern. Apa itu modern? Yakni zaman mulai merayakan tentang teknologi. Sejak kapan? Sejak akal menang posisinya dari hati.
Apakah ada zaman hati menang daripada akal? Ada! Yakni zaman abad pertengahan, zaman dimana agama menguasai dunia. Agama apa? Agama nasrani dan kemudian islam, agama samawi: wahyu adalah pembatasnya.
Namun, pergeseran waktu, perubahan tidak bisa dihindari, perubahan tidak bisa dipungkiri.
Akal menang. Itulah muncul zaman modern. Sekarang, zaman postmodern: yang membicarakan tentang apa-apa yang terjadi setelah melejitnya zaman modern: yakni, orang-orang sibuk mendewakan rasionya, mendewakan akalnya, orang-orang sibuk dalam rutinitas yang berbaur tidak karu-karuan, manusia memilih jalan-jalan lain untuk bertahan hidup, sikap-sikap individualisme, mencuat, sikap-sikap sosialiseme mencuat, cenderungnya manusia para ranah konsumerisme. Cenderungnya manusia bergantung pada media. Media menjadi ‘pusat’ peradaban. Hal ini ditandai dengan teknologi-teknologi: media televise, selanjutnya internet (kenanglah mesin-mesin yang marak, teknologi-teknologi semakin canggih).
Jadi, sekarang, apa makna lembaga pendidikan formal di zaman informasi?
Jawabnya, bermacam-macam maknanya:
Ada yang ingin mengabarkan eksistensi sehingga ia masuk ke lembaga pendidikan
Ada yang ingin menumpang status pendidikan, sehingga ia masuk lembaga pendidikan
Ada yang ingin benar-benar mencari ilmu, sehingga ia masuk lembaga pendidikan
Ada yang ingin sekedar berkumpul dengan orang-orang berilmu, makanya masuk.
Ada yang ingin mendapatkan ijazah, kelak buat kerja.
Ada yang ingin mendapatkan kepuasan dirinya, makanya dia masuk lembaga pendidikan.
Ada yang masuk karena lingkungan memaksa masuk
Ada yang masuk karena menikmati masa muda
Begitulah makna lembaga pendidikan formal di zaman informasi!
2016
Belum ada Komentar untuk "Apa makna lembaga Pendidikan Formal di zaman internet?"
Posting Komentar