PUISI-PUISI HIDAYAT TF



Tentang Kedatangan Dalam Kata-Kata


aku mendatangimu karena aku membutuhkanmu

kau yang murni, yakni jiwamu, yang itu untukku

bukan tentang realitas-palsumu atau diksi palsumu

tapi diksi yang itu menunjukan keakuanku

kepadamu aku semangkin kokoh pada keakuanku



aku mendatangimu karena aku memperluimu

kau yang asli, yakni dirimu, waktu itu

yang menerimaku, dengan keaslian dirimu

bukan tentang gelar-gelarmu atau perusiaanmu

karena itu sekali lagi aku mendatangimu



lewat jari jemari yang menari pada keyword

yang kujelmakan menjadi puisi-puisi

tentang keakuanku yang kuserahkan kepadamu



jika ada yang bertanya, bukankah dia tidak pernah meresponmu?

Jawabku, respon apa yang engkau maksud? Sebab dia senantiasa meresponku.



Jik ada yang berkata, bukankah dia tidak pernah membalas kata-katamu?

Jawabku, balasan seperti apa yang engkau maksud? Dia senantiasa membalas kata-kataku.



Jika ada yang berkata, engkau tidak jelas dengan realitasmu?

Jawabku, datanglah kepadaku, tentu engkau dapati itu secara nyata.



Jika ada yang berkata, apakah yang engkau harap tatkala menyuratinya?

Jawabku, tidak ada harap yang lain kecuali semakin kuat keakuanku.

Demikianlah kata-hati yang dicurahkan dalam kata-kata.



2017



CERITA DALAM KATA-KATA




Aku semakin menguatkan keakuanku

Laksana membaca aku yang lain pada tubuh yang lain

Dan dunia laksana penerimaan yang harus diterima

Oh rumus yang sederhana

Dan gotak karena akal dan rasa yang menggumpal

Karena akal masih liar laksana binatang

Yang butuh di sangkar dan diberi sarapan



Aku semakin menanamkan rasa akuku

Pada keumunan dan mengumbar:

Aku begini karena aku menyelamatkan keakuanku!

Aku begini karena aku menyelamatkan pemikiranku!

dan saat itu,

dunia laksana serius yang becandaan

sebab tak ada lain kecuali penerimaan

sayang, kalau dinyatai tentang becandaan adalah salah

sebab realitas adalah kebenaran

dan manusia tidak bisa menghindar dari kenyataannya



dan aku senantiasa memegang tali keimanan yang kokoh

dalam pemikiran, pada seluruh pembicaraan

lalu lidahku berkata:

aku telah ditakdirkan untuk membertanya, bukan berarti aku tidak tahu

tapi waktu mengajarkanku harus bertanya, kepada mereka yang telah mengerti

andai watku berganti, mungkin aku akan diam dan hanya menerima

karena seluruh ‘manusia’ telah menerima dan merdeka untuk berprinsip sama

perbedaan itu kemutlakan

tapi kini harus diikatkan

pada ilmu yang telah melekat

sayang, lalai dijalankan



itulah diriku

di masa yang nyata

pada nyata yang sesungguhnya



2017











TELINGA SI BIJAK



Bersamamu aku bangga karena aku semakin terang menunjukan keakuanku

Sekali pun salah, itulah keakuanku, dan engkau nyelentik sedikit dan berkata:

Kok! Bukannya! Bukankah! Lha memang begitu kan!

Begitulah kalimat ringkasmu, menguji ulang tentang keakuanku

Tanpa penghakiman, tanpa keperhukuman dan malah menekan:

Tidakkah engkau tahu apa yang menjadi soal pada dirimu?

Dan bagaimana aku tidak merindui telingamu itu?



Sayangnya, telinga-nyatamu jauh bagiku

Bersama puisiku, kujujurkan diriku

Mendatangimu, yang bersamaan dengan itu

Kudapati percik-percik kenangan saat bersamamu

Yang ditegur dan dingati, yang disapa, dan diuji

Karena bersamamu, aku semakin menjadi:

Tentang keakuanku.

Bagaimana tidak kuhadiahi suratan pembuka buatmu?

Itulah doaku.





2017

Belum ada Komentar untuk "PUISI-PUISI HIDAYAT TF"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel