Nasihat: Zaman Informasi, Janganlah Banyak Bicara


Aku tahu kamu telah mengetahui bahwa umatnya kanjeng nabi, dianjurkan untuk menjaga kata-kata, untuk menjaga pembicaraan kecuali pembicaraan yang baik. Sekarang, janganlah terpancing diri untuk mengabarkan kebaikan, penting juga ditimbang-timbang, apakah dia mengharapkan informasi: apakah dia membutuhkan informasi. Seringkas itu, Taufik.

Ada cara lain selain dengan pembicaraan Taufik, yakni dengan cara gerak-gerik tubuh. Oleh karenanya, engkau senantiasa menggerakan keislamanmu, menggerakan pengetahuan keislamanmu. Tepatilah secara waktu; maksudnya tatkala waktunya tiba, maka beribadahlah.

Andai engkau senantiasa menjaga hal itu, maka tubuhmu telah berbicara. Tubuhmu telah berkata-kata. Andai kata engkau bertatapan mata dengan seorang muslim. Tanpa disadari tubuhmu berkata-kata seperti ini:

“Sudah waktunya, ibadah, bukankah engkau mendengar seruan azan. Istirahatlah. Ibadahlah sejenak, ingatlah kepada Allah.”

Atau,

“Ayolah ibadah, saksikanlah waktunya telah tiba. Para penyeru telah memanggilmu. Tidakkah engkau mendengar seruan yang bersahut-sahut itu?”

Ketahuliah Taufik, tubuh bisa berbicara andai kata sebelumnya engkau mengajak-ajak mereka untuk beribadah. Dan pembicaraanmu senantiasa mengarah kepada islam. engkau berusaha keras untuk menjaga kemusliman dirimu. Tanpa hal itu, sangat sulit bahwa tubuhmu mampu berbicara. Namun, kamu bisa melatih dengan kalimat-kalimat yang mempertanya sekaligus memotivasi untuk melaksanakan ibadah, seperti:

“Mengapa kita akrab dengan azan namun diri kita tidak geregah untuk menjalankan shalat? Terlebih lagi shalat jamaah. Mendatangi asal-usul suara.”

Kalimat-kalimat semacam itu sangat memancing untuk beribadah. Kalimat-kalimat semacam itu memancing untuk melangsungkan perjalanan ibadah. Namun, kenalilah, di zaman ini telah banyak seruan, telah banyak kiai, telah banyak orang pandai, setiap masjid pasti mempunyai orang-orang pandai, setiap lingkungan mempunyai orang-orang pandai—jangan berpikir bagaimana kalau kamu berada di kalangan primitive? Bagiamana kalau orang-orang tidak mengenal agama? Jawabnya, berjalanannya waktu, tunjukanlan moral beragamamu. Tunjukanlah bagaimana keagamaanmu—maka jalankanlah pengetahuan keislamanmu menurut pengetahuanmu. Janganlah banyak bicara tentang hal-hal islam, apalagi memperdebatkannya. Kalau ada orang yang berdebat tentang agama, maka arahkan supaya menjadi perdebatan yang baik, dan berikanlah alasan: mengapa harus adanya perdebataan, tidak adakah hal ini dalam kitab-kitab? Jangan-jangan sudah diputuskan dan kita tidak mengetahuinya. Maka, marilah belajar lagi tentang agama-islam.

Atau, lebih baik engkau diam. Tidak usah berkata-kata. Ambillah hikmah dari apa yang telah diperdebatkan itu. sungguh, diam lebih baik.

Aku percaya bahwa dengan kediamanmu, sesungguhnya engkau hendak angkat bicara. Oleh karenanya, janganlah banyak bicara. Kenalilah, sekarang zamannya informasi, segala informasi telah ada kalau orang mau mencari. Apa-pun yang mereka butuhkan bakal ada, kalau mereka mencari. Kalau mereka tidak mencari tentu tidak mendapatkan. Dan tugasmu adalah menjalankan islam, menurut kemampuanmu. Sungguh aku telah percaya kemampuanmu sesungguhnya. Tentang kemampuan keislamanmu. Toh kemampuan islam, yang dianjurkan adalah hal-hal yang Nampak dan itu terkesan kebaikan: tentu engkau bisa menjalankan! Tentu engkau bisa melaksanakan. Akhir kata, janganlah banyak bicara pada era informasi. Ingat, sekarang era reformasi.

Laksanalah…

Belum ada Komentar untuk " Nasihat: Zaman Informasi, Janganlah Banyak Bicara "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel