Buat Kekasih: Tentang Penglihatan Kepadamu







Saat engkau melihatnya, maka engkau merasa lega, engkau merasa puas. Pikiranmu tenang, nyaman, dan seakan batinmu berkata:

“Cinta menjadikan ‘pikiranku’ tenang, karena telah melihatnya; dan pikiranku ‘gaduh’ karena terpikirkan olehnya. Aku tidak harus bertemu dengannya secara langsung atau berkata-kata; karena memang aku belum layak untuk bertemu dan bicara kepadanya. Makomku belum layak untuk bersanding dan melewati waktu bersamanya. Aku butuh modal yang kokoh untuk melewati waktu bersamanya dengan seluruh waktuku yang benar-benar tercengkramkan oleh dirinya.

Jika saat ini aku masih terbayang—artinya, masih sekedar mengingat; ada dia yang menantiku. Ada dia yang menungguku, dengan sabar menanti ‘kecukupanku’ menjalani waktu bersamanya—dan sekelebat mengingatkan tentangnya, maka itulah makamku, yang penting memupuk modal-modal kepadanya. Dan aku, tidak bisa ‘memaksakan’ kehendakku untuk bersegera menyading dengannya, karena memang makomku masih bertahap meraih modal bersamanya. “

Dan lega dalam arti, engkau mampu melihatnya; dan puas yang berarti, engkau mampu melihatnya. Sekalipun tanpa kata-kata ia berkata, namun dia mempunyai tanda yang terang bagimu. Dia mempunyai tanda yang menyegarkan buat pemikiranmu.

Kenanglah dia, saat pemikiranku ditekan tentang sesuatu yang itu adalah teruntuk dirinya; ingat, cinta itu adalah realitas, bukan sesuatu di dalam dirinya, atau sesuatu yang itu berkaitan denganmu, namun cinta itu adalah jalinan yang saling memadu; jika melihatnya adalah puas, maka mengapa engkau tidak bersegera untuk memenuhi syarat yang ditawarkan olehnya?

Maka penuhilah syarat darinya.

Hati-hati ‘nafsu’ kemanusiaan yang menyelimuti.

Hati-hati ‘nafsu’ penguasaan bertengger dalam akalmu.

Waspadalah lintasan ‘ketuhanan’ dalam pikiranmu.

Terapkan:

Mencintainya adalah tujuan, yang setiap orang mampu meresakan ‘jalinan-cinta’ dalam dirimu. Saat engkau marah, ingatlah dia, terapkan kecintaanmu kepadanya; dan hati-hati, engkau menjadi budak dari kecintaanmu.

Apakah mencintai adalah budak dari yang dicintai? Bukan!

Apakah mencintai adalah pelayan dari yang dicintai? Bukan!

Cinta adalah kelengkapan satu sama lain, yang saling mengisi dan mempunyai daya atau ‘karakter’ atau tabiat masing-masing yang berjalan setujuan. Tetapkan dalam hatimu, cinta bukan membudaki dirimu!

Cinta bukan mempelayani kecintaanmu. Namun cinta, saling ‘membutuhkan’ satu sama lain; sebagaimana engkau ‘membutuhkan’ dirinya menjadi subjek tujuanmu, begitu juga dia membutuhanmu menjadi ‘subjek’ untuk mewujudkan dirinya.

Begitulah jalinan cinta, sangat lembut dan tertata rapi, andai engkau mengetahui, andai engkau memahami.

Jika engkau melihatnya saja puas, tidakkah engkau ingin melangkah bersamanya:

Jadilah kami, bukan aku.

Jadilah kita, bukan kamu.

Tak ada aku dalam hidupmu.

Taka ada kamu dalam hidupmu.

Jadilah kami, bukan aku.

Jadilah kita, bukan kamu.

Oleh karena itu, engkau harus ‘tetap’ mendayakan diri untuk lebih dekat ‘menujunya’ dan waspadalah, kecintaanmu mampu menjadikan ‘buta’, sebab dari itu, tetap ikatkanlah dirimu kepada gurumu: biar dia yang menjadikan mata buat langkahmu. Menjadi ‘tujuan’ buat lintasan pemikiranmu. Akuilah ‘kelemahanmu’, akuilah bahwasanya engkau masih ‘mengakukan’ keakuanmu. Ingat, engkau masih melihat: belum menyatu. Dan kelak, saat engkau telah menyatu, maka batinmu akan berkata:

“Adakah semua ini benar-benar ada! Sungguh, beginilah keadaannya. Terimalah.”

Kataku, bersabarlah untuk mendapatkan itu; sabar… sabar… sabar…

2017

Belum ada Komentar untuk " Buat Kekasih: Tentang Penglihatan Kepadamu "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel