Nasihat: Jagalah Realitasmu Dengan Mengaji Realitas
Senin, 19 Desember 2016
Tambah Komentar
Mengaji realitas, tatkala dinilai secara pengetahuan-objektif, maka ilmu yang didapatkan sedikit, karena mengaji realitas dibacakan oleh guru. Realitas yang saya maksud adalah bahwa kamu melihat gurumu. Kamu mampu berinteraksi dengan gurumu. Bukan tentang kamu melihat video atau di televise. Itu memang perlu, namun prioritaskanlah ngaji realitas adalah mengaji secara nyata.
Kenalilah, pembacaan yang keras, tentu memperlambat teks yang dibaca. Semakin keras kita membaca teks, maka semakin lambat rangkaian teks. Oleh karenanya banyak yang membaca buku yakni dengan hati, di dalam hati.
Simaklah perbedaan anak-anak dan orang dewasa tatkala membaca. Bandingkan bagiamana pendapatan pengetahuan diantara keduanya? Tentu orang dewasa akan lebih banyak menyerap, karena orang dewasa telah terbiasa dengan teks. Telah hapal benar dengan huruf-hurufnya. Sementara anak-anak, belum menangkap benar tentang hurufnya.
Sekarang, berapa lembar tatkala kamu mengaji realitas yang kamu dapatkan? Tentu tidak banyak bukan. Namun kamu harus mengerti perbedaan tatkala membaca teks secara individu dan teks dengan guru.
Kenalilah, andaikata kamu telah mahir dalam membaca, baiknya engkau menjadi guru. Sehingga ilmu yang kamu dapatkan akan melesat cepat. Menjadi guru itu mengulang. Dan tatkala mengulang, maka guru akan belajar dua-kali atau bahkan lebih, tujuannya untuk memudengkan murid. Itu gaya saya. Gaya saya adalah menerangkan supaya murid paham dengan apa yang saya terangkan, sehingga saya penting meringkas dan menjelaskan semudah mungkin. Serealitas mungkin.
Sebelum saya menjadi guru, maka sungguh, saya juga menjadi murid. Mengikuti ngaji secara nyata: ngaji secara nyata itu juga menjadikan wujud kita di nilai. Jangan salah, tatkala kamu, sejauh ini mengaji tradisional, maka orang-orang melihatmu adalah orang yang dekat dengan islam. itu sudah pasti.
Oleh karenanya, janganlah berhenti mengaji trasional sebelum engkau menjadi guru. Sekali pun engkau menjadi guru, tetaplah menjadi murid, karena kau tahu bukan, betapa luasnya ilmu pengetahuan, dan betapa lembutnya ilmu pengetahuan. Apalagi tentang islam.
Jika orang berkata, “Apa yang kau dapatkan tatkala mengaji trasional?”
Jawablah, dengan terang pertanyaannya. Tentang kajian-kajian yang kau dibacakan oleh gurumu.
Jika mereka yang bertanya adalah guna mengolokmu, bersabarlah dan jawablah pertanyaannya seringkas mungkin.
Jika ada yang berkata, “Apa yang kau dapatkan dari mengaji tradisional?”
Katakanlah, banyak.
Jika dia bertanya lebih, terangkanlah.
Jika ada yang berkata dan kemudian membandingkan perilakumu yang tidak islami, jawablah dengan sabar, dan katanlah, “Aku juga manusia. Aku masih belajar.”
Kenalilah, tatkala kamu tidak mengaji secara nyata, maka kualitas ilmumu akan bertabrak-tabrakan karena tidak sesuai dengan kenyataannya. Bisa-bisa kamu pusing sendiri menyikapi islam. Karena keluasan tema islam itu sangat luas. Kajiannya itu sangat lebat. Waspadahal tentang hal itu.
Terakhir, ikutilah gurumu, itu lebih baik buatmu, buat pemikiranmu.
Jika ada yang berkata, “Kamu islam menurut gurumu.”
Jawablah, “Ya. Saya islam menurut guruku.”
“Bukankah agama untuk dirimu sendiri?”
Jawablah, “Benar. Agama untuk diriku sendiri.”
“Kalau gurumu salah. Berarti kamu ikut-ikutan salah.”
Jawablah dengan pertanyaan ini, “Apakah kamu mempunyai guru?”
“Ya! Saya punya guru.”
“Apakah kamu tidak percaya kepadanya?”
“Ya! Aku percaya kepadanya.”
Jawabmu, “Begitu juga denganku.”
Pahamilah taufik, tatkala dirimu, secara kualitas ilmu semakin mumpuni, pastilah engkau akan digiring dan dipertemukan guru yang setara dengan kemumpunianmu. Percayalah akan hal itu. Percayalah. Oleh karenanya: segeralah mumpunikan dirimu dengan agama islam, supaya tingkatanmu beranjak.
Rajinlah belajar, Taufik…
Belum ada Komentar untuk "Nasihat: Jagalah Realitasmu Dengan Mengaji Realitas "
Posting Komentar