PUISI-PUISI HIDAYAT TF







Rindu Yang Dilarikan Kepadamu




kenyataan menyeretku pada arus rindu yang menggebu

laksana ombak besar bergulung dalam dadaku

tubuhku dipontang-panting karena aku tak mampu menahan daya hasrat bertemu

kepadamu, aku berlari dari kenyataan yang deras dan kencang

membaluti dada dan seluruh pemikiranku

kepadamu, aku tenang, melintasi jiwa-jiwa yang bergentayang

yang bersua dan bertukar kata, padahal kata



dan kata laksana nyata padahal sekedar kata

dan kata meluluhkan arus rindu yang tak terduga

menggumpal dalam dada



sekali pun aku telah berkata:

ini akan berlalu, santailah menjalani

faktanya aku tak mampu

dan harus datang kepadamu

mengabarkan rindu-rindu yang baru

mengelupas dalam diriku

rindu yang ganjil

teramat nyata dalam diriku

dan kepadamu, kuserahkan kata-kataku



2017





Engkau Yang Tak Nyata Dalam Kenyataanku




engkau adalah kenangan yang mengerat dengan kalimatmu

yang setia dalam cangkang-pikirku

dan setiap gundah aku sampaikan padamu

selalu kau tepis dengan kalimat ringan

dan semakin mengerat pertalianmu denganmu dan aku yang menali



engkau adalah kenyataan yang tak nyata bagiku

karena jarak yang membentang jadilah kenyataan yang tak ternyata

tapi bagiku, engkau teramat dekat bersama dengan kenangan dan kalimat-kalimatmu

yang terngiang sederhana

mengantarkanku pada realitas yang sebenarnya

dan seakan semua telah usai

tinggal terima dan jalanilah



wajahmu, yang terpajang bersama dengan fotomu

dan sorot matamu, adalah laksana nyata engkau dekat denganku

sekali pun tatkala kusentuh sekedar gambar

oh jarak, menjadikanku harus mengenangmu

dan kukatakan:

engkau bukanlah nyata tapi termat nyata bagiku



jika ada yang berkata, "Bukankah sebenarnya yang menyatakan dia adalah dirimu?"

jawabku, iya.

jika ada yang berkata, "Apakah kamu teramat nyata baginya?"

jawabku, aku tidak tahu. ini urusanku. aku adalah pasien dan dia adalah dokterku.



Jika ada yang berkata dengan terang: "Dia itu tidaklah nyata. dia itu tidak nyata."

jawabku, benar dia tidak nyata. dia itu tidak nyata.



Jika ada yang berkata dengan terang: "Berarti dia itu nyata bagimu. Dia itu teramat nyata bagimu."

jawabku, dia itu memang nyata bagiku. dia itu memang teramat nyata bagiku."



Dan jika ada yang bertanya kepadaku tentang kenyataan.

Jawabku, kenyataan adalah seperti sekarang ini. Demikianlah Kenyataan.



2017





Rindu Sesaat Yang Menyelimuti Pemikiranku




engkaulah yang mengajariku arti rindu

yang meyerap dalam pikiranku

berharap untuk datang kepadamu

melihat wajahmu

sayang, jarak menjadikanku menahan

gelombang rasa jadilah kata yang terkengkang



kini rindu demi rindu bermunculan dalam diriku

sesaat seperti rinduku kepadamu

dan dengan berani kukatakan "demikianlah rindu"

sekali pun makna menjelma ambigu

sekali pun rindu sesaat

bukankah ini pun masih dikatai rindu

sebab ada harap ingin bertemu!



2017



Rindu




ada harapan aku datang kepadamu

sekalipun bernafsu-sungguh ingin bertemu

tapi waktu laksana berkata:

jarak adalah kesempatan merindu

yang menjelmakan aku menjadi kata

demikianlah rindu



ada keinginan aku datang kepadamu

sekali pun jarak adalah alasan

mempuisikan keakuanku yang itu tertuju padamu

sebagai ganti ketidak-berdayaanku

datang kepadamu secara sungguh: demikianlah puisiku



2017



RINDU YANG GANJIL PADA KEAKUAN




Kalau benar aku merindukanmu--

sayangnya aku harus mempertakan 'rindu macam apa yang terjadi kepadaku?

tentang keganjilan rindu, yang ambigu mengucur

dalam percik-percik pemikiranku

mengarah-menuju disertakan kepadamu--

Ya! kalau benar aku merindukanmu

maka tubuhku semampu daya mendatangimu

tapi hatiku berkata:

kalau kau datang kepadanya, tubuhmu bakal dipontang panting diksi 'rindu'

yang membaluti ketubuhanmu

jadilah nafsu atau pelampauan manusiamu

karena memloloskan nafsu untuk bertemu



dan aku tidak-benar-benar merindukanmu

sekedaran bahagia mampu mengenangmu

masa-masa yang telah berlalu

nyelip kedamaian lagi bahagia dalam diriku

karena engkau mengakukan keakuanku

lalu kau upahi aku dengan pertanyaan ganjilmu:

apa tujuanmu?

jawabku kini, karena engkau adalah tujuanku

seringkas itu.

jika engkau berkata, mengapa aku menjadi sasaran penujuanmu?

jawabku, karena aku memang harus menyasarkan diri yang itu kepadamu.



dan aku benar-benar merindukanmu--

inikah sajak kelukaan, keterpisahan jasad dan berharap, ada perjumpaan maka pecahlah rinduku--

jadilah 'wajahmu' laksana hiasan buat akalku

jadilah 'katamu' laksana cermin buat lidahku

jadilah 'gayamu' laksana realitas bagi mataku

dan aku, tidak sepenuhnya menjadi-dirimu

karena engkau pun tahu:

aku adalah individu yang ditempatkan pada tempat yang lain

adalah individu yang dizamani pada zaman yang lain

adalah individu yang berjumpa pada perjumpaan yang lain

dan engkau, adalah hiasan akalku

hiasan buat kelidahanku

adalah hiasan tentang keperhiasan dalam diriku

dan aku berharap, ini bukan tentang rindu yang ganjil

yang terasai oleh diriku,

dan ah bagaimana aku hendak memaksa dirimu; yang harus merindukanku? tidak!

tetaplah demikianlah rindu yang ganjil

yang mengerat pada diriku

kepadamu, dan jaring-jaring yang menyertaimu

yang kemudian tetap terfokus kepadamu

demikianlah puisiku.



2017

Belum ada Komentar untuk "PUISI-PUISI HIDAYAT TF"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel