Surat Buat Guru: Shalat dan Data-data Pengetahuan
Kamis, 22 Desember 2016
Tambah Komentar
Selama ini, saya memang tidak menyadari benar bahwasanya shalat itu syarat dengan pengetahuan-pengetahuan keislaman. Shalat sekedar menjalankan teks. Namun, pada akhirnya, saya mulai menyadari bahwasanya shalat sarat dengan data-data pengetahuan, yakni data-data keilmuan. Shalat senantiasa menyambungkan pada ilmu bahasa arab, nahwu, shorof, ilmu kalam, sejarah islam, hadist, dan juga al-quran.
Karena teks yang ada dalam shalat tidak serta merta sekedar teks. Namun teks yang bermakna. Teks yang mempunyai makna. Teks yang mengandung makna. Teks yang melahirkan makna.
Memang saya telah mengetahui bahwasanya shalat menggunakan bahasa arab, tidak boleh tidak. Itulah syaratnya. Syarat itu tentu digunakan untuk menjaga kebahasaan islam, bahwa bahasa islam senantiasa menggunakan bahasa arab. Namun, selain menggunakan bahasa arab, ada makna di dalam bahasa.
Makna itu, sebenarnya yang menurut saya lebih penting, karena makna itu yang diucapkan yang kelak bakal menjadi sumber utama yang mempengarusi psikologi pelaku shalat. Pelaku shalat akan merasa interaksi kalau mengetahui makna dari teks shalat. Kalau tidak, mungkin, interaksi yang dilakukan adalah interaksi palsu. Yakni, shalat sekedar shalat. karena tidak memahami makna shalat.
Palsu yang saya maksud ditunjukan adalah supaya umat muslim senantiasa belajar terhadap keislaman dan guru-guru berusaha menyampaikan tentang makna-makna shalat. Sekali pun di zaman sekarang telah banyak informasi tentang makna dari teks shalat.
Lebih dari itu, saya ingin menyampaikan tentang data-data pengetahuan islam. Yakni, bahwasanya shalat seringkali berinteraksi dengan pengetahuan-pengetahuan keislaman.
Semakin orang itu mengetahui-banyak tentang keilmuan islam, semakin orang itu berdiri lama sambil merenungkan tentang makna teks.
Shalat dalam hal ini bisa menjadi shalat yang merenung tentang pengetahuan. Maka sangat dibutuhkan pengetahuan-pengetahuan yang lain, dan pengetahuan yang datang yang kurang lengkap maka akan sangat menganggu untuk menikmati negeri-fantasi dalam teks.
Seringkali saya berfantasi-pikiran tatkala sampai pada ayat: siratthalladi na an’amta alaihim… maka disaat saya mengetahui makna maka akan mbelandang pikiran kepada ayat-ayat yang berhubungan tentang orang-orang yang diberi nikmat seperti, nabi Ibrahim, nabi nuh, nabi yusuf, dan orang-orang yang disebutkan dalam al-quran. Tujuannya, tentu untuk lebih mengeraketkan pengetahuan tentang ayat-ayat al-quran.
Pada akhirnya, shalat, yang awalnya sederhana, lamat-lamat menjadi tidak sederhana. Hal itu terjadi karena saya sedang mencari ilmu-pengetahuan. Suatu kewajaran kalau saya ingin mendapat pengetahuan; lebih menguatkan tentang pengetahuan keislaman saya.
Namun hal itu tidak harus menjadi beban bagi orang yang tidak berkecimpung keras terhadap pengetahuan. Tidak harus dipaksakan untuk mengetahui hal-hal tersebut. Yang pasti menjalankan shalat. hal itu, adalah tuntutan bagi orang yang ingin mendalami tentang agama islam. Lebih mendalami tentang agama, yang bertujuan mendapatkan kesejukan lagi kedamaian yang sungguh-sungguh melalui shalat.
Apakah orang-orang yang tidak melakukan seperti itu tidak mendapatkan kedamaian? Saya berpikir, bahwa adakalanya dengan niat yang kuat, bisa saja orang shalat mendapatkan kedamaian. Yang mereka tujukan adalah allah. Dengan landasan: tidak ada tuhan selain allah. Konsentrasinya simpel. Data pengetahuan shalat mungkin minim, namun kepasrahan hati adalah focus, dibanding para pelajar yang shalatnya merimbun data-data pengetahuan. Bisa jadi, data-data pengetahuan malah mengaburkan tentang apa yang dituju.
Itulah mengapa agama islam adalah agama praktis. Dengan dasar, Allah Maha Mengetahui, Allah akan memberI petunjuk kepada siapa yang ingin Allah beri petunjuk. Tidak terbatas orang-pandai atau orang yang tidak banyak pengetahuan. Allah maha kuasa atas segala sesuatu.
Dan tujuan saya kepadamu adalah menyerahkan diriku kepadamu. Mohon doa dan restunya…
Karena teks yang ada dalam shalat tidak serta merta sekedar teks. Namun teks yang bermakna. Teks yang mempunyai makna. Teks yang mengandung makna. Teks yang melahirkan makna.
Memang saya telah mengetahui bahwasanya shalat menggunakan bahasa arab, tidak boleh tidak. Itulah syaratnya. Syarat itu tentu digunakan untuk menjaga kebahasaan islam, bahwa bahasa islam senantiasa menggunakan bahasa arab. Namun, selain menggunakan bahasa arab, ada makna di dalam bahasa.
Makna itu, sebenarnya yang menurut saya lebih penting, karena makna itu yang diucapkan yang kelak bakal menjadi sumber utama yang mempengarusi psikologi pelaku shalat. Pelaku shalat akan merasa interaksi kalau mengetahui makna dari teks shalat. Kalau tidak, mungkin, interaksi yang dilakukan adalah interaksi palsu. Yakni, shalat sekedar shalat. karena tidak memahami makna shalat.
Palsu yang saya maksud ditunjukan adalah supaya umat muslim senantiasa belajar terhadap keislaman dan guru-guru berusaha menyampaikan tentang makna-makna shalat. Sekali pun di zaman sekarang telah banyak informasi tentang makna dari teks shalat.
Lebih dari itu, saya ingin menyampaikan tentang data-data pengetahuan islam. Yakni, bahwasanya shalat seringkali berinteraksi dengan pengetahuan-pengetahuan keislaman.
Semakin orang itu mengetahui-banyak tentang keilmuan islam, semakin orang itu berdiri lama sambil merenungkan tentang makna teks.
Shalat dalam hal ini bisa menjadi shalat yang merenung tentang pengetahuan. Maka sangat dibutuhkan pengetahuan-pengetahuan yang lain, dan pengetahuan yang datang yang kurang lengkap maka akan sangat menganggu untuk menikmati negeri-fantasi dalam teks.
Seringkali saya berfantasi-pikiran tatkala sampai pada ayat: siratthalladi na an’amta alaihim… maka disaat saya mengetahui makna maka akan mbelandang pikiran kepada ayat-ayat yang berhubungan tentang orang-orang yang diberi nikmat seperti, nabi Ibrahim, nabi nuh, nabi yusuf, dan orang-orang yang disebutkan dalam al-quran. Tujuannya, tentu untuk lebih mengeraketkan pengetahuan tentang ayat-ayat al-quran.
Pada akhirnya, shalat, yang awalnya sederhana, lamat-lamat menjadi tidak sederhana. Hal itu terjadi karena saya sedang mencari ilmu-pengetahuan. Suatu kewajaran kalau saya ingin mendapat pengetahuan; lebih menguatkan tentang pengetahuan keislaman saya.
Namun hal itu tidak harus menjadi beban bagi orang yang tidak berkecimpung keras terhadap pengetahuan. Tidak harus dipaksakan untuk mengetahui hal-hal tersebut. Yang pasti menjalankan shalat. hal itu, adalah tuntutan bagi orang yang ingin mendalami tentang agama islam. Lebih mendalami tentang agama, yang bertujuan mendapatkan kesejukan lagi kedamaian yang sungguh-sungguh melalui shalat.
Apakah orang-orang yang tidak melakukan seperti itu tidak mendapatkan kedamaian? Saya berpikir, bahwa adakalanya dengan niat yang kuat, bisa saja orang shalat mendapatkan kedamaian. Yang mereka tujukan adalah allah. Dengan landasan: tidak ada tuhan selain allah. Konsentrasinya simpel. Data pengetahuan shalat mungkin minim, namun kepasrahan hati adalah focus, dibanding para pelajar yang shalatnya merimbun data-data pengetahuan. Bisa jadi, data-data pengetahuan malah mengaburkan tentang apa yang dituju.
Itulah mengapa agama islam adalah agama praktis. Dengan dasar, Allah Maha Mengetahui, Allah akan memberI petunjuk kepada siapa yang ingin Allah beri petunjuk. Tidak terbatas orang-pandai atau orang yang tidak banyak pengetahuan. Allah maha kuasa atas segala sesuatu.
Dan tujuan saya kepadamu adalah menyerahkan diriku kepadamu. Mohon doa dan restunya…
Belum ada Komentar untuk "Surat Buat Guru: Shalat dan Data-data Pengetahuan "
Posting Komentar