IKBRMS Wargomulyo
Selasa, 28 November 2017
Tambah Komentar
Data yang saya terima itu, dari ketua IKBRMS di Wargomulyo, Pak Tolha Mahmud, yang kemudian saya susun menjadi rangkaian yang setidaknya terbaca jelas. Jelas maksudnya mengerti asal-asul untuk penyebutan dari mana-darimananya. Jelas maksudnya, lebih mudah untuk dimengerti.
Penulisan itu, awalnya , saya sekedar mengikuti data yang ada. tidak ada tambahan, tidak ada perubahan. Sekedar menyalin dan memudahkan untuk tujuan pembacaan. Untuk tujuan pemahaman tentang keluarga-besar. Ingat, untuk memudahkan pembacaan data-data yang telah ada. Yakni menyusunkan dan menabelkan.
Data-data yang diterima (ah seakan-akan data-data itu banyak. Begini: datanya itu foto kopian rangkaian kotak-kotak yang berisi nama-nama. yang konon, itu diketik oleh Pak Wiknyo. Yang dulu, Pak Wiknyo, katanya, menuliskan apa-apa yang diberikan oleh Pak Najam. Itulah datanya.) itu berasal di era awal-awal perkumpulan keluarga besar itu, yang dirembug oleh Mbah Jono dan Pak Najam: maka jadilah rangkaian seperti itu. Membesar seperti itu. karena, dengan prosesnya waktu, keluarga itu menjadi besar.
Anak-anak mulai beranak-pinak. Dan jadilah gerombolan yang besar, seperti yang kita ketahui (Walau pun ukuran kebesaaran itu masih sekelas desa wargomulyo:uniknya, hal itu, kejadian ini menguasai hampir komponen masyarakat di desa wargomulyo. Walau pun tidak sepenuhnya. Namun, dengan melihat gerakan atau progress dari ukuran keluarga besar, maka jadilah persis seperti barometer ‘alat-untuk-mengukur’ manusia di wargomulyo. Walau pada dasarnya, ada kelompok keluarga yang agak besar, yang itu juga menguasai hampir seluruh wargomulyo. Sebut saja, keluarga besar mbahkaji sanusi. Keluarga besar Mbah Toha Kediri. Lalu keluarga besar mbah benu. Itu menjadi daya kuat keberadaan keluarga besar di desa wargomulyo. Selain itu, tentu sampiran belaka—hehe, bukan sampiran sih. Tapi statusnya orang-orang yang turut menyinggah atas nama wargomulyo. Hehe) bahwasanya wargomulyo sarat dengan perkeluargaan, dan yang paling menonjol ialah julukan Ikatan Keluarga Besar Raden Mas Sujono.
Saya sendiri belum memastikan keberadaan Raden Mas Sujono: benarkah ada atau tidaknya. Namun, ketika saya bertemu dengan Pak Daman (Adik Kandung dari Mbah Jono itu) katanya, tatkala dia bermain ke Kutoarjo, dan mainnya itu dengan Pak Adnan Mahmud (puteranya Mbah Kaji Mahmud), disana telah ada data-data tersebut. katanya, dan mbah daman tinggal menyalin. Hanya saja, untuk rangkaian lebih lanjut, atau cicit-cicit atau cucu-cucu yang ada di desa wargomulyo, tentu tidak terketahui. maka, sekembalinya pulang dari jawa, bertemulah dengan kakaknya dan ngobrol dengan Pak Najam. Dari obrolan itu, maka terjadilah perkumpulan keluarga besar Raden Mas Sujono Jawa Tengah.
Tujuannya apa?
Kata Mbah Jono, waktu itu, waktu saya bertanya tentang keberadaan IKBRMS Wargomulyo. Tujuannya tentu, biar ada waktu bersama saat lebaran. Tidak simpang-siur saat lebaranan. Wal-hasil, dikumpulkan pada satu waktu. Lebih-lebih, mengakrabkan saudara. “Masak sesama saudara tidak kenal. Tidak guyub,” kata Mbah Jono, kira-kira begitulah inti kata-katanya.
Berjalannya waktu. perkembangan waktu. acara tersebut mulai redup. Hehe acara tersebut, mulai kurang jelas. Yang ada sekedar eksis bahwa acara itu masih ada. namun sayangnya, keberadaannya sekedar ukuran ada. mungkin agak lalai menceritakan kepada sanak-keluarga, kurang menceritakan ini perkumpulan apa: yang pasti, perkumpulan keluarga besar di desa wargomulyo.
Satu, dua, tiga, mulai simpang siur akan keadaan ini—maksudnya simpang siur ialah antara penting dan nggak penting. Antara untuk apa, dan mengapa harus dilaksakan. Sebabnya, keluarga semakin banyak, semakin tidak dideteksi dan semakin kurang jelas. Bahkan soal julukan seringkali menjadi tidak jelas.—atau jangan-jangan ini yang menjadi masalah buatku belaka. Ah…
Yang jelas, tugasku, menyusun ulang apa-apa yang telah teradakan itu. Sekedar menyusun untuk mendapatkan kejelasan tentang sejarah keberadaan. Terkhusus keberadaan saudara, keluarga, dan lebih umum tentang sejarah kemanusiaan. hahaha Sejarah kemanusiaan yang terkhusus di desa wargomulyo. Hehe
Sesekali saya menambahkan. Artinya, agak memperbarui orang-orang yang ada. Banyak juga yang meniadakan data yang ada. Artinya tidak menyantumkan, tidak menuliskan. Yakni, ditiadakan si mereka yang tidak ada di desa wargomulyo. Pikirku, jangan-jangan deretan nama-nama itu terlalu banyak buat deratan orang-orang yang ada di desa, sementara mereka berada di jawa. maka untuk mempermudah, berdaya memfokuskan pada kelas desa.
(Ah Taufik, apa yang kamu pikirkan sih, sampai-sampai seakan sibuk memikirkan hal itu?
Jawabku, ini selingan kok. Selingan karena setiap tahun, ibuku (gayane ibu. Hehe) menyuruh-suruh untuk datang pada acara. Maka secara otomatis, dalam pikiranku terekam kejadian proses tahunan itu. )
Lanjut….
Hingga akhirnya, pengetahuan itu (pengetahuan ini, sejarah ini, keberadaan ini) sekedar pengetahuan yang itu di dalam diri, untuk memahami realitas yang ada. Untuk lebih membaca sesuatu yang terjadi di sekitar kita. Sekali pun kita akan bermukim dimana, biasanya, kita akan berusaha mencari asal-asul keberadaan kita: dan desa wargomulyo, mempunyai sanad (hehe), mempunyai sejarah, yang itu berasal dari jawa.
(Lho… kan semua orang juga tahu tentang hal itu, bahwa kita berasal dari jawa.
Kataku, mungkin semua orang tahu, tapi mungkin banyak yang tidak tahu.)
2017
Belum ada Komentar untuk " IKBRMS Wargomulyo"
Posting Komentar