Totalitas Filsafat
Kamis, 30 November 2017
Tambah Komentar
Saat kau melihat filsafat, maka lihatlah secara total, jangan setengah-setengah, apalagi sepotong demi sepotong, kenalilah saat kau melihat secara total maka kau laksana melihat rangkaian sejarah yang pernah ada di dunia perfilsafatan, kau akan melihat tentang bagaimana perkembangan pemikiran dan sejarah kemanusiaan yang ada di dunia, dan itu mejadi kenangan. Menjadi pegalaman. Atau mungkin kau akan mengatakan bahwa itu menjadi pengetahuan, terserahlah.
Namun yang pasti, lihatlah secara total tentang filsafat. Jika ketotalanmu itu telah tertangkap, maka perlahan-lahan dirimu akan mulai berenang di area filsafat itu satu persatu, perlahan-lahan kau akan telusuri tetang hal tersebut untuk dijadikan pembenaran atas apa yang kau lihat itu. Contoh: saat kau melihat totalitas dari pergerakan filsafat, lalu kau berenang di area masa modern: maka ingatlah, bahwa dirimu ialah berenang, yang mana kau harus melihat secara fakta bahwa kontemporer ialah masamu, era modern ialah kenangan dan kau mempunyai fakta. Mempunyai realitas.
Tentunya, tatkala kau melihat filsafat secara total, sudah pasti kau laksana digiring pada arus-sejarah tetang filsafat itu sendiri; bermain imajenasi dan fantasi terhadap tokoh-tokoh atau kata-kata di dalam pemikiranmu. Dan kau harus ingat bahwa kau mempunyai fakta, kau mempunyai kenyataan, yang itu adalah kefaktaanmu, begitulah dirimu.
Namun tetap saja, kajian filsafat itu harus kau hapalkan secara detail dan matang, secara mengelupas dan lanyah. Jika pun ada yang memohon untuk dirimu berbicara filsafat, maka kau akan menguraikan hal tersebut yang itu tidak akan pernah ada habisnya. Jika pun tidak ada, maka ketahuilah bahwa pengetahuan itu berfungi keras untuk si pemilik ilmu itu sendiri. Data-data tetang totalitas filsafat itu berguna untuk dirimu sendiri.
Hanya saja, saranku: lihatlah filsafat itu secara total. Secara sempurna. Jangan ada yang tertinggal, dan kau tidak boleh tertinggal dan kefaktaanmu. Dari kenyataanmu, dan unsure-unsure kefaktaanmu. Artinya, ajaklah dirimu jangan tenggelam pada lautan filsafat, tapi dirimu yang keluar dari filsafat. Filsafat itu tali-temali tetang pengatuhuan yang kuat dan modal utamanya akal, itulah filsafat. Cangkupannya luas dan kajiannya meyeluruh, begitulah filsafat. Itu sebabnya, aku meyarankan dirimu untuk melihat secara total dari filsafat dan kau jangan lupakan tentang faktamu, tetang tradisi kenyataanmu: begitulah cara kerjanya. Begitulah prosesnya, dan kau harus menerima proses tersebut pada kehidupanmu. Begitulah alurnya, Taufik.
Ingat, melihat secara total dari filsafat ialah pengambaran secara menyeluruh dari mata rantai filsafat, mulai dari kronology waktunya, lalu tema-tema pembahasannya: mulai dari masa kuno sampai era kontemporer, dan pada seting pemikiranmu, melihat peta itu secara kompleks dan menyeluruh dan kau sendiri, mejalani realitasmu apa adanya dan biasa saja; sebagaimana biasa kamu berperan. Filsafat itu ialah kekuatan berpikirmu, itulah dasarnya. Kekuatan berpikir bukan berarti kau akan kuat berpikir tetang ketotalan filsafat itu, melainkan pada mind set pikiranmu tertancap peta-filsafat. Bukankah karaktermu lebih cenderung kepada fakta dan pembicaraan secara fakta? Artinya, tatkala kau berucap pun, pada mind set pemikiranmu tetancap ketotalan-pengetahuan filsafat: begitu juga tatkala kamu mendegar orang berbicara, maka amatilah pembicaraan mereka dengan dirimu yang itu berpengetahuan-total tentang filsafat. Dan syarat-syarat untuk mendapatkan itu, tentu saja, kau harus mengelupas tetang pengetahuan-filsafat secara total. Mengelupas artinya, kau hapal kata-kata. Kau hapal teks. Kau hapal konteks. Apakah bisa dimengerti? Setidaknya aku meyampaikan.
Belum ada Komentar untuk " Totalitas Filsafat "
Posting Komentar