Nasihat: Hiduplah Seperti Manusia Yang Lainnya
Sabtu, 24 Desember 2016
Tambah Komentar
Taufik, apakah engkau tahu apa makna seperti manusia yang lainnya? Yakni, untuk mendapatkan uang, maka bekerja. Tatkala tidak mau menjadi anak-buah, jadilah bos. Tatkala jadi bos, harus punya modal. Kalau tidak punya modal, maka hutang.
Orang-orang juga melakukan itu, Taufik.
Kalau terkesan payah menjadi pemimpin, maka jadilah prajurit. Lamarlah pekerjaan di persuhaan-perusahaan, bekerjalah. Lulus kuliah, melamarlah bekerja, di perusahaan.
Jangan pikir-pikir tentang agama, tentang umat-muslim, pikirkanlah bagiaman kehidupanmu. Biarkanlah orang-orang yang mempunyai agama yang berpikir tentang agama.
Kamu, sekedar menjalani apa-apa yang ditugaskan umat beragama.
Jangan lupa shalat.
Jalang lupa zakat.
Haji kalau mampu.
Kunjungilah orang yang sakit.
Jenguklah kerabat.
Jangan lupa bermurah hati.
Jangan sombong.
Janganlah turut geger-gegeran terhadap umat-beragama, yang pasti, jalankanlah tugasmu sebagaimana manusia yang beragama. sungguh, agama itu pada dasarnya untuk individu. Solidaritas, bacalah bukunya ibnu khaldun, lamat-lamat juga akan luntur.
Kenanglah sejarah bagaimana solidaritas-islam, luntur juga. Terjadi juga orang-orang korupsi, bermewah-mewahan dunia, dan sombong. Kenanglah sejarah khalifah islam yang pernah ada. Begitu juga kan pada akhirnya. Bukan agamanya yang salah, tapi pelakunya.
Oleh karenanya, sibukkanlah dirimu tentang agamamu. Kalau kamu keberatan, lakukanlah hal-hal yang mudah:
Jangan tinggalkan shalat. Jangan lupa wudhu.
Shalat itu tiangnya agama. Seringkas itu. Tiang agama. Agama untuk diri sendiri. Dapatkanlah kedamaian dari agama. Dapatkanlah kesejukan dari landasan keimanan. Dan agama jangan dipersulit. Jangan disulit-sulitkan. Kenalilah, tatkala kamu berusaha keras untuk mengatahui agama lebih lanjut, dan kau bersusaha meneliti detail-detail ilmu tentang agama, maka engkau akan menjadi orang-orang yang sibuknya tentang agama. Engkau akan sibuk dengan epistemoly keislaman. Engkau akan sibuk membaca. Engkau akan sibuk meratapi teks demi teks.
Belajar agama, pasti bersinggungan dengan teks.
Kalau kamu merasa berat.
Jadilah orang yang biasa. Tatkala lulus kuliah, lamarlah pekerjaan. Tabunglah sedikit-sedikit. Sesudah itu melamar perempuan, menikah. Jangan diberatkan dengan tanggung jawab laki-laki mencari nafkah sepenuhnya. Jangan beratkan tentang hal itu. kenalilah, tatkala engkau menikah, allah akan memberi rezeki untuk kelurga barumu. Pasti. Ada-ada saja jalan.
Entah itu jalan, yang mengharuskan kamu untuk bekerja.
Melamar apa-pun, pokoknya dapat uang. pokoknya bisa menghasilkan uang. yang penting, halal.
Pekerjaan halal, banyak, taufik:
Mencuci piring, menjemur, upahan kebon, upahan sawah, upahan ladang, ngojek, menjadi satpam, buruh di perusahaan, penjual Koran, dagang eceran, dagang di pasar, dagang di rumah: yang dijual macam-macam: menjual permen, menjual peci, menjual pensil, menjual baju, menjual jajan, menjual gorengan, menjual mie ayam.
Jangan pikirkan bangkrut. Usaha itu adakalanya bangkrut. Tidak makswuz langsung kaya mendadak. Orang kaya itu tidak ongkang-ongkangan. Tidak melamun tentang hujan-uang. Tidak melamun bagaimana rumah terbuat dari emas. Namun setiap harinya bekerja, bekerja dan jangan lupa ibadah.
Itu umum di Indonesia taufik. Sangat umum. Ibadah tidak bakal di lupakan, dan tidak bakal bisa hilang. Sekali pun dulu bejat, lama-lama, entah itu bertopeng, bermasker, agama-agamaan, bermain-main tentang agama, beragama kalau sedang masanya: mereka tetap akan menikmati sesuatu dari agama.
Tatkala lebaran misalnya. Mereka turut mudik. Mereka merayakan agama bersama keluarganya.
Lebaran bukan lagi tentang kesakralan-umat beragama, namun lebaran menjelma tradisi liburan dan temu-kangen keluarga, jalan-jalan dan lainnya. Bersamaan dengan itu, orang-orang tergerak hatinya untuk ibadah.
Dari satu juta orang yang jahat, pasti satu diantaranya ada yang bertaubat. Bisa jadi kamu, taufik. Dan untuk mudik, diperlukan uang. carilah hal-hal yang halal.
Yang pasti, setiap hari kamu bekerja. Setiap hari mendapatkan uang. Jangan pikir lama-lama untuk menjadi kaya. Kenalilah, kekayaan tidak menjamin kamu bahagia. Contohnya: televise itu, sinetron-sinetron itu. atau film-film barat. Lihatlah mereka kaya-kaya, juga banyak masalah. Juga bergelimpangan masalah. Kalau kamu tidak percaya, amatilah baik-baik keluarga orang kaya. Amatilah dengan jeli. Sangat jeli. Jeli sekali.
Yang kaya yang miskin. Sama saja, punya masalah masing-masing.
Sekarang, jangan pusingkan tentang hidup. Rumus ringkasnya:
Kalau mau dapat uang, bekerja.
Jangan lupakan agama.
Kalau lalai agama, taubat.
Jangan beratkan tentang agama.
Kalau berbuat dosa, wajar, manusia
Lalu mohon ampunlah.
Kalau mau pintar, jangan lupa belajar.
Kalau mau kaya, bekerja keras.
Jangan lupa menabung.
Kalau mau kaya, ingatlah tuhan yang mempunyai semua
Kalau kau percaya bahwasanya semua milik-Nya
Dan kamu cinta dengan Tuhan, maka semua juga termasuk milikmu, Taufik
Renungkanlah…
**
Sekarang, kamu kuliah, pikirkanlah kuliah. Kalau mau pintar, belajar. Apa yang dipelajari, pelajaran yang dikuliahi. Jangan sok-sibuk dengan urusan organisasi, organisasi boleh-boleh saja, tapi tetap yang paling penting itu kuliahnya, yang lebih penting lagi, ilmunya. Memungut ilmu dari organasisi baik, lebih baiknya kalau berorganisasi sesuai dengan bidang kuliahmu, sesuai yang akan memperlancarkan tentang kuliahmu.
Tujuan kuliah kerja. Sudah. Mentok begitu. Aku telah menerka pemikiranmu. Jangan sombong mengatakan, tujuan kuliah mencari ilmu: aku tidak percaya. Aku tidak percaya engkau benar-benar sibuk ingin meraih tentang keilmuanmu. Kalau kau benar-benar sibuk dan mencintai ilmu, saya pastikan hari-harimu akan seperti ini:
Engkau akan merangkum keilmuan secara menyeluruh, tujuannya, supaya ngelotok dalam otakkmu
Engkau akan merangkum sejarah keilmuan yang engkau tuju, tujuannya, supaya mengerti alur sejarah.
Engkau akan sibuk dengan buku, tujuannya tentu menyempurnakan tentang keilmuanmu.
Setelah itu, engkau akan merangkum dan engkau akan sibuk menulis atau mengetik, tujuannya, untuk mengikatkan pengetahuanmu.
Atau, engkau akan rajin hapalan demi hapalan: kenalilah, orang-orang islam, hapalannya itu banyak: tidak sekedar al-quran doang, ada hafalan hadist, ada hafalan shorof, ada hafalan sejarah-islam, ada hafalan tentang bahasa arab, selanjutnya, setoran kepada guru-gurumu.
Dengan seperti itu, waktumu akan sibuk. Sibuk sekali. Super sibuk. Bahkan engkau bisa jadi akan berkata: mengapa waktu begitu cepat padahal baru sedikit sekali yang kuhapalkan? Padahal baru sedikit yang aku ketahui?
Lalu selanjutnya, pekerjaanmu adalah peneliti dan penceramah, atau bisa jadi mengajar: sebab, engkau sangat cerdas, cerdas sekali.
Begitulah kalau engkau benar-benar sibuk dengan sesuatu yang namanya ilmu. Bakal dan harus sibuk dengan dunia teks. dunia informasi. Kenalilah, ilmu itu sarat akan informasi. Kamu tahu, informasi yang ditawarkan Kanjeng Nabi: lintas sejarah, dari nabi adam sampai nabi isa. Itu bukan waktu yang simpel. Itu waktu yang lama.
Begitulah kalau engkau benar-benar sibuk dengan dunia ilmu. Hidupmu bukan sekedar urusan perut. Kalau kamu pengkaji islam, mengapa tidak berpuasa, bukankah waktumu sibuk, sangat sibuk. Hidup bukan tentang perut. Namun hidup tentang ilmu, ilmu dan ilmu. Begitulah kalau engkau sibuk dengan ilmu.
Tapi aku melihat engkau memang berada di lingkungan ilmu, sayangnya engkau tidak benar-benar untuk meraih ilmu. Terimalah kenyataan itu. Terimalah.
Sekarang, selesaikanlah kuliahmu.
Kalau ada tugas, kerjakan.
Kalau pusing, minum obat.
Tugas itu dikerjakan, jangan dipikirkan.
Tugas itu kerjakan, jadi tidak pusing.
Kalau dipikirkan, jadinya pusing.
Kalau pusing, minum obat.
Selesai kuliah. Setelah itu melamar kerja. Di perusahaan-perusahaan. Atau kalau mau lanjut kuliah, tentu baik.
Saran saya: jangan lupa ibadah.
Yang lain juga seperti itu, taufik. Kalau kamu berkata, “Yang lain juga berbuat dosa!”
Jawabku, banyak juga yang lain yang beribadah. Banyak. Sangat. Pilihannya jelas:
Kalau kamu berdosa, kelak, masuk neraka.
Kalau kamu berbuat baik, kelak, masuk surga.
Kalau kamu bertanya lebih tentang islam. Jawabku, kamu punya pengetahuan tentang islam. Ingatlah...
Belum ada Komentar untuk "Nasihat: Hiduplah Seperti Manusia Yang Lainnya "
Posting Komentar