Nasihat: Tentang Lembaga Pendidkan Era Postmodern









Pak, saya tidak menangkap jelas tujuan dari lembaga-pendidikan pada era postmodern, mohonlah dijelaskan? Apakah saya harus rajin belajar: sungguh benar-benar rajin belajar, rajin sekali, maka saya akan memutuskan hubungan dengan masyarat. Tidak ada masyarakat kecuali guru di kelas dan teman-teman kelas adalah sampiran belaka. Karena tujuan dari rajin sekali belajar, adalah demi nilai. Demi pengetahuan saya.




Engkau mengetahui betapa banyak pelajaran yang harus saya kaji! Engkau mengetahui betapa banyak mata pelajaran yang harus saya pahami.




Kalau saya serius sekali. Konsentrasi sekali dengan belajar. Maka jelas, saya akan memutuskan relasi dengan yang lain, kecuali kepada guru. Saya akan sangat-sangat merugi kalau saya membuang-buang waktu. Tatkala saya ketat dengan konsen belajar, rajin belajar, saya pasti bersifat individualis. Sebab hari-hari saya adalah membaca, membaca dan menulis. Saya akan merugi kalau meninggalkan waktu tanpa itu.






Tapi saya! Saya belum seperti itu. Mohonlah petunjuk tentang apa yang harusnya aku lakukan?


**






Taufik, kamu harus rajin belajar. Kenalilah, lembaga-pendidikan masa postmodern tidak menjamin tentang kejelasan tujuannya! Percayalah akan hal yang telah kamu percayai: bukankah sejak dulu kamu mengklaim seperti itu. Tepat sekali. Pengetahuan era-postmodern itu kacau. Sangat kacau.


Semakin ditekan untuk mengkaji sains, maka jadilah nantinya seperti bangsa eropa masa modern: tergelapkan pemikiran oleh rasionya.






Tapi tetaplah lembaga pendidikan itu perlu—walau kadang di zaman postmodern, untuk mendapatkan pengetahuan tidak harus lewat lembaga-pendidikan saja. Kau tahu tujuan lembaga-pendidikan kita, sebenarnya kalau dipikir-pikir, mereka menahan jiwa-liar kemanusiaan, menahan manusia supaya tidak melampaui kemanusiaannya. Kalau tidak! Maka orang Indonesia, semua akan mengonsentrasikan tentang pendidikan keahlian: mendidik anak sejak kecil untuk menjadi ahli seperti itu. namun manusia Indonesia tidak, sebab kenapa: engkau telah menebak.






Agama! Islam. Islam itu yang membatasi tentang pelampauan terhadap realitas yang sebenarnya. Maka tetap, saran saya:






Rajinlah belajar. Jadilah biasa-biasa saja. Tatkala waktunya shalat, maka sholat. Maka individualism bakal tertutup oleh hubungan sosial yang ringkas itu. waktu shalat jamaah tidak lama kan? Kalau ada yang berkoar, kenapa kamu sangat individualis?






Jawablah, “Saya rajin ke Masjid kok, menjalin sosial!”






Rajinlah belajar. Jangan khawatir dicap individualis. Manusia Indonesia banyak yang seperti itu. Banyak. Melimpah. Cobalah renungkan. Padatkan waktumu sepadat-padatnya, kau tahu, sebagai dosen, tentu saya juga gembira kalau mempunyai mahasiswa yang hebat. Itulah manusiawi.


Kenalilah, islam di Indonesia, itu telah mengokoh dan hebat. Zaman postmodern, bagi Indonesia, adalah biasa. Sejak dulu telah datang, Bapakku telah menciptakan lagu: Tahun Millennium, Anakku, Dimana-mana dosa, dan Manusia seutuhnya. Amatilah lirik-liriknya. Amatilah lirik-lirik Nasida Ria: itulah jawaban buat muslim Indonesia.






Engkau telah mengetahui bahwa manusia Indonesia menerima budaya asing, namun tidak sepenuhnya diserapkan. Kejelasan memang milik islam. Begitu. System pendidikan yang hebat memang islam, tujuanya, menjadikan manusia adalah manusiawi.






Oke. Jangan galau terhadap pengetahuan era-postmodern. Tapi kalau galau sedikit tidak apa! Wajar: mungkin kegalauanmu akan tambah menyadarkan orang muslim, terhadap kemuslimannya.






2016

Belum ada Komentar untuk "Nasihat: Tentang Lembaga Pendidkan Era Postmodern"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel