PEMBACAAN REALITAS



Engkau harus lebih cerdas membaca realitas, Taufik, pahamilah benar-benar tentang realitas; ingat, dirimu adalah mahasiswa filsafat, ingatlah, bahwa filsafat bukanlah ilmu yang itu pada ranah sekedar tentang ide-ide, melainkan hal-hal praktis, lebih lebih kuat cenderung dengan penggunanaan rasio atau akal.

Dan engkau telah mengetahui—apalagi dalam jalur islam, epistemology islam tidak sekedar lintasan rasio tapi ada jalinan transenden antara subjek dengan Tuhan; itulah yang penting engkau amati—tentang jalannya epistemology islam, terlebih lagi lingkunganmu adalah mayoritas islam.

Tentu, prinsip dasar dari manusia muslim adalah tentang keimanan. Dan engkau harus mengelupas tentang hal tersebut, yang selanjutnya diukur dengan keberadaan adalam yang ada di Indonesia, dan khususnya adalah desamu, karena desamu adalah dimana tubuhmu itu aktif dan berada, yang mana orang, mau tidak mau harus menerima tubuhmu, sekali pun sebenarnya orang enggan untuk menjumpaimu, karene engkau barada di situ, maka engkau tidak bisa diusir atau tidak bisa dihindari, karena engkau adalah realitas yang sesungguhnya.

Engkau memang berprinsip bahwa kekuatan terbesar berada dalam agama, namun engkau telah melihat soal-soal yang terjadi dalam agama, yakni orang-orang lebih mengutamakan keindividuannya dan lalai, bahwa manusia itu saling-menyaling. Engkau telah membaca realtias, bahwa agama seringkali menjadi alat untuk kumpul-kumpul atau geger eksistensi tapi lalai esensi. Dan harusnya, tatkala membaca sejarah, khususnya islam, maka engkau harus mengembalikan di zaman kanjeng nabi Muhammad—jangan dulu dikatakan berat—di zaman kanjeng nabi itu, yang penting ditekankan kanjeng nabi adalah prinsip syahadatain, atau pokok-pokok keimanan, itulah yang paling utama, Taufik. Dan engkau harus membuat jaringan tentang keimanan itu, dan harus menawarkan persoalan-persolan untuk dijawabi bersama:

Pertama, zaman sekarang itu persolannya adalah tentang keakuan. Orang-orang maunya mengaku-aku dan inginnya aku, aku dan aku, lalai bahwasanya yang lain juga ingin turut menyumbangkan keakuannya. Maka disatu sisi si aku mencuat dan di sisi lain si aku surup. Efeknya: orang pamer, dan kepentingan prioritas.

Kedua, tentang bahasa. Orang-orang semakin sibuk dengan bahasa, seakan-akan bahasa adalah lebih diutamakan. Bahasa lebih diprioritaskan. Dan yang lebih ditekankan adalah bahasa, sehingga sibuk pada ide demi ide. Seakna-akan setiap individu tidak mempunyai ide. Seakan-akan si invididu lalai dengan individu. Dan efeknya: seringnya orang bermuluk-muluk dalam pembicaraan, percakapan dan diskusi lalai dengan realitas.

Begitulah masalah yang terang benderang, yang penting engkau jawab bersama-sama. Namun, engkau jangan lalaikan bahwa kebutuhan manusia itu dua, yakni materi dan ruhani. Adakalanya zaman sekarang, lebih cenderung di antara keduanya: yang lebih mengutamakan matari, condong kepada materi dan lalai dengan ruhani. Kemudian, lebih condong kepada ruhani dan lalai dengan materi.

Dan engkau, belajarlah memecahkan masalah itu, khususnya untuk dirimu, dan umumnya, maka mintalah bantukan kepada invidu-individu yang lain, karena ini masalah umum, Taufik.

Terakhir, jika engkau kurang paham dengan apa yang aku sampaikan, maka setidaknya engkau mengetahui. Demikian.

2017

Belum ada Komentar untuk " PEMBACAAN REALITAS"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel