PENGETAHUAN KONTEMPORER



Saya menangkap bahwa pengetahuan hari ini berkaitan erat dengan pengetahuan sejarah, yakni proses untuk menghapal data-data yang disajikan lalu mendeskripsikan, dengan begitu maka disebut orang yang tahu, dan kemudian meningkat pada tangga selanjutnya. Lebih dari itu, sejarah itu diartikan sebagai uraian tentang masa-lalu yang kompleks. 

Ah mendadak saya terpayahkan untuk mengungkapkan apa yang hendak saya ungkapkan. Begini:

Pengetahuan hari ini (yang saya bicarakan, sekelas pengetahuan mulai dari SD sampai jenjang SMP: mungkin itu yang menjadi sorotan) terlalu menekankan untuk pendataan dan berkeesibuk pada data, atau sibuk pada teori. Yang mana, penilaiannya juga berkaitan dengan penilaian objektif data yang disajikan.

Semakin orang mampu menangkap tentang sejarah, atau berkuat pada hapalan, atau mengetahui banyak kosa-kata, disaat itulah dia akan mendapati kejuaraan atau mampu dikatakan baik, yakni pendapatan tentang data-data yang disajikan. Pengetahuan menjadi pengetahuan tekstual.

Ah mendadak saya terpayahkan untuk mengungkapkan apa yang hendak saya ungkapkan. Begini:

Penekanan pengetahuan senantiasa mengarahkan anak untuk lebih lama terjun pada sektor pengetahuan, untuk uprek terhadap kata-kata dan data-data, berkaitan erat dengan data-data, dan pengetahuan yang global dan umum; tekanan pemikiran direferensikan oleh data-data (referensi demi referensi) dan pelajar tertuntut keras untuk membaca dan membaca, seakan tiada waktu untuk bermain, tidak waktu untuk bermain-main kecuali memerankan diri sebagai pelajar dan sibuk pada pelajarannya. Sebuah zaman yang sebenarnya mulai membaik.

Pelajar dituntut keras untuk berkumpul dengan pelajar yang lain, mendiskusikan dan mensearingkan apa-apa yang ditangkap, lalu menjadi pelajar yang benar-benar terpelajar. Dalam arti, sibuk mendiskusikan dan sibuk perkumpul pada teks-teks, yang itu membahas tentang kehidupan.

Sesungguhnya itu menjadi baik. Namun fakta tidak seperti itu—tidak setiap anak gemar untuk membaca dan deras untuk membaca, lebih-lebih membaca teks-teks, lebih-lebih berkaitan erat dengan pelajaran— seringkali ‘pengetahuan’ dijadikan proses pertumbuhan dewasa anak-anak. Pengetahuan dijadikan alat untuk sekedar meluangkan waktu yang itu tumbuh di kalangan orang-orang yang berpengetahuan. Hingga akhirnya, saat pelajar itu selesai dari pendidikannya, laksana terkejut dengan dunia luar, yang sekarang menjadi serbuan sistem, lebih-lebih seringkali ‘tidak mengetahui’ tentang apa-apa yang sebenanrya telah dipelajari sebelumnya.

Sejak saat itu, saya sendiri mempertanyakan: kemanakah pengetahuan selama ini yang diajarkan? Dan pelajaran laksana sekedar lintasan waktu belaka. Pelajaran laksana rangkaian waktu untuk dijalani, tanpa protes, harus dijalani: sekedar tuntutan sosial dan isu-isu sosial.

Hingga akhirnya, sebagian memilih arah pengetahuan yang lain. Yakni mengasingkan diri dari gejala sosial menjadi gejala individu dan lebih memprioritaskan tentang individu, yang itu tidak sibuk pada ilmu-pengetahuan umum menjadi ilmu-pengetahuan khusus, yang lebih mementingkan tentang kepentingan individu, yang sebenarnya lari dari ‘keumuman’ karena tawaran keumuman, tidak sesuai untuk kepentingan individu. Dalam artinya, kurang tepatnya tentang sistem umum yang diterapkan pada keumuman.



2017

Belum ada Komentar untuk " PENGETAHUAN KONTEMPORER"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel