Nasihat: Tentang Umat Muslim Pada Masa Postmodern

Taufik, janganlah engkau terlalu mengurusi sesuatu yang namanya ‘umat’. Ingatlah belum saatnya engkau menyatakan tentang keumatan, apalagi tentang bagaimana umat-muslim. Lihatlah dirimu, kasihanilah dirimu, pengetahuanmu belum sempurna tentang keislaman. Biarkan orang-orang yang hebat lagi pandai tentang pengetahuan islam yang mengurus umat-muslim.

Yang pasti, islamkan dirimu semampumu. Taatkan dirimu semampumu. Kau paham maksudku menyampaikan, islamkan dirimu semampu. Yakni:

Bahwasanya untuk pasrah kepada sesuatu yang telah Dia ciptakan tidak semudah seperti teks. Percaya kepada-Nya tidak semudah mengatakan: aku percaya. Memang, keyakinan membawa kepada pengetahuan-pengetahuan yang lain. Karena kamu percaya-kepada-Nya maka kamu terbawa untuk mendapati pengetahuan tentang-Nya.

Namun kenalilah, pengetahuan tentang-Nya itu sangat luas. Itulah yang mesti kau konsentrasikan di dalam dirimu. Biarkankan itu menjadi prinsip dalam dirimu. Pendek kata, urusilah dirimu.

Urusilah bagaimana duniamu. Jangan biarkan aku mendengar keluhanmu, lagi-lagi tentang kemelaratan, tentang kekurangan materi, tentang seramnya ketidak-punyaan harta: jangan.

Kalau kau ingin mendapatkan uang, maka bekerjalah. Bekerjalah pada masa postmodern. Kalau mampu menulis, mengapa tak kau lesatkan dengan caramu. Jika kau perduli dengan sesuatu yang disebut ‘sistem islam’ atau agama islam, maka tuliskanlah tentang islam. Islam menurut penangkapanmu.

Curahkanlah pengalaman keislamanmu. Sungguh, pengalamanmu berbeda dengan pengalamanku, karena kamu mempunyai waktu dan pertemuan-pertemuan yang berbeda denganku. Realitasmu berbeda dengan realitasku.

Jangan terpancing dengan pengetahuan-pengetahuanmu, seperti pengetahuan telah engkau baca, layaknya kajian-kajian ilmu kalam: ikutilah yang kiai-kiaimu katakan, ajarkan. Pakailah kesimpelan itu. Pakailah kesederhanaan itu. Jangan ribetkan dengan sok-sok menjadi pemikir-islam: jangan anggap bahwa engkau mempunyai pemikiran-sendiri tentang keislaman. Mengikuti Kiai lebih baik dan itu sangat realistis. Cobalah pertahankan, tentang praktik-praktik islam yang sederhana.

Apa itu? Wudhu, shalat, misalnya. Dari keduanya itu, kalau kamu benar-benar menjaga, maka bakal menjadi suatu keahlian untuk masa kini. Andaikata kamu serius tentang shalat: menelusuri tentang shalat, memahami esensi shalat, mengupas pemikiran-pemikiran orang-orang muslim tentang shalat, menghubungkan shalat dengan kajian postmodern, maka akan menjadi tema besar.

Kalau kamu sibuk memikirkan umat, saya menerka, pikiranmu atas nama umat adalah lintas internasional. Lintas global. Kamu selalu terpikirkan tentang itu. Padahal, umat itu bisa dalam lingkungan kecil. Desamu, misalnya. Ah desa terlalu besar. Rukun Tetangga (RT). Umatmu adalah se RT. Ah itu masih besar. Umatmu adalah sekeluargamu. Ah itu masih besar. Umatmu adalah dirimu. Nah itulah yang penting kamu pahami.

Kamu penting mengumatkan dirimu. Penting mengajarinya. Membimbingnya untuk jalan lebih baik. Ke jalan yang lurus. Jalan yang telah diberi nikmat oleh-Nya.

Zaman postmodern memang zaman serba tantangan, namun tantangan itu muncul kalau kamu tidak bisa menjawab tantangan itu. Kenalilah, bahwa kamu masuk dalam zaman postmodern. Selamat berjuang…

Belum ada Komentar untuk "Nasihat: Tentang Umat Muslim Pada Masa Postmodern"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel