BERENCANA



Kau tidak mampu menggunakan waktumu setepat mungkin, sehingga ada kesempatan orang untuk mempertanya keadaanmu. Terlebih khusus orang-orang yang ada di sekitarmu. Andai kau gunakan waktumu setepat mungkin, kau telah menyusun rencana sekokoh mungkin, besar kemungkinan orang-orang yang ada di sekitarmu malah mendukungmu untuk arah yang lebih baik, namun jadwalmu kepayahan. Kau kurang jelas tentang waktu-waktu yang kau rencanakan. Malah mungkin, hari-harimu tidak ada ketepatan waktu yang kau rencanakan. 



Kau lupa membuat aturan untuk harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Kau lupa menempatkan tanggalan tepat di depan bolamatamu, yang itu terjadwal dengan ketat. Kau lupa dengan rencana-rencana, sehingga hidupmu persis seperti air yang mengalir. Mengalir yang itu tanpa tujuan. Mengalir yang itu sekedar aliran, tidak menuju muara, tidak bertemu dengan lautan yang lainnya.



Kau sekedar menikmati arus aliran. Sekedar ikut-ikutan. Tepatnya, kau melupakan kejadian-kejadian yang pernah kau lalui: apakah itu kejadian yang pernah kau lalui, yakni masuk pada aturan-aturan yang telah dijadwalkan.



Kau pernah sekolah—di sana ada jadwal.

Kau pernah di pondok—di sana ada jadwal.



Jadwal-jadwal itulah yang menjadikanmu lebih focus dengan masalah yang kau hadapi. Untuk lebih memastikan apa-apa yang akan kau kerjakan. Akan apa-apa yang kau rencanakan. Setelah tahap-tahap itu semua dijalankan, maka barulah kau berkata: 



Kita telah berencana, Allahlah yang menentukan.



Sekarang, apa rencanamu itu; sekedar rencana yang pasrah total, pasrah yang kurang tepat, yakni seakan-akan semuanya telah terkendali dan kau lupa mengendalikan dirimu. Mengendalikan dirimu untuk taat pada rencanamu. 



10 tahun kedepan, apa yang akan kau dapatkan? Itulah rencana,

5 tahun ke depan, apa yang akan kau dapatkan? Itulah rencana.

1 tahun ke depan, apa yang akan kau dapatkan? Itulah rencana.

1 hari ini, apa yang kau dapatkan? Itulah rencana.



Namun, kayaknya, dirimu itu, lamat-lamat, menurun terhadap rencana-rencana yang pernah kau lewati itu. artinya, kau melewati rencana yang itu sekedar dilewati dan tidak menjadikan rencana yang telah lewat membekas di dalam dirimu dan menjadi habit (kebiasaan) untukmu.



Bekas rencana di pondokmu—perlahan-lahan mulai punah.

Bekas rencana di sekolahmu—perlahan-lahan mulai tertiadakan.



Jadilah kau persis seorang pemalas. Yang malas dengan keadaanmu: malas juga merencakanan secara detail untuk dirimu. Untuk hari-harimu, untuk bulan-bulanmu, untuk tahun-tahunmu. Bukankah itu yang terjadi kepadamu? yakni membiarkan dirimu kosong dengan jadwal-jadwal eksistensi dirimu. Apakah kau akan berkata: aku menulis, inspirasi tulisan tidak bisa datang begitu saja?



Jawabku, o kau berkata inspirasi tulisan. Kenanglah, andaikata tulisanmu telah mempunyai bukti, yang itu sesuai dengan fakta, atau setidaknya mampu mempertahankan eksitensimu sebagai penulis; tentunya, orang-orang tidak akan mengusik tentang apa yang kau lakukan. Hanya saja, sejauh ini, tulisanmu itu tidak mampu menjadikan dirimu betah terhadap eksitensimu. Artinya, tulisanmu tidak menjadi fakta. Tulisanmu menganggur dan tidak punya nilai secara fakta. Karena itulah, orang-orang menegurmu untuk menjalani fakta yang realitas, yakni mendapatkan sesuatu yang itu secara fakta.



Sebab kehidupan itu, harus menjalani kefaktaan demi kefaktaan, bukan tentang ide demi ide. Bukan tentang sesuatu yang mengambang di dalam dirimu, melainkan fakta yang terang. Fakta yang realistis bagi dirimu. Itulah kenyataanmu. Itulah kefaktaanmu.



Apakah berarti aku melarangmu untuk menulis yang itu telah menjadi kebiasaanmu? Atau menjadi modal kesukaanmu, kesenanganmu, atau kegembiraan pemikiranmu? 



Sungguh, aku tidak melarang tentang hal itu. justeru aku mendorongmu, karena menulis itu bahasa lainnya dari belajar—tentu kau akan sibuk dengan belajar—hanya saja, kau harus faktakan tulisanmu. Kau harus mempunyai cara bahwa tulisanmu itu bukan saja untuk dirimu, melainkan untuk orang lain: artinya mempunyai nilai manfaat untuk orang lain, sehingga kau mempunyai jalan untuk materimu. Untuk mempertahankan eksistensimu, setidaknya pada tulisan itu.



Apakah dengan begitu, kau harus terarahkan sungguh pada nilai materi? Ingatlah, tulisan itu sampingan. Yang utama itu tentang pembelajarannya. Artinya, kau harus terus menjalani faktamu yang itu menghasilkan sesuatu yang fakta. Jika tulisanmu telah menjadi darah-fakta maka tentulah kau akan bersibuk pada data-data untuk memenuhi tulisanmu. Dan itu pun harus direncana.



Sekarang, gunakan waktumu setepat-tepatnya. Caranya: gunakan jadwal setepat-tepatnya. Kenalilah, sekali pun kau mempunyai rencana yang kokoh dan kuat, pastilah rencanamu itu tidak akan terjadi 100 %. Oleh karena itu, orang-orang yang mempunyai rencana, senantiasa mempunyai rencana kedua, atau senantiasa mempersiakan rencana yang tidak terduga. Bersamaan dengna itu, mengukur: kejadian-kejadian yang tidak terduga bersama rencana.



Setelah kau selesaikan rencanamu, barulah kau berkata: aku telah merencana, dan tuhan yang menentukannya. Dan sekarang, aku anggap kau berkata: aku belum merencana, tapi telah mengatakan bahwa tuhanlah yang menentukannya. Aku tidak butuh rencana, karena tuhanlah yang menentukan segala.



Kalau begitu—artinya, kalau kau benar-benar mengatakan seperti itu—maka kataku: janganlah mengeluh, menggerutu, meresahkan, dengan apa-apa yang terjadi, hari-ini, hari-esok, bahkan masa depan di hari sekarangmu. Kau tidak boleh mengeluh, jika orang-orang menyusupi pada dirimu.

Kau tidak boleh protes, jika orang-orang menasihatimu.

Kau tidak boleh mengeluh, jika orang-orang mengarahkanmu.

Sebabnya, kau kau tidak punya arah, maka disaat itulah orang-orang (tidak hanya satu orang) akan mengarahkanmu. Yang itu mengakibatkan dirimu kepayahan mengambil ‘keputusan’ untuk menjalankan satu yang itu penting dilaksanakan. Apakah kau paham maksudku? Setidaknya, kau mengerti apa yang kubicarakan. Atau setidaknya, aku telah menyampaikan apa yang semestinya aku sampaikan.



Belum ada Komentar untuk "BERENCANA"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel