Nasihat: Apa Yang Saya Dapatkan Dari Mengaji Sejauh Ini: Engkau Dalam Epistemology Islam
Senin, 19 Desember 2016
Tambah Komentar
Engkau menjalankan tradisi islam dengan cara berguru dan senantiasa mengikatkan dirimu dalam naungan islam. engkau kali ini, bertanya, apa yang saya dapatkan dari mengaji sejauh ini: jawabnya, jangan bandingkan kau dengan nilai-objektif, Taufik.
Jangan bandingkan dirimu dengan teman-temanmu yang di mesir. Jangan.
Jangan bandingkan dirimu dengan teman-temanmu yang kini menjadi ustad. Jangan.
Jangan bandingkan dirimu dengan teman-temanmu yang kini kaya. Jangan.
Jangan bandingkan dirimu dengan teman-temanmu.
Kenalilah, kamu itu tiada bandingannya. Kamu itu special. Memang setiap mahluk adalah special. Setiap mahluk pastilah berbeda dengan lainnya. Oleh karenanya kamu special. Tidak ada yang menyerupaimu. Tidak ada yang menyerupai pemikiranmu. Tidak ada.
Jangan bandingkan pemikiranmu dengan pemikiran orang-orang barat, taufik. Jangan.
Jangan bandingkan pemikiranmu dengan pemikiran orang-orang arab, taufik. Jangan.
Kenalilah, pemikiranmu adlaah pemikiran yang lahir di antara keduanya, tapi kamu tidak pada keduanya. Pemikiranmu mungkin menyerupai diantara keduanya, namun tetap saja berbeda.
Kukatakan padamu: sebenarnya kamu berada di posisi mana.
Kamu berada pada posisi proses, tujuanmu adalah proses mengaji itu. Bukan tentang mengajinya. Itulah intinya. Tujuanmu adalah proses mengaji itu, bukan para kajiannya. Dan kamu menikmati proses itu. Saya katakan, kamu telah dinyatakan cinta dengan proses tersebut: bukankah dalam kajian filsafat, kamu berada dalam posisi epistemology: yakni ilmu tentang ilmu itu sendiri. Kamu berkutat ketat pada epistemology.
Dan engkau telah mengetahui bukan, bahwasanya, dalam filsafat, kalau hanya sekedar dibatasi epistemology maka hal itu belum sempurna, maka sistematika filsafat senantiasa melingkupi tiga hal, yakni ontology, epistemology dan aksiology. Aksiology adalah kajian tentang nilai. Bukankah sekarang engkau mempertanyakan nilaimu?
Lupakanlah nilaimu, kalau itu menekanmu. Tetaplah engkau menikmati kajianmu. Biarkan proses itu menjawabmu kelak. Kalau kamu ingin dinilai, maka rajinlah dalam merangkum hal-hal yang biasa. Kalau itu membuatmu merasa berat. Tetaplah menikmati prosesmu. Proses juga mempunyai jalan keluar, Taufik. Sejauh ini, yang menggiringmu adalah proses waktu bukan. Sampai-sampai engkau sadar diri tentang sesuatu yang sebenarnya sederhana.
Kata yang lain, “Jadi sebelum ini dia tidak sadar-diri?”
Jawabku, “Apakah engkau telah sadar-diri?”
Jawabnya, “Saya telah sadar.”
Jawabku, “Lalu adakah yang salah dengan apa yang dia lakukan, yang katamu dia tidak-sadar-diri?”
Katanya, “Bukankah tatkala saya menyadari posisi saya, berarti saya sadar. Tatkala saya melihat benda itu, saya adalah sadar.”
Jawabku, “Benar.”
Katanya, “Apa yang salah dengan pemikirannya?”
Jawabku, “Memangnya apakah dia salah dengan pemikirannya?”
Katanya, “Mengapa juga ia bertanya tentang pengetahuan yang didapatkan?”
Jawabku, “Dia itu mengoreksi dirinya sekali lagi, lebih lama. Sudahkah kamu mengoreksi dirimu?”
Katanya, “Untuk apa yang mengoreksi diriku! Saya khawatir menemukan banyak salah!”
Jawabku, “Kenalilah, pertanyaan itu terjadi karena dia menemukan kesalahan dalam dirinya. Apakah engkau telah menemukan kesalahan dalam dirimu?”
Koreksilah…
Belum ada Komentar untuk " Nasihat: Apa Yang Saya Dapatkan Dari Mengaji Sejauh Ini: Engkau Dalam Epistemology Islam "
Posting Komentar