APA YANG DITUJUKAN MANUSIA DARI KEHIDUPAN?


Kehidupan.

Semestinya kata itu mudah untuk dipahami, dan tidak harus dipertanyakan. Tinggal menjalani apa-apa yang harus dijalankan; mengikuti system-system yang telah ditetapkan. Mengikuti perintah demi perintah yang diperintahkan. Harusnya begitulah hidup; tidak harus dipertanyakan tentang hidup itu sendiri. Tidak harus dirumitkan tentang kehidupan itu sendiri.

Jika apa-pun yang terjadi kepada manusia, yaitu tentang ketidak-adilan, ketidak-harmonisan, ketidak-rukunan, ketidak-tidak lainnya; itu memang watak dari manusia yang tidak-mudah diatur. Sebab, manusia mempunyai akan untuk menilai. Mempunyai akal untuk memutuskan sesuatu (memutuskan sesuatu berarti telah menghukumkan sesuatu). Terlebih lagi, manusia adalah mahluk individu yang itu harus mempertahankan sendirinya sendiri; sekali pun payah untuk mempertahankan dirinya sendiri, yang itu harus membutuhkan orang lain.

Namun, jika manusia tidak mempertanyakan tentang kehidupan, apalagi di zaman keterbukaan ini (zaman informasi, zaman internet, zaman pengetahuan diedarkan), maka manusia bisa jadi tidak dalam posisi hidup yang semestinya hidup; hidupnya menjelma hidup yang angan-angan, hidup yang tidka realistis; namun menghendaki ingin hidup ke sana, padahal realitasnya di sini.

(Dan saya tidak membicarakan tentang agama; tentang akhirat. Karena akhirat, menempatkan hidup di sana; sementara kita berada di sini. Simpulan saya tentang akhirat adalah bahwa itu adalah negeri pembalasan tatkala di sini tidak baik. Di sini, dunia ini, mencederai tentang kehidupan, tentang kemanusiaan)

Manusia menjadi manusia angan-angan. Melampaui realitas dirinya sendiri; melampaui realitas yang terjadi, yang itu, jangkauan tubuh adalah realitas yang kecil, tidak selintas nasional bahkan internasional. Namun, zaman sekarang; manusia menghendaki—atau berkehendak—untuk menjadi manusia internasional, yang kadang mementingkan nilai-nilai internasional di banding dengan nilai realitas, yang itu bahkan jangkauannya lebih kecil dibanding nasional, yakni sekelas desa.

Jangankan desa! Desa masih terlalu besar untuk dibicarakan tentang kehidupan. Desa masih terlalu ramai umat manusia; yang mana tiap-tiap individu itu mempunyai akal untuk memutuskan sendiri.

Oleh karena itu, tiap-tiap individu penting mengetahui: makna kehidupan. Supaya mengerti tentang bagaimana kehidupan!

Memang, sebenarnya mereka mengetahui; jika pun ditanyakan tentang kehidupan, seakan-akan mereka benar-benar mengerti. Benar-benar memahami apa yang diucapkannya; padahal belum tentu, mereka memahami apa yang diujarkannya.

Jika dikatakan, ‘Apakah engkau telah mengetahui tentang kehidupan?’

Jawabnya, ‘aku telah mengetahui; mengapa pertanyaanmu aneh begitu? sudah tahu telah hidup, mengapa masih juda dipertanyakan. Tidakkah engkau merasakan bagaimana tentang kehidupan. Tentang proses-proses kehidupan. Tentang jalin menjalinnya kehidupan. Tentang tekanan materi kehidupan. Apalagi di zaman seperti sekarang ini.’

Jawabku, ‘katakan kepadaku, sebenarnya bagaimana tentang kehidupan ini?’

Jawabnya, ‘kehidupan itu berproses. Kehidupan itu menerima gerak-gerik zaman. Kehidupan itu tidak semudah orang-orang berkata-kata. kehidupan itu tentang godaan. Kehidupan itu tentang kekuasaan. Dan kehidupan itu tentnag keakuan. Kehidupan itu kompleks; tidak mudah dikatakan tentang bagaimana kehidupan, namun kita mampu menjalani dan memahami apa itu kehidupan.”

Jawabku, ‘jika engkau memahami kehidupan. Kemudian, apa yang engkau tujukan dari kehidupanmu?’

Jawabnya, ‘menuju. Tempat tujuan. Itu banyak. Banyak hal untuk ditujukan. Jawaban itu beragam-ragam.’

Kataku, ‘bagaimana tentang hidupmu?’

Jawabnya, ‘aku menuju pada kepenerimaan hidup dan mengikuti gerak-gerik zaman menggiringku. Tatkala zaman begitu, aku pun begitu. yang jelas, aku memegang prinsip kemanusiaan; yakni tentang rasa.’

Kataku, ‘benarkah engkau menjalani hidupmu yang itu tentang perasaan? Karena aku tidak mengetahui jelas tentang arah yang hendak aku arahkan yang itu berlandaskan pemikiran.’

Jawabnya, ‘itulah kuliahmu. Kuliah aneh. Mengunggulkan tentang pemikiran, mengunggulkan tentang akal. Seakan-akan akal itu berkuasa. Seakan-akan, akal itu adalah mahkota yang hebat luar biasa.’

Kataku, ‘aku tidak meninggikan akal begitu. toh faktanya, aku tidak sebagaimana orang-orang yang sedikit demi sedikit mengatakan ilmiah, dan harus melalukan referensi demi referensi. Bagiku, referensi adalah sesuatu yang dibelakang; dan aku menampakan refleksi dari referensi-referensi yang ada di balik kenyataan. Kembali ke pertanyaan akhirku, belum dijawab olehmu: benarkah engkau menjalani hidupmu yang itu berprinsip tentang perasaan kemanusiaan?’

Jika ia pergi menghindar dari pertanyaan itu. maka sesungguhnya, di situlah ia kembali ke pertanyaan, yang sekiranya terlalaikan: bagaimana harusnya kehidupan itu dengan segala sesuatu yang menyertainya? Atau lebih diperingkas lagi: bagaimana harusnya hidup?

2017

Belum ada Komentar untuk "APA YANG DITUJUKAN MANUSIA DARI KEHIDUPAN?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel