MENGAPA MEREKA DI SEBUT FILSUF?

Dulu saya sempat bertanya, mengapa orang-orang itu, orang-orang yang kita kaji, dikenal sebagai filsuf. Alasan apa orang-orang tersebut di sebut filsuf?

Jawabannya, karena mereka berpikir menurut standarisasi filsuf. Apa itu standar pemikiran filsuf? Yakni kajiannya mendalam, kajiannya universal, kajiannya sarat dengan logika. Penggunaan ketat menggukan akal.

Itulah syarat-syarat mereka menjadi filsuf. Kajiannya pasti mendalam, kajiannya universal, kajiannya sarat menggunakan logika, dan kaiannya sarat menggunakan akal.

Namun tidak hanya terbatas dengan itu, namun kecenderungan senantiasa begitu, senantiasa menggunakan akalnya. Senantaisa kuat menggunakan rasionya. Yang berpikiran orientasinya kepada manusia umum. Manusia yang tidak dipetak-petakan.

Manusia secara umum. Itulah keluasan mengkaji filsafat. Maka filsuf mengkaji secara luas. Mengkaji secara besar. Sebab keumuman itu bersifat global. Awalnya mereka mengkaji tentang keumuman. Lama kelamaan mempunyai konsentrasi yang berbeda.

Saya contohkan tentang Filsuf muslim, Imam Al-ghozali, sekali pun banyak yang mengatakan bahwa beliau adalah ahli mistik, dan karya-karyanya banyak juga tentang keislaman, namun orang-orang barat, masih juga menyebutnya sebagai filsuf. Sebutan filsuf, karena beliau mengkaji filsafat. seringkas itu, karena beliau pernah menulis tentang filsuf, dan lalu tulisannya, menjadi bahan-bahan untuk dikaji. Itulah alasan dia dikatakan filsuf.

Walau hingga kemudian, konsentrasi dikerucutkan kepada ilmu agama. Maka tetap saja, beliau dikatakan filsuf, karena pernah mengenyam ranah-ranah kefilsafatan (ranah-ranah epistemology, ontology dan aksiology) namun hingga pada akhirnya mempunyai konsentrasi yang lain.

Pendek kata, filsuf adalah orang yang mengkaji filsafat.

Apakah pelaku filsuf berorientasi menulis?

Sejauh yang dibaca, sebenarnya mereka tidak perlu menulis, namun karena pemikirannya ingin diidentifikasi, maka penting baginya untuk menulis. Menulis adalah meluapkan apa-apa yang dipikirkan, yang kemudian dituangkan. Atau, menulis itu akibat dari pembacaan filsuf-filsuf sebelum dirinya, maka dia menulis: entah berupa komentar, atau tanggapan, atau meresume, atau merangkum. Tujuannya tentu untuk memahami, yang kemudian, ternyata, tatkala membaca mendapatkan kontradiski, dan dari kontradiksi maka menjadi penentang dari ajarannya.

Ada juga orang yang disebut filsuf, karena meneruskan apa-apa yang telah dipikirkan filsuf sebelumnya, dengan tambahan-tambahan. Oleh karenanya, dalam dunia filsafat, seringkali disebutkan, jalur-jalur keilmuan filsafat, semacam keterpengaruhan orang-orang filsafat, karena membaca lebih dalam terhadap teks-teks filsafat sebelumnya.

Namun ada juga filsuf, yang berpikir sendiri, dan berpikir sendiri itu akibat realitas yang telah ada, maka keterpengaruhan pemikirannya karena realitas itu, dan hasil dari pemikirannya adalah keumumam, yang kemudian membentuk moral.

Oleh karenanya, filsafat dan agama sangat dekat sekali. Perbedaan jelasnya, jika filsafat caranya (metodologi) berpikir, jika agama adalah menerima sistem pemikiran (wahyu). Jika filsafat penekanan kuat terhadap akal, jika agama penekanan menerima yang telah disistemkan (Wahyu): Posisinya akal nomer dua, dan penerimaan akal yang pertama.

Terakhir, mengapa mereka disebut filsuf? Jawabnya, karena mereka mengikuti syarat-syarat filsafat.

Belum ada Komentar untuk "MENGAPA MEREKA DI SEBUT FILSUF? "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel