TRADISI KEILMUAN INDONESIA

hidayat tf_tradisi keilmuan

Bagaimana tradisi keilmuan Indonesia? Indonesia dikatakan ‘Indonesia’ sekitaran tahun 1900-an. Kenanglah, sejarah cina, sejarah jazirah arab, sejarah eropa: ditahun 1900-an. Apa yang terjadi pada kelompok-kelompok tersebut? Mereka telah berdialektika tentang sesuatu yang namanya pengetahuan! Memangnya Indonesia tidak? Indonesia juga telah berdealiktika, namun Indonesia berbeda polanya. Sebelum mengatakan tradisi Indonesia, baiknya mengetahui Negara-negara besar ini:

Tradisi keilmuan cina

Cina adalah Negara yang sarat dengan filosofisnya, titik tekan filosofinya adalah etika, sumber utamanya adalah alam. Alam menjadi dasaran tentang kemanusiaan cina, oleh karenanya cina sarat dengan keindahan (estetika) hal itu bisa dikenang: melaui film-film kerajaan cina; amatilah bagaimana gedung-gedungnya, bagaimana pakaiannya, bagaimana kerajinan-tangannya, hal itu menandai bagaimana sejarah tempat tinggalnya.

Tradisi keilmuan barat

Bermula dari yunani. Yunani senantiasa menjadi kajian dalam proses pengetahuan manusia barat. Menjadi sumber utama pemikiran manusia barat, alasannya, karena akalnya. Pendayaan akalnya. Hingga kemudian sampai kepada tokoh Socrates, plato dan aristoteles: status akal masih dibanggakan, dan menjadi tren yang hebat, yakni logika, dasar-dasar pengetahuan ilmiah. Pembuktian.

Kemudian posisi akal meredam, tatkala agama samawi masuk, nasrani. Ringkas cerita, agama nasrani memuncaki kekuasaan, bahkan kekuasaan dunia, waktu itu. sampai-sampai kencang menggunakan rasio, di larang, Galileo galile di ganjar karena menentang kekuasaan waktu itu. Namun bibit-bibit ilmiah terus melejit, sampai tiba masanya ada renananse (kebangkitan sains), selanjutnya, ada pula sebutan yang lebih mboming, yakni masa modern, tokoh utamanya, yang paling populer, Rene Descartes tentang rasionalnya, sarat penggunaan akalnya. Sejak saat itu, pengetahuan ilmiah semakin gencar. Gencar dan sibuk dengna ranah ilmiah. Tanda ilmiah apa? Pembuktian, obejektif.

Karena objektif, maka membutuhkan tradisi baca-teks. tradisi baca teks sangat kental. Kental sekali. Wal-hasil, produk-produk sains senantiasa berkiblat pada eropa: alasannya, sebab sains dari waktu ke waktu senantiasa ada perubahan dan perubahan. Sebabnya, tatkala diteliti, menemukan kekurangan, dari kekurangan itu maka ditambahi. Begitu seterusnya. Contoh: kenanglah asal-usul handphone, sekarang menjadi? Tablet. Kenanglah tentang gerobak, sekarang menjadi? Mobil. Begitulah tradisi keilmuan barat.

Selanjutnya,

Tradisi Keilmuan Jazirah Arab

Tradisi keilmuan jazirah arab apa yang paling menonjol? Tentang ketuhanan, kekuasaan, dan kemegahan. Hal itu bisa kita lihat dari sejarah para nabi, sejarah para rasul, yang memang mendominasi dari orang-orang arab. Untuk lebih menselaraskan tradisi Indonesia, saya ringkas ke tradisi orang arab Saudi, daerah yang memunculkan agama islam.

Yakni, tradisi utama mereka adalah hapalan. Hapalan nasab, hapalan syair. Ringkas cerita begitu. Tatkala wahyu turun, maka tradisi hapalan masih digenggam kuat-kuat. Bahkan sandaran utama umat muslim adalah tentang al-quran dan as-sunah. Apa itu sunah? Apa-apa yang dikatakan, dilakukan, dan diputuskan nabi, ringkasnya. Bayangkan, yang dilakukan, dikatakan, dan diputuskan Kanjeng Nabi menjadi sandaran pengetahuan. Itulah yang ingin saya sampaikan: bahwa tradisi kuat keilmuan arab adalah hafalan.

Karena hafalan, maka akan ada yang menyampaikan selanjutnya. Maka sudah pasti, dipertanyakan siapa yang menyampaikan? Bagaimana kehidupan sehari-harinya? Apakah dia berbohong? Apakah dia setengah berbohong? Apakah dia penghayal? Apakah dia tukang tipu? Apakah dia tukang maling? Apakah dia pernah berbohong? Oleh karenanya, semangat menjaga akhal sangat dianjurkan. Sangat diperhatikan.

Dan tradisi itu turun temurun. Bahkan sampai sekarang. Banyak yang hafal al-quran. Banyak yang hafal tentang hadist.

Terlebih lagi, di zaman kejayaan islam, sekitar abad ke 3 hijriah, di kumpulkanlah hadist-hadist, yang sekarang, hadist-hadist itu menjadi rujukan umat muslim di seluruh dunia. Karena hadist-hadist dikumpulkan, maka penting pembutan, tentang mana yang layak dikatakan hadist sohih, bagus, dan tingkatan yang lain. Sangat ketat tentang penyeleksi hadist. Pokoknya, tradisi orang arab adalah hafalan.

Nah, sekarang, bagaimana tradisi keilmuan Indonesia?

Tradisi keilmuan indonesia

Jangankan membicarakan tradisi, melacak sejarah nusantara saja, termentok di era sekitaran 300 masehi. Mengapa demikian? Mungkin banyak gempa yang menguburkan tanah nusantara. Mungkin memang nusantara dahulu kala jarang ditempati umat manusia. Tatkala membaca sejarah nusantara, maka termentokkan pada kerajaan-kerajaan sebelum hindu-budha, lalu kemasukan hindu-budha, dan darinya terciptakan bekas-bekas sejarah dan muncullah peradaban. Karena ada yang menyebarkan agama hindu-budha di nusantara, dan merasa cocok dengan tanah nusantara, maka pengaruhnya kuat.

Sejauh saya membaca tentang sejarah nusantara sebelum kemasukan hindu-budha, maka teramat jarang tentang pengajaran yang berkaitan dengan intelektual di nusantara, namun terkaan saya, bukan ranah intelektual atau hafalan yang ditekankan, namun tentang intuitif, tentang hati, tentang kanuragan, ilmu kebatinan, dengan alasan manusia nusantara menyukai hal-hal mistis, sampai sekarang, dan hal itu dibuktikan lagi dengan maraknya film-film laga yang menceritakan tentang ke hal mistisan kanuragan (cina memang mempunyai karakater film kungfu, namun Indonesia ‘pendekar’ mempunyai kekuatan super yang itu tumbuh dari dalam diri dengan latihan silat)

Hingga kemudian saat hindu-budha masuk, maka betapa sangat cocok, karena hindu-budha tidak jauh-jauh dari hal pertapaan, dan orang-orang hal mistis tentunya didukung dengan tempat-tempat yang mistis. yang kemudian berefek pada segi pakaian:

Maka pakaian bagi orang-orang mistis, kurang nilai-maknanya, sebab yang lebih utama adalah hubungan yang berada pada dimensi mistis (akal dan hati).

Efek lanjutnya, eksistensi kurang diperdulikan. Hal itu nampak bagi kaum-kaum bawahan era kerajaan, pakaiannya sederhana, bahkan kalau dipikir sangat sederhana, sebab statusnya memang berbeda. Nah, tentang status kemanusiaan ini (karena kerajaan juga) sehingga agama hindu masuk dengan cepat, masuknya kepada para penggede (raja) lalu raja mengonfirmasi kepada rakyat.

Ringkas kata, ajaran hindu-budha menyebarkan kepada pembesar (Raja) dan pembesar menyampaikan secara luas. Dari keluasan itu, para pendeta, mendakwakan ajaran dengan leluasan.

Masa selanjutnya, islam, dari islam masuk banyak yang menggunakan tasawuf, inilah alasannya: penting dikabarkan bahwa dengan tawasuf, agama menjadi lentur, tidak ketat dengan sesuatu yang bernama fikih. Tidak baku. Tidak kaku. Selain itu, tentu mempunyai sisi mistisme. Inilah yang menjadi kuat, tentang keislaman Indonesia: masih terikat dengan tradisi sebelumnya, hindu-budha, namun ada sisi yang lebih berbeda. Selain tasawuf, islam mempunyai wujud yang lain, yakni eksistensi muslim, yakni dengan shalat, dan tempat ibadah. selain itu, ajaran islam pun, tidak benar-benar menganjurkan penuh tentang mistisme, cenderung tawasuf memang mistis, namun selain itu, islam menerima dunia, islam menerima kenyataan, itulah yang menjadikan islam semakin diterima. Artinya, sisi mistis dijalankan, namun jangan lupa bekerja. Kenapa begitu? Karena bekerja juga tradisi geografi yang tanahnya subur. Islam laksana mata koin, awalnya masuk tasawuf, lalu muncul yang lain, yakni penampakan islam. Perkembangan waktu, tokoh-tokoh keislaman datang keindonesia: para habib, para ulama, penerus kiai, dan lain sebagainya. Dari mereka juga, terdapat keragaman islam Indonesia, namun persetujuan umumnya: Indonesia mempunyai islam sendiri, yakni islam Indonesia, yang tentunya berbeda dengan islam arab, walau statusnya sama, islam. karena agama islam, maka tentu, mengikuti tradisi arab: hafalan.

orang-orang hal mistis tentunya didukung dengan tempat-tempat yang mistis. yang kemudian berefek pada segi pakaian:

Maka pakaian bagi orang-orang mistis, kurang nilai-maknanya, sekali pun para penyebar menggunakan pakaian ala arab, namun tidak menganjurkan kaumnya untuk berpakaian yang serupa, terlebih lagi tidak menekankan untuk berpakaian yang serupa, alasannya, karena ilmu, para penyebar lebih mengerti tentang kualitas umatnya. Yang lebih utama adalah tentang keimanan, dan menjalankan agama islam (akal dan hati).

Efek lanjutnya, eksistensi kurang diperdulikan. Wal-hasil, bangunan-bangunan, atau tempat-tempat keduniaan kurang diperhatikan, karena penyampai agama lebih memperhatikan tengang bagaimana ‘rasa’ keimanan atau keyakinan. Oleh karenanya, banyak umat Indonesia mempunyai kekuatan ampuh, dengan mengamalkan ayat al-quran dengan lantaran yakin.

Selanjutnya, masa eropa, masa colonial, masuknya eropa, membaca paradigma berpikir cepat dan melesat. Sebab, tawaran mereka adalah lebih meneguhkan tentang kehidupan manusia, memunculkan watak alamiah manusia nusantara—maksudnya ini adalah bahwa tekanan agama; hindu-budha dan islam adalah mengendalikan watak manusia, bahwasanya dunia adalah sampiran belaka, jangan begitu teramat dipentingkan, karena yang lebih penting adalah kehidupan yang ada datang, oleh karenanya terus-teruslah berbuat kebaikan—sejak adanya bangsa eropa di Indonesia, paradigm pendidikan mulai ditekankan pada pola-pola ilmiah, pada pola-pola pembuktian. Hal itu, lebih dipatenkan dengan didirikan sekolah-sekolahan model eropa (yakni sekolahan seperti tradisi eropa; tradisi intelektual) banyak yang setuju, banyak juga yang belajar dengan ini. siapa yang belajar, adalah mereka-mereka yang statusnya ‘besar’ di negeri Indonesia. Siapa mereka? Anak-anak pemerintahan. Lalu bagimana system-kegamaan? Masih juga diberlakukan. Masih juga bertahan, alasan utama adalah watak dari manusia Indonesia itu sendiri: menyukai hal mistis.

Selanjutnya, zamanya informasi, sekarang, informasi pengetahuan melesat tajam. Konsep-pemikiran eropa, melesat. Konsep-pemikiran jazirah arab, melesat. Kaum bawahan, juga turut meramaikan keduanya. Banyak orang yang belajar ke eropa, namun banyak juga orang yang belajar di jazirah arab. Dan tentu, yang paling banyak, orang belajar di negerinya sendiri, Indonesia. 
Akhir kata, tradisi keilmuan Indonesia: mengikuti tradisi arab, hafalan, tapi tidak seluruhnya. Mengikuti tradisi eropa, ilmiah, tapi tidak seluruhnya. Namun tetap menjadi manusia religious, religious yang tidak sepenuhnya. Sebagian ada yang sangat religious, sebagain ada yang religious-religiusan, tapi religious.

Belum ada Komentar untuk "TRADISI KEILMUAN INDONESIA "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel