FOKUSLAH TERHADAP APA YANG ‘MENGUMPAL’ DALAM DIRIMU
Senin, 29 Mei 2017
Tambah Komentar
Taufik, pemikiranmu, kali ini benar-benar liar, melampaui apa yang terjadi kepadamu—lihatlah dirimu telah mbelandang ke negeri sosialis, atau hal-hal yang berkaitan dengan sosiologi—engkau matai sejarah ilmu sosiologi mulai klasik sampai kontemporer, namun engkau sekedar melitasi apa-apa yang engkau baca. dalam artian, engkau sekedar melintasi atau menyibukkan diri terhadap apa yang engkau baca, dan engkau lalai menilaikan dirimu—yakni pembacaan yang menjadikan nilai; bukankah engkau telah mengetahui banyak orang yang berupaya mengenali dirinya sendiri dengan cara ‘mengumpulkan’ apa-apa yang menjadi ketertarikan dirinya; dan engkau tidak punyakah mempunyai ‘sesuatu’ untuk menjadikanmu ketertarikan dan engkau berusaha mencarinya?
Namun tidak salah dengan pemikiranmu—karena salah dan benar adalah milik orang berhukum, sementara pemikiran pada dasarnya adalah bebas lepas dari hukum— hanya saja, pemikiranmu tidak taat dengan system yang berlaku.
Harusnya engkau taat dengan system yang berlaku.
Harusnya engkau masuk dengan system yang berlaku.
Namun adakalanya seorang pembaruan pemikiran, atau penyegaran pemikiran, harus berbeda dengan apa-apa yang telah terjadi: seperti dirimu. Sungguh, dirimu itu berbeda dengan apa-apa yang terjadi.
Disaat orang-orang sibuk dengan ketaatan system, engkau tidak.
Disaat orang-orang sibuk dengan kepentingan nilai, engkau tidak.
Disaat orang-orang sibuk dengan materinya, engkau tidak.
Namun bersamaan dengan itu, bukankah hidupmu laksana menambrak system yang berlaku dan awal-awalnya adalah payah bagi pemikiranmu, dan akhirnya engkau menyadari bahwa apa-apa yang terjadi memang harusnya begitu, dan kesalahan ada pada personalitas atau keindividuan menjalankan system yang ditetapkan.
Banyak yang melanggar system yang terjadi.
System menjadi sekedar system dan orang sibuk dengan system, dan lalai akan esensinya.
Orang-orang sibuk dengan eksistensi dan lalai esensinya.
Dan engkau, protes dengan apa-apa yang terjadi, padahal kalau engkau begitu dalam mengosentrasikan pada satu hal, atau satu bidang, maka engkau akan bertemu dengan golongan-golongan yang sibuk dengan pola-pemikiranmu.
Jika pun mereka adalah menentang system-system yang gagal terjalankan—engkau akan masuk ke sana.
Jika pun mereka adalah orang-orang yang berusaha memperbaiki system dengan cara mengoptimalkan individu—engkau pun akan masuk di sana.
Namun ada syarat untuk masuk ke sana, Taufik. Tidak dengan tiba-tiba, atau mak-glezeg dan engkau mengetahui itu. yang pasti, bagimu, untuk engkau pahami adalah:
Tetaplah konsentrasikan dengan apa yang menjadi tema utama dalam pencarianmu.
Sibukkan dengan tema yang menjadikanmu berdaya diri untuk mencari.
Jika engkau lalai, konsentrasi utamamu, maka kusampaikan kepadamu:
Tema hidup adalah garapanmu. Yakni, tujuan hidup. Mengapa engkau tidak telusuri lebih dalam dengan kata kunci yang telah mengakar pada dirimu? Mengapa engkau tidak berjuang keras memecahkan masalah yang ada pada dirimu?
Bukankah engkau telah menyadari bahwa tiap-tiap individu ‘mempunyai’ masalah utama di dalam dirinya, lalu dia berupaya keras untuk menjawab masalah yang menggangu dirinya? Bukankah engkau terganggu dengan diksi tersebut: tentang tujuan hidup. Mengapa engkau tidak telusuri dari sejarah yunani kuno, atau sampai pada cina kuno, atau pada awal-awal sejarah?
Sungguh pada dasarnya ‘pola-pemikiranmu’lah yang membawamu sampai ke sana. Pola pemikiranmulah yang menjadikanmu semakin kuat untuk mencari, dan yang lain-lain adalah efek terhadap apa-apa yang engkau cari. Dan yang lain-lain adalah kesosialan yang mutlak harus dijalani, sebab pada dasarnya, setiap manusia adalah mahluk yang individu dan berdaya diri untuk menyelematkan keindividuannya yang itu pada ranah sosialis, yakni, senantiasa terikat pada ranah kesosialan.
Akhir kata, penyampaianku kepadamu adalah mengingatkanmu tentang konsentrasi utamamu. Hanya itu. mengingatkanmu akan tujuan utamamu, begitulah diriku. Jika jemarimu yang menari dalam deretan kata-kata, maka ingatlah, tujuanku ada untukmu karena aku berdaya diri untuk mewujudkan keakuanmu.
Jika engkau bertanya kepadaku, keakuan apa yang aku tawarkan kepadamu?
Jawabku, keakuanmu yang murni tentang dirimu.
Jika engkau bertanya, apa maksud dari keakuan yang murni di dalam diri; apakah berarti mengeluarkan seluruh tabiat kemanusiaanku, mengumbarkan nafsu-nafsu kemanusiaanku, mengumbarkan pemikiran-pemikiranku?
Jawabku, benar. Dan ketahuilah, saat engkau mengeluarkan tabiat kemanusiaanmu, maka di saat itulah hukum-sosial akan berlaku dan siap mengujimu. Saat engkau mengumbar nafsu kemanusiaanmu, maka di saat itulah hukum-kemanusiaan akan semakin berjalan dan siap mengujimu. Saat engkau mengumbarkan pemikiran-pemikiranmu, maka disaat itulah hakim pemikiran akan mengujimu. Begitulah tentang kehidupan taufik, sarat dengan keperujian dan engkau harus menerima konsekuensi hal tersebut.
Jika engkau bertanya, mengapa dalam kehidupan harus ada sarat demi sarat yang itu memburamkan, mengaburkan, mentidak-jelaskan, dan tidak-terang-terangan?
Jawabku, begitulah proses kehidupan Taufik. Begitulah kehidupan, Taufik. Bukankah apa yang kusampaikan tentang realistis-praktis dan engkau mengetahui itu. maka, ingatlah: realitas-realitas yang membayangimu. Selidikilah. Pahamilah. Karena memang, begitulah kehidupan, Taufik. Begitulah kehidupan.
2017
Belum ada Komentar untuk " FOKUSLAH TERHADAP APA YANG ‘MENGUMPAL’ DALAM DIRIMU "
Posting Komentar