Prolog Tentang Freidrick Nietzsche dan Postmodern
Selasa, 27 Desember 2016
Tambah Komentar
Karena membaca buku, Good and Evil: Menuju Filsuf Masa depan, Nietzsche, saya mulai menyukai filsafat, sekedar suka dengan filsafat. Tidak lebih, sekedar menyukai filsafat, tidak lebih: suka adalah saya tertarik filsafat karena menyukai teks-Nietzsche, tidak lebih dari itu. suka yang tidak beralasan. Suka yang sekedar melintasi teks-filsafat. Suka yang sekedar menikmati tatkala berkawan dengan teks-filsafat.
Boleh dikatakan, ini adalah suka (cinta) buta, sekedar menyukai tanpa alasan lebih, karena saya melihat pemikiran saya di dalam teks. Saya merasa bahwa kebanyakan, mendominasi, apa yang dituliskan Nietzsche adalah tentang apa-apa yang saya pikirkan. Wal-hasil, saya laksana membaca diri saya di dalam sana. Saya tidak terprovokasi terhadap apa-apa yang beliau katakan. Sangat tidak terprovokasi. Hanya saja, saya persis membaca diri saya di dalam teks. (Ini kelak, menjadi bibit-bibit proses tentang pertanyaan keakuan saya: karena saya tidak-ada kejelasan pada kesayaan, saya)
Sebab saya melihat diri saya di dalam teks-Nietzsche, maka saya mengejar lagi teks-teks tentang nietzhe: saya dapatkan teks Sabda Zarathustra. Sekali lagi, saya dapatkan bahwa saya berada di dalam teks, bahwa seolah-olah itulah pemikiran saya. Itulah yang saya pikirkan. Dan mungkin, tidak ada yang tahu, bahwa anggapan saya seperti itu: bahwa apa yang dipikirkan Nietzsche adalah apa yang saya pikirkan. Bukan soal menjawab pemikiran saya, namun itulah yang saya pikiran.
Ringkas kata, saya mulai belajar filsafat, saya semakin sibuk dengan teks-teks filsafat, saya semakin terarah pada teks-teks filsafat, saya berusaha mencari sekali lagi, lebih dalam, tentang sesuatu yang berkaitan dengan nietzche, lamat-lamat semakin hari semakin jelas, kecocokanku dengan beliau.
Saya menemukan, bahwa Nietzsche itu sering di sebut tonggak dari filsafat postmodern. Dengan alasan, bahwa dia mengkritik tentang budaya modern. Sarat penggunakan rasio. Sarat menggunakan akalnya. Sarat dengan nilai-nilai objektif yang sebenarnya objektif itu juga penting dipertanyakan. Dia mengkritik tentang kebudayaan rasio, akibatnya, orang-orang sibuk dengan data-data objektif, yang sebenarnya hidup bukan sekedar tentang objektif, namun juga kepentingan subjektif.
Terlebih lagi, yang paling utama dari kehidupan ini, bukanlah tentang itu semua, melainkan moral. Tujuannya tentu untuk kebaikan umat manusia. Umat manusia yang bermoral, oleh karenanya dia banyak menulis tentang moral. Terlebih lagi, karya besarnya—seringkali Sabda Zarathustra dikatakan karya besarnya: yang merangkum tentang pemikiran Nietzsche—yang membicarakan tentang kepentingan aturan moral yang diajarkan melalui sosok yang bernama Zarathustra. Nama itu sendiri pun, didapatkan dari Nabinya orang Majuzi yang bernama Zarathustra, yang tidak mempunyai kitab, kemudian sabda zarathustra adalah tentang kemoralan yang ditawarkan Zarathustra.
Selanjutnya, karena alasan Nietzsche dari kalangan beragama, keluarganya sarat dengan hal-hal yang berkaitan dengan agama, pastor, yang mungkin, melihat orang-orang beragama tidak menjalankan keyakinan beragama tidak menjalankan keyakinannya dengan benar-benar orang yang beragama. Niezche protes.
Protes itu dituangkan dengan tulisan-tulisannya. Yang berkonsentrasi pada moral, pada etika, sebabnya karena kemajuan budaya, karena kemajuan sains, alasannya, karena dia juga mengkaji filologi klasik, filologi yunani. dengan begitu, maka selanjutnya, pemikir-pemikir sesudahnya, mengikuti langkahnya dengan mengembangkan dari dasaran: skpestisme Nietzsche.
Dan hal yang menjadikan saya tertarik, karena kegamaannya, dimana realitas saya berkaitan erat dengan nilai-nilai keagamaan dan tradisi-tradisi keagamaan. Yang ndelalah, saya mengklaim, dulu, bahwa orang-orang beragama banyak yang tidak mengetahui keagamaanya, tidak memahami keagamaannya, orang-orang menjadi robot-robot melakukan agama, sehingga agama menjadi sistem-keagamaan, dan orang-orang melenceng dari fungsi utama agama: kasih sayang sesama manusia.
Terlepas dari itu, Nietzsche seringkali disebut-sebut sebagai tonggak pemikiran filsafat postmodern. Apa itu fillsafat postmodern? Adalah aliran filsafat yang mengkritik atau membicarakan tentang keadaan atau kondisi dari melejitnya masa modern. Dan apa tanda yang terang terhadap modern? Yakni pendewaan rasio.
Begitu...
Boleh dikatakan, ini adalah suka (cinta) buta, sekedar menyukai tanpa alasan lebih, karena saya melihat pemikiran saya di dalam teks. Saya merasa bahwa kebanyakan, mendominasi, apa yang dituliskan Nietzsche adalah tentang apa-apa yang saya pikirkan. Wal-hasil, saya laksana membaca diri saya di dalam sana. Saya tidak terprovokasi terhadap apa-apa yang beliau katakan. Sangat tidak terprovokasi. Hanya saja, saya persis membaca diri saya di dalam teks. (Ini kelak, menjadi bibit-bibit proses tentang pertanyaan keakuan saya: karena saya tidak-ada kejelasan pada kesayaan, saya)
Sebab saya melihat diri saya di dalam teks-Nietzsche, maka saya mengejar lagi teks-teks tentang nietzhe: saya dapatkan teks Sabda Zarathustra. Sekali lagi, saya dapatkan bahwa saya berada di dalam teks, bahwa seolah-olah itulah pemikiran saya. Itulah yang saya pikirkan. Dan mungkin, tidak ada yang tahu, bahwa anggapan saya seperti itu: bahwa apa yang dipikirkan Nietzsche adalah apa yang saya pikirkan. Bukan soal menjawab pemikiran saya, namun itulah yang saya pikiran.
Ringkas kata, saya mulai belajar filsafat, saya semakin sibuk dengan teks-teks filsafat, saya semakin terarah pada teks-teks filsafat, saya berusaha mencari sekali lagi, lebih dalam, tentang sesuatu yang berkaitan dengan nietzche, lamat-lamat semakin hari semakin jelas, kecocokanku dengan beliau.
Saya menemukan, bahwa Nietzsche itu sering di sebut tonggak dari filsafat postmodern. Dengan alasan, bahwa dia mengkritik tentang budaya modern. Sarat penggunakan rasio. Sarat menggunakan akalnya. Sarat dengan nilai-nilai objektif yang sebenarnya objektif itu juga penting dipertanyakan. Dia mengkritik tentang kebudayaan rasio, akibatnya, orang-orang sibuk dengan data-data objektif, yang sebenarnya hidup bukan sekedar tentang objektif, namun juga kepentingan subjektif.
Terlebih lagi, yang paling utama dari kehidupan ini, bukanlah tentang itu semua, melainkan moral. Tujuannya tentu untuk kebaikan umat manusia. Umat manusia yang bermoral, oleh karenanya dia banyak menulis tentang moral. Terlebih lagi, karya besarnya—seringkali Sabda Zarathustra dikatakan karya besarnya: yang merangkum tentang pemikiran Nietzsche—yang membicarakan tentang kepentingan aturan moral yang diajarkan melalui sosok yang bernama Zarathustra. Nama itu sendiri pun, didapatkan dari Nabinya orang Majuzi yang bernama Zarathustra, yang tidak mempunyai kitab, kemudian sabda zarathustra adalah tentang kemoralan yang ditawarkan Zarathustra.
Selanjutnya, karena alasan Nietzsche dari kalangan beragama, keluarganya sarat dengan hal-hal yang berkaitan dengan agama, pastor, yang mungkin, melihat orang-orang beragama tidak menjalankan keyakinan beragama tidak menjalankan keyakinannya dengan benar-benar orang yang beragama. Niezche protes.
Protes itu dituangkan dengan tulisan-tulisannya. Yang berkonsentrasi pada moral, pada etika, sebabnya karena kemajuan budaya, karena kemajuan sains, alasannya, karena dia juga mengkaji filologi klasik, filologi yunani. dengan begitu, maka selanjutnya, pemikir-pemikir sesudahnya, mengikuti langkahnya dengan mengembangkan dari dasaran: skpestisme Nietzsche.
Dan hal yang menjadikan saya tertarik, karena kegamaannya, dimana realitas saya berkaitan erat dengan nilai-nilai keagamaan dan tradisi-tradisi keagamaan. Yang ndelalah, saya mengklaim, dulu, bahwa orang-orang beragama banyak yang tidak mengetahui keagamaanya, tidak memahami keagamaannya, orang-orang menjadi robot-robot melakukan agama, sehingga agama menjadi sistem-keagamaan, dan orang-orang melenceng dari fungsi utama agama: kasih sayang sesama manusia.
Terlepas dari itu, Nietzsche seringkali disebut-sebut sebagai tonggak pemikiran filsafat postmodern. Apa itu fillsafat postmodern? Adalah aliran filsafat yang mengkritik atau membicarakan tentang keadaan atau kondisi dari melejitnya masa modern. Dan apa tanda yang terang terhadap modern? Yakni pendewaan rasio.
Begitu...
Belum ada Komentar untuk "Prolog Tentang Freidrick Nietzsche dan Postmodern "
Posting Komentar