Tentang Surat dari Allah
Senin, 26 Desember 2016
Tambah Komentar
Surat? Apa yang saya ketahui tentang surat: adalah media pemberitahuan, dengan tujuan menginformasikan, kabar berita, dan memberikan nasihat-nasihat atau curhat dari sang pemilik surat. Begitu jugalah surat-surat yang datang dari Allah. Allah mengirimkan surat melalui Kanjeng Nabi, dan sekarang telah menjadi al-quran.
Al-quran adalah kitab. Kitab yang berisi tentang berbagai surat untuk manusia. Siapa manusia yang disurati? Semuanya. Terlebih khusus adalah kanjeng nabi. Karena nabi yang menerima surat secara langsung dari Allah—sekali pun ada proses dari malaikat jibril—
Sekarang, sudahkah kita menyadari atau memahami bahwa isi dari kitab adalah surat demi surat? Berbentuk surat, yang setiap pendengar akan merasa bahwa dia mendapakan surat. Sudahkah kita menyadari bahwa kita disurati oleh allah melalui perantara orang-orang yang membacakan al-quran?
Apa karena kita tidak mengetahui bahasa-arab, sehingga kita tidak merasa disurati? Namun, jelas-jelas, kita memahami bahwa di dalam al-quran berisikan tentang surat-surat. Apakah kita benar-benar tidak memahami apa itu surat?
Atau masihkah kita bertanya, tentang, sebenarnya surat itu dikirimkan untuk siapa? Dan kita berpura-pura bahwasanya kita tidak mengetahui bahwa surat itu untuk manusia. Terlebih khusus kepada orang-orang muslim. Karena orang-muslim diwajibkan mempercayai tentang kitabullah, kitabnya Allah.
Tatkala kutanyakan, apakah kamu tidak mengerti bahwa yang terdengar itu adalah surat dari allah?
Jawabnya, aku mengerti bahwa itu surat dari Allah. Sayangnya aku tidak memahami bahwa surat itu spesial untukku. Karena untuk mengerti surat itu, saya harus belajar bahasa al-quran. Terlebih lagi, tatkala surat itu dibacakan, mereka tidak mengonfirmasi dulu, surat apa yang akan dibacakan.
Kataku, haruskah dikabarkan dulu tentang surat apa yang akan dibacakan oleh tukang baca? Sehingga kamu mengerti benar isi dari surat itu. oleh karenanya, tatkala kamu mendengar surat itu, kamu harus diam. Dengarkanlah.
Jawabnya, namun di zaman seperti sekarang ini, speaker dimana-mana. Suratan itu bergentayangan dimana-mana. Diriku pusing sendiri mana yang layak didengarkan. Terlalu banyak surat yang bertebaran. Terlalu banyak hal yang harus aku dengar. Mohonlah petunjuk.
Kataku, kalau kau terlalu banyak mendengar suratan itu, bukankah kamu bisa membacakan surat untuk dirimu sendiri. bacalah surat untuk dirimu sendiri. bukankah tatkala membaca, kamu pasti dituntut untuk mengetahui maknanya, kalau tidak, maka kamu akan sulit menyampaikan makna yang ada di dalam surat tersebut.
Jawabnya, saya tidak mengetahui maknanya, saya terpayahkan untuk memahami maknanya. Hasilnya, saya merasa tidak mendapatkan surat itu. Bahkan tidak merasa dikirimkan surat.
Kataku, oleh karena itu, engkau harus belajar. Perlahan-lahan. Sadarilah, bahwa kamu disurati oleh allah. Sadarilah. Bahwa surat itu datang kepadamu, karena memang engkau mendengar suara itu, manusia yang mengaji, yang sedang membacakan surat. Mungkin tujuannya adalah dirinya, namun kenalilah, bahwa tujuannya adalah membacakan kepada manusia. Bukan sekedar mengulurkan waktu untuk datangnya waktu shalat. Bukan sekedar itu, namun mengingatkanmu.
Selanjutnya, kenalilah, tatklah kamu melakukan shalat, maka disitu interaksi surat semakin nyata. Semakin terang. Kalau kau sholat sendiri, maka kau menyurati dirimu, kau membacakan kepada dirimu dan kau telah menerima surat. Kalau kau shalat menjadi makmum, maka si imamlah yang menyuratimu, membacakan surat dari tuhan untuk dirimu.
Selamat berpetualangan...
Al-quran adalah kitab. Kitab yang berisi tentang berbagai surat untuk manusia. Siapa manusia yang disurati? Semuanya. Terlebih khusus adalah kanjeng nabi. Karena nabi yang menerima surat secara langsung dari Allah—sekali pun ada proses dari malaikat jibril—
Sekarang, sudahkah kita menyadari atau memahami bahwa isi dari kitab adalah surat demi surat? Berbentuk surat, yang setiap pendengar akan merasa bahwa dia mendapakan surat. Sudahkah kita menyadari bahwa kita disurati oleh allah melalui perantara orang-orang yang membacakan al-quran?
Apa karena kita tidak mengetahui bahasa-arab, sehingga kita tidak merasa disurati? Namun, jelas-jelas, kita memahami bahwa di dalam al-quran berisikan tentang surat-surat. Apakah kita benar-benar tidak memahami apa itu surat?
Atau masihkah kita bertanya, tentang, sebenarnya surat itu dikirimkan untuk siapa? Dan kita berpura-pura bahwasanya kita tidak mengetahui bahwa surat itu untuk manusia. Terlebih khusus kepada orang-orang muslim. Karena orang-muslim diwajibkan mempercayai tentang kitabullah, kitabnya Allah.
Tatkala kutanyakan, apakah kamu tidak mengerti bahwa yang terdengar itu adalah surat dari allah?
Jawabnya, aku mengerti bahwa itu surat dari Allah. Sayangnya aku tidak memahami bahwa surat itu spesial untukku. Karena untuk mengerti surat itu, saya harus belajar bahasa al-quran. Terlebih lagi, tatkala surat itu dibacakan, mereka tidak mengonfirmasi dulu, surat apa yang akan dibacakan.
Kataku, haruskah dikabarkan dulu tentang surat apa yang akan dibacakan oleh tukang baca? Sehingga kamu mengerti benar isi dari surat itu. oleh karenanya, tatkala kamu mendengar surat itu, kamu harus diam. Dengarkanlah.
Jawabnya, namun di zaman seperti sekarang ini, speaker dimana-mana. Suratan itu bergentayangan dimana-mana. Diriku pusing sendiri mana yang layak didengarkan. Terlalu banyak surat yang bertebaran. Terlalu banyak hal yang harus aku dengar. Mohonlah petunjuk.
Kataku, kalau kau terlalu banyak mendengar suratan itu, bukankah kamu bisa membacakan surat untuk dirimu sendiri. bacalah surat untuk dirimu sendiri. bukankah tatkala membaca, kamu pasti dituntut untuk mengetahui maknanya, kalau tidak, maka kamu akan sulit menyampaikan makna yang ada di dalam surat tersebut.
Jawabnya, saya tidak mengetahui maknanya, saya terpayahkan untuk memahami maknanya. Hasilnya, saya merasa tidak mendapatkan surat itu. Bahkan tidak merasa dikirimkan surat.
Kataku, oleh karena itu, engkau harus belajar. Perlahan-lahan. Sadarilah, bahwa kamu disurati oleh allah. Sadarilah. Bahwa surat itu datang kepadamu, karena memang engkau mendengar suara itu, manusia yang mengaji, yang sedang membacakan surat. Mungkin tujuannya adalah dirinya, namun kenalilah, bahwa tujuannya adalah membacakan kepada manusia. Bukan sekedar mengulurkan waktu untuk datangnya waktu shalat. Bukan sekedar itu, namun mengingatkanmu.
Selanjutnya, kenalilah, tatklah kamu melakukan shalat, maka disitu interaksi surat semakin nyata. Semakin terang. Kalau kau sholat sendiri, maka kau menyurati dirimu, kau membacakan kepada dirimu dan kau telah menerima surat. Kalau kau shalat menjadi makmum, maka si imamlah yang menyuratimu, membacakan surat dari tuhan untuk dirimu.
Selamat berpetualangan...
Belum ada Komentar untuk " Tentang Surat dari Allah"
Posting Komentar