Paham Keakuan: Kuatkan Keakuanmu




Sudahlah, engkau jangan sibuk-sibuk (atau begitu sibuk) dengan dunia luar, tetaplah konsentrasikan dengan apa yang terjalin dengan pemikiranmu, sibukkanlah mematai apa-apa yang ingin engkau matai. Dan aku memberikanmu kebebasan seutuhnya, sepenuh-penuhnya: bukankah perwujudanmu tidak terkesan islami-tulen? Bukan juga perwujudanmu adalah layaknya pemikiran orang eropa yang tulen? 

Engkau bukanlah manusia ilmiah yang sangat—yang mana harus-harus objektif penuh.

Engkau juga bukanlah dari golongan ketimuran yang sangat—yang mana harus kuat terhadap hapalannya.

Sekarang: mana tulisanmu yang ilmiah sekali? Mana buktinya engkau menjadi manusia objektif? Lihatlah catatan sejarahmu. Lihatlah tapakan pengalamanmu. Lihatlah perkumpulanmu. Bukanlah perkumpulan yang ketat terhadap data-data ilmiah orang-orang eropa! Bukan juga tentang tradisi orang-orang arab yang sarat hapalan.

Sekarang: mana hapalanmu itu? bukankah engkau sejak dulu menginginkan hapal al-quran, tapi semangatmu, kendar-kendur dan memudar, karena realitas yang menjanjikan dan engkau tergoda dengan realitas keagamaan yang terjadi. Sekarang, mana hapalanmu itu? hapalanmu acak-acakan. Hapalanmu romping-ramping. Hapalanmu tidak tersistematis.

Oh katanya, engkau pengkaji obejektif yang kuat. Faktanya, engkau tidak seobjektif itu terhadap apa-apa yang engkau lihat. Engkau tidak pernah memasukkan penelitianmu pada jurnal-jurnal ilmiah. Engkau tidak pernah mengirimkan esai-esaimu, yang bertujuan menyelamatkan ‘keakuanmu’: bukankah engkau rajin menulis, mana buktinya? Bukankah engkau mampu untuk menulis tentang puisi-puisi, tapi engkau tidak pernah mampu duduk disana? Engkau mampu menulis cerita, tapi tidak mampu menulis cerita yang sistematis. Mana? Mana bukti engkau berstatus bahwa engkau adalah manusia ilmiah.

Aku melihat, status keilmiahanmu adalah tentang status belaka. Karena alasanmu, seakan-akan memikirkan orang lain, atau teman-temanmu yang bodoh, yang tidak konsentrasiu utama terhadap keilmuan: dan itulah pilihanmu. Karena itu pilihanmu, maka, engkau bukanlah orang yang sarat obejtifitas.

Engkau adalah orang yang kental nuansa subjektif, dan kali ini engkau berdaya diri untuk objektif: jawabku, tinggal engkau menyusun dan memfokuskan kajian, lalu jadilah hasil yang objektif, dan dengan begitu, engkau akan selamat atas duniamu. Itu pun kalau engkau mau. 

Jika engkau benar-benar subjektif atau idealistis, seberapa iya engkau pertahankan subjektifmu; atau mana buktinya engkau menjalani tradisi hapalan. Aku tidak melihat engkau lancar terhadap hapalan. Aku tidak mendengar engkau lancar dan gamblang dengan tradisi hapalan. 

Dan pada akhirnya:

Terimalah kenyataan yang sepeti itu. yakinilah, engkau bukanlah keturuan pemikiran eropa, bukan juga keturunan arab: melainkan engkau manusia Indonesia. Yakni manusia asia. Sungguh eropa itu barat, sementara arab itu timur. 

Barat dan timur itu selalu bertentangan dan system kehidupan pun telah memberikan tanda bahwa mereka harus bertentangan satu sama lain: bukankah engkau telah terang melihat berbedaan pola pikir orang barat dan pola pikir orang timur. Dan engkau adalah orang asia, Fik. Yang terpengaruhi dari ketimuran juga kebaratan. Begitu saja.



Sekarang, tugasmu: teruslah kokohkan keakuanmu. Kencangkanlah. Lesatkanlah: buktikan sampai dibatas mana engkau mengakukan keakuanmu? Ingat, kekauanmu, bukan keakuan yang lain, tapi kamu. Aku sendiri. Bukan aku yang lain. Karena tugasku kepadamu adalah mengoptimalkan keakuanmu. Demikian.

Belum ada Komentar untuk " Paham Keakuan: Kuatkan Keakuanmu"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel