PUISI-PUISI HIDAYAT TF
Rabu, 10 Mei 2017
Tambah Komentar
Tentang Kedatangan Dalam Kata-Kata
aku mendatangimu karena aku membutuhkanmu
kau yang murni, yakni jiwamu, yang itu untukku
bukan tentang realitas-palsumu atau diksi palsumu
tapi diksi yang itu menunjukan keakuanku
kepadamu aku semangkin kokoh pada keakuanku
aku mendatangimu karena aku memperluimu
kau yang asli, yakni dirimu, waktu itu
yang menerimaku, dengan keaslian dirimu
bukan tentang gelar-gelarmu atau perusiaanmu
karena itu sekali lagi aku mendatangimu
lewat jari jemari yang menari pada keyword
yang kujelmakan menjadi puisi-puisi
tentang keakuanku yang kuserahkan kepadamu
jika ada yang bertanya, bukankah dia tidak pernah meresponmu?
Jawabku, respon apa yang engkau maksud? Sebab dia senantiasa meresponku.
Jik ada yang berkata, bukankah dia tidak pernah membalas kata-katamu?
Jawabku, balasan seperti apa yang engkau maksud? Dia senantiasa membalas kata-kataku.
Jika ada yang berkata, engkau tidak jelas dengan realitasmu?
Jawabku, datanglah kepadaku, tentu engkau dapati itu secara nyata.
Jika ada yang berkata, apakah yang engkau harap tatkala menyuratinya?
Jawabku, tidak ada harap yang lain kecuali semakin kuat keakuanku.
Demikianlah kata-hati yang dicurahkan dalam kata-kata.
2017
CERITA DALAM KATA-KATA
Aku semakin menguatkan keakuanku
Laksana membaca aku yang lain pada tubuh yang lain
Dan dunia laksana penerimaan yang harus diterima
Oh rumus yang sederhana
Dan gotak karena akal dan rasa yang menggumpal
Karena akal masih liar laksana binatang
Yang butuh di sangkar dan diberi sarapan
Aku semakin menanamkan rasa akuku
Pada keumunan dan mengumbar:
Aku begini karena aku menyelamatkan keakuanku!
Aku begini karena aku menyelamatkan pemikiranku!
dan saat itu,
dunia laksana serius yang becandaan
sebab tak ada lain kecuali penerimaan
sayang, kalau dinyatai tentang becandaan adalah salah
sebab realitas adalah kebenaran
dan manusia tidak bisa menghindar dari kenyataannya
dan aku senantiasa memegang tali keimanan yang kokoh
dalam pemikiran, pada seluruh pembicaraan
lalu lidahku berkata:
aku telah ditakdirkan untuk membertanya, bukan berarti aku tidak tahu
tapi waktu mengajarkanku harus bertanya, kepada mereka yang telah mengerti
andai watku berganti, mungkin aku akan diam dan hanya menerima
karena seluruh ‘manusia’ telah menerima dan merdeka untuk berprinsip sama
perbedaan itu kemutlakan
tapi kini harus diikatkan
pada ilmu yang telah melekat
sayang, lalai dijalankan
itulah diriku
di masa yang nyata
pada nyata yang sesungguhnya
2017
TELINGA SI BIJAK
Bersamamu aku bangga karena aku semakin terang menunjukan keakuanku
Sekali pun salah, itulah keakuanku, dan engkau nyelentik sedikit dan berkata:
Kok! Bukannya! Bukankah! Lha memang begitu kan!
Begitulah kalimat ringkasmu, menguji ulang tentang keakuanku
Tanpa penghakiman, tanpa keperhukuman dan malah menekan:
Tidakkah engkau tahu apa yang menjadi soal pada dirimu?
Dan bagaimana aku tidak merindui telingamu itu?
Sayangnya, telinga-nyatamu jauh bagiku
Bersama puisiku, kujujurkan diriku
Mendatangimu, yang bersamaan dengan itu
Kudapati percik-percik kenangan saat bersamamu
Yang ditegur dan dingati, yang disapa, dan diuji
Karena bersamamu, aku semakin menjadi:
Tentang keakuanku.
Bagaimana tidak kuhadiahi suratan pembuka buatmu?
Itulah doaku.
2017
Belum ada Komentar untuk "PUISI-PUISI HIDAYAT TF"
Posting Komentar