Kenapa Filsafat Masih Dipelajari
Selasa, 20 Desember 2016
Tambah Komentar
gambar dari ssqq.com
Kau bertanya, kenapa filsafat masih dipelajari? Bahkan umat muslim dituntut untuk mempelajari filsafat. Bahkan masuk dalam tidak bisa menghelak bahwa umat muslim harus belajar filsafat, karena kurikulum pemerintah mewajibkan harus dipelajari. Kalau kau tidak masuk kuliah filsafat, maka engkau tidak akan lulus pada jenjang study. Tidak akan lulus. Oleh karenanya, harus diwajibkan.
Jika kau bertanya kenapa? Jawabannya bisa simple, kenapa tidak.
Lalu kau akan menggelontarkan alasan, bukankah dengan belajar filsafat, itu akan mengeruhi pemikiran kita, mengotori akidah kita, karena mengkaji filsafat adalah ilmu orang-orang barat, bukan ilmunya orang islam.
Jawabku, kenapa engkau telah memvonisi dirimu bahkan terkeruhi akan pemikiran filsafat, kalaulah engkau memang bersih dari akidah, tentu engkau akan lebih menguatkan tentang keaqidahan kan?
Lalu kau akan membalas, mengapa tidak diganti langsung dengan ilmu aqidah islam? Dan mengapa yang dikaji dan diwajibkan adalah kajian filsafat? Tidak dengan aqidah islam.
Jawabku, kau harus menerima dulu filsafat, barulah engkau kritik, jika mula-mula engkau telah membenci filsafat, atau sesuatu nama atas nama filsafat, sungguh kecondongan kebencianmu tidak jelas, sebab filsafat itu macam-macam, kenalilah filsafat mana yang engkau benci? Kalaulah filsafat barat yang kamu maksud, maka filsafat barat mana yang kamu benci. Dan alasan apa engkau membenci.
Engkau harus mempunyai alasan jelas terhadap apa yang engkau benci. Kalau belum-belum engkau telah membenci, berarti engkau telah mendahului sesuatu yang belum engkau ketahui. Kamu membenci karena katanya ‘kan? Kata Kiai misalnya. Memang sebagian kiai ada yang menolak untuk mengkaji filsafat, namun bagi kiai yang mengetahui, tentu tidak melarang terhadap kajian filsafat, hal itu juga telah diputuskan bersama dalam rapat kenegaraan, dan sekolah-sekolahan berada dalam kurungan Negara.
Kalau kiai tidak ikut rapat, dan tidak mensetujui keputusan rapat tentang keberadaan filsafat, maka berarti kiai harusnya tidak menganjurkan santrinya untuk masuk pada lembaga yang berada dalam naungan pemerintahan.
Kiai pun harus mengerti itu, mengerti naungan pemerintahan.
Kenalilah, pemerintahan kita, tidak sekedar berasaskan islam. Tidak. Hukumnya bukan hokum islam. islam memang mayoritas, namun mayoritas tidak bisa mengaktifkan untuk menjadikan Negara hokum islam. kalau bisa, maka berproses lama. Prosesnya itu tidak sebentar, karena lembaga telah mempunyai hokum-hukum.
Mari kenang sejarah.
Bagaimana kerajaan-kerajaan bisa runtuh dan berganti menjadi Negara-negara. Kenapa? Karena berjalannya waktu. karena semakin ramainya penduduk. Karena adanya urbanisasi. Karena melesatnya pengetahuan. Karena.. karena… karena…
Banyak alasan, dan itu membutuhkan waktu untuk menjadikan seperti itu.
Sekarang, kenang lagi, bagimana agama islam era pertama, era nabi Muhammad: apakah beliau membentuk pemerintahan yang khas, atau menjadikan Negara muslim, yang layak disebut dengan Negara muslim. Daerah yang dibangun nabi, tidak lain, masih serupa dengan pemerintahan-pemerintahan yang ada, yakni kerajaan. Sistemnya tidak jauh-jauh berbeda dengan system kerajaan, karena memang masanya masih kerjaan. Karena memang saatnya masih kerajaan.
Terlebih lagi, saya mau menguraikan tentang mengapa dianjurkan belajar filafat.
Jawabnya, supaya manusia saling mengerti satu-sama lain, dengan sudut-pandang filsafat. Sudut pandang filsafat adalah menggunakan strategi sistematis, universal, rasio, mendalam, dan akal. Jangan dulu, patahkan, terlalu menggunakan akal.
Kenalilah, zaman sekarang, mendominasi orang-orang menggunakan akalnya. Strategi filsafat adalah upaya untuk meninjau sesuatu yang lebih dalam, lebih sampai kepada akarnya. Supaya lebih bijak. Untuk Negara yang statusnya bercampur-campur budaya, bahasa dan agama, maka diperlukan orang-orang untuk pembijakan itu. jangan diartikan lebih, bahkan sampai kepada aqidah keimanan.
Ketahuilah, kajian filsafat sekarang, yang sering disebut zaman postmodern, yakni zaman setelah zaman modern. Adalah kondisi protes para filsuf karena maraknya modern. Karena terlalu mendewakan akal. Efek-efek yang terjadi adalah orang-orang menggunakan teknologi, realitas-maya, hipperrealitas, dan orang yang lebih sibuk pada realitas-maya.
Jika yang kau resahkan adalah keyakinan, maka janganlah di kaji filsafat tentang pendalaman-pendalaman yang dijangkau dengan akalnya, tapi ambillah filsafat sebagai teorinya. Filsafat sebagai metode. Filsafat sebagai cara untuk memahami realitas, memahami persoalan.
Kalau kau masih bertanya, memangnya apabedanya kajian filsafat dengan kajian yang lain? Kajian filsafat itu lebih realistis bahkan mampu menyentuh realistis.
Kalau kau masih bertanya, apa bedanya filsafat dengan sociology? Apa bedanya filsafat dengan fisika? Apa bedanya filsafat dengan psikologi? Apa bedanya filsafat dengan linguistic? Apa bedanya filsafat dengan sejarah?
Jawabku, yang pasti engkau tidak bisa menghindar dari belajar filsafat. Rajin-rajinlah membaca. Untuk memahami filsafat, penting rajin membaca.
Belum ada Komentar untuk "Kenapa Filsafat Masih Dipelajari "
Posting Komentar