PUISI-PUISI HIDAYAT TF
Jumat, 19 Mei 2017
Tambah Komentar
Rindu Yang Dilarikan Kepadamu
kenyataan menyeretku pada arus rindu yang menggebu
laksana ombak besar bergulung dalam dadaku
tubuhku dipontang-panting karena aku tak mampu menahan daya hasrat bertemu
kepadamu, aku berlari dari kenyataan yang deras dan kencang
membaluti dada dan seluruh pemikiranku
kepadamu, aku tenang, melintasi jiwa-jiwa yang bergentayang
yang bersua dan bertukar kata, padahal kata
dan kata laksana nyata padahal sekedar kata
dan kata meluluhkan arus rindu yang tak terduga
menggumpal dalam dada
sekali pun aku telah berkata:
ini akan berlalu, santailah menjalani
faktanya aku tak mampu
dan harus datang kepadamu
mengabarkan rindu-rindu yang baru
mengelupas dalam diriku
rindu yang ganjil
teramat nyata dalam diriku
dan kepadamu, kuserahkan kata-kataku
2017
Engkau Yang Tak Nyata Dalam Kenyataanku
engkau adalah kenangan yang mengerat dengan kalimatmu
yang setia dalam cangkang-pikirku
dan setiap gundah aku sampaikan padamu
selalu kau tepis dengan kalimat ringan
dan semakin mengerat pertalianmu denganmu dan aku yang menali
engkau adalah kenyataan yang tak nyata bagiku
karena jarak yang membentang jadilah kenyataan yang tak ternyata
tapi bagiku, engkau teramat dekat bersama dengan kenangan dan kalimat-kalimatmu
yang terngiang sederhana
mengantarkanku pada realitas yang sebenarnya
dan seakan semua telah usai
tinggal terima dan jalanilah
wajahmu, yang terpajang bersama dengan fotomu
dan sorot matamu, adalah laksana nyata engkau dekat denganku
sekali pun tatkala kusentuh sekedar gambar
oh jarak, menjadikanku harus mengenangmu
dan kukatakan:
engkau bukanlah nyata tapi termat nyata bagiku
jika ada yang berkata, "Bukankah sebenarnya yang menyatakan dia adalah dirimu?"
jawabku, iya.
jika ada yang berkata, "Apakah kamu teramat nyata baginya?"
jawabku, aku tidak tahu. ini urusanku. aku adalah pasien dan dia adalah dokterku.
Jika ada yang berkata dengan terang: "Dia itu tidaklah nyata. dia itu tidak nyata."
jawabku, benar dia tidak nyata. dia itu tidak nyata.
Jika ada yang berkata dengan terang: "Berarti dia itu nyata bagimu. Dia itu teramat nyata bagimu."
jawabku, dia itu memang nyata bagiku. dia itu memang teramat nyata bagiku."
Dan jika ada yang bertanya kepadaku tentang kenyataan.
Jawabku, kenyataan adalah seperti sekarang ini. Demikianlah Kenyataan.
2017
Rindu Sesaat Yang Menyelimuti Pemikiranku
engkaulah yang mengajariku arti rindu
yang meyerap dalam pikiranku
berharap untuk datang kepadamu
melihat wajahmu
sayang, jarak menjadikanku menahan
gelombang rasa jadilah kata yang terkengkang
kini rindu demi rindu bermunculan dalam diriku
sesaat seperti rinduku kepadamu
dan dengan berani kukatakan "demikianlah rindu"
sekali pun makna menjelma ambigu
sekali pun rindu sesaat
bukankah ini pun masih dikatai rindu
sebab ada harap ingin bertemu!
2017
Rindu
ada harapan aku datang kepadamu
sekalipun bernafsu-sungguh ingin bertemu
tapi waktu laksana berkata:
jarak adalah kesempatan merindu
yang menjelmakan aku menjadi kata
demikianlah rindu
ada keinginan aku datang kepadamu
sekali pun jarak adalah alasan
mempuisikan keakuanku yang itu tertuju padamu
sebagai ganti ketidak-berdayaanku
datang kepadamu secara sungguh: demikianlah puisiku
2017
RINDU YANG GANJIL PADA KEAKUAN
Kalau benar aku merindukanmu--
sayangnya aku harus mempertakan 'rindu macam apa yang terjadi kepadaku?
tentang keganjilan rindu, yang ambigu mengucur
dalam percik-percik pemikiranku
mengarah-menuju disertakan kepadamu--
Ya! kalau benar aku merindukanmu
maka tubuhku semampu daya mendatangimu
tapi hatiku berkata:
kalau kau datang kepadanya, tubuhmu bakal dipontang panting diksi 'rindu'
yang membaluti ketubuhanmu
jadilah nafsu atau pelampauan manusiamu
karena memloloskan nafsu untuk bertemu
dan aku tidak-benar-benar merindukanmu
sekedaran bahagia mampu mengenangmu
masa-masa yang telah berlalu
nyelip kedamaian lagi bahagia dalam diriku
karena engkau mengakukan keakuanku
lalu kau upahi aku dengan pertanyaan ganjilmu:
apa tujuanmu?
jawabku kini, karena engkau adalah tujuanku
seringkas itu.
jika engkau berkata, mengapa aku menjadi sasaran penujuanmu?
jawabku, karena aku memang harus menyasarkan diri yang itu kepadamu.
dan aku benar-benar merindukanmu--
inikah sajak kelukaan, keterpisahan jasad dan berharap, ada perjumpaan maka pecahlah rinduku--
jadilah 'wajahmu' laksana hiasan buat akalku
jadilah 'katamu' laksana cermin buat lidahku
jadilah 'gayamu' laksana realitas bagi mataku
dan aku, tidak sepenuhnya menjadi-dirimu
karena engkau pun tahu:
aku adalah individu yang ditempatkan pada tempat yang lain
adalah individu yang dizamani pada zaman yang lain
adalah individu yang berjumpa pada perjumpaan yang lain
dan engkau, adalah hiasan akalku
hiasan buat kelidahanku
adalah hiasan tentang keperhiasan dalam diriku
dan aku berharap, ini bukan tentang rindu yang ganjil
yang terasai oleh diriku,
dan ah bagaimana aku hendak memaksa dirimu; yang harus merindukanku? tidak!
tetaplah demikianlah rindu yang ganjil
yang mengerat pada diriku
kepadamu, dan jaring-jaring yang menyertaimu
yang kemudian tetap terfokus kepadamu
demikianlah puisiku.
2017
Belum ada Komentar untuk "PUISI-PUISI HIDAYAT TF"
Posting Komentar