MEMILIH FILSAFAT







Kau memilih filsafat. Ilmu filsafat, yang itu akan kau tekuni, katamu. Dengan alasan, bahwa pemikiranmu bermacam-macam pemikiran dan tidak ada tempat untuk memasuki dunia lain kecuali filsafat, yang mana kajiannya adalah serba-serbi kajian. Mulai dari Tuhan, aku, manusia, pemikiran, dan keadaan social, dan banyak hal lain yang dipenting dipikirkan. Itulah kuliahmu.

Sekarang, apa yang terjadi padamu: begitulah kejadianmu, telah menjadi sosok untuk memikirkan banyak hal, dan kau lalai dengna materimu, lalai dengan keberfaktaan dirimu, itulah kekuranganmu.

Kau lalai dengan nilai materi dan lebih menelurusi tentang keakuanmu, dan kau lupa bagaimana cara keluar dari ‘keakuanmu’, lebih-lebih kau tidak menghasilkan sesuatu untuk mempertahankan faktamu.

Kebertahanan faktamu senantiasa di dukung oleh orang-orang yang ada di dekatmu, dan kau lupa cara bertahan di dunia fakta dengan cara bekerja. Bekerja adalah upaya untuk mempertahankan apa yang kau pilihkan.

Semestinya, kau rajin menulis dan menjual tulisanmu. Namun ternyata, kau lebih terjebak pada penjualan tulisanmu hingga akhirnya kau lalai dengan tujuan menulis. Tujuan menulismu di artikan mendapatkan materi, sementara tujuan awalmu adalah tentang bagaimana pemikiranmu.

Semestinya kau rajin menulis yang itu adalah kebutuhanmu untuk menulis, kebutuhan jiwamu untuk menuangkan sesuatu yang penting dituangkan. Bukan tentang ambisi untuk menyelamatkan materimu. Bukan tentang ambisi ‘keperkenalan’ pemikiranmu.

Apakah tulisanku membuatmu berpikir yang payah dan susah? Begini:

Kau memilih filsafat sebagai kesibukan dirimu. Harusnya kau memang benar-benar sibuk dengan filsafat, dan kau siap keluar dengan filsafatmu. Dengan cara, kau harus menaati apa-apa yang dicanangkan system filsafat. Filsafat hari ini, sebagaimana telah kau ketahui, mempunyai system yang kuat, yakni system dimana filsafat itu diadakan. Itulah titik lemahmu. Kau lebih menelusuri tentang pemikiranmu, dan kau lupa dengan wadah filsafat itu berada: yakni system akademik.

Dan kau mengetahui bagaimana system akademik, yakni upaya untuk mendapatkan pembuktian secara referensi: itulah yang biasa dilakukan orang-orang dikalangan akademisi. Setiap individi dituntut untuk membuktikan ‘data’ secara referensi. Yang dengan latihan itu, maka individu atau pelajar akan terbiasa dengan hal-hal pembacaan, yakni mereferensikan. Begitu juga denganmu, orang yang mengkaji filsafat. Sudah semestinya, sejak awal kau berkesibukan mematai dengan data-data filsafat. Kau sibuk merunutkan tentang tokoh-tokoh dan sejarah filsafat.

Jika ditanyakan, bagaimana pengkaji filsafat tidak mengetahui sejarah filsafat?

Bagaimana pengkaji filsafat tidak hapal tokoh-tokoh filsafat?

Bagaimana pengkaji filsafat tidak hapal perkembangan filsafat?

Bagaimana pelajar filsafat tidak hapal dengan pemikiran-pemikiran filsafat?

Semestinya, kau mengetahui itu sejak dini, hingga hari ini, kau terhapalkan akan data-data awal yang berkaitan dengan filsafat dan itu mempunyai bukti atau pembuktiaan, artinya, kau menyertakan referensi-referensi kau mengujarkan, kau mengatakan. Itulah semestinya, tugasnya ahli filsafat. Yang mengetahui pendahulu filsafat.

Barulah kemudian, kau akan menguraikan lebih detail tentang hal-hal tersebut; maka jadilah, waktumu lebih sibuk untuk tersebut, dan kehidupanmu akan sibuk pada data-data terdahulu, yang mana kau juga harus menjalani kehidupan fakta, itulah dirimu.

Ringkasnya, kau tidak bisa menanggalkan faktamu, namun kau juga tidak bisa meremehkan tentang data-data untuk kelengkapan faktamu.

Jika dengan data-data itu semua, kehidupanmu lebih mengerucut dan lebih sibuk pada teks, ketahuilah, bahwa kau tidak akan melepaskan kefaktaanmu. Kau tidak akan mampu lepas dari pertalian fakta.

Akhirnya, saya menegaskan, filsafat itu pilihanmu. Maka yakinlah dengan apa yang kau pilih. Sayangilah apa yang kau pilih. Tunaikanlah apa yang menjadi pilihanmu. Begitu.

2017

Belum ada Komentar untuk " MEMILIH FILSAFAT "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel