Puisi-puisi Hidayat Tf
Minggu, 21 Mei 2017
Tambah Komentar
Ali Haidar Buchori |
SEPERTINYA TELAH LAMA AKU TIDAK MENGETUK SUNGGUH PINTU-DIRIMU
Sepertinya telah lama aku tidak mengetuk-sungguh pintu dirimu
Yang kuketuk adalah keakuanku yang itu melaluimu
Aku lalai kesejukan dan kedamaian saat bersamamu
Aku lalai ketenangan dan kepasrahan saat duduk denganmu
Saat keakuanku menyala:
Jadilah ambisi demi ambisi yang memantul lewat dirimu
Jadilah harapan demi harapan yang itu melewatimu
Jadilah keakuan-keakuan yang itu ambigu padahal menujumu
Sepertinya telah lama aku tidak mengetuk-sungguh pintu dirimu
Yang kuketuk adalah keakuan yang menempel pada diriku
Yang melalui terbukalah tabir-tabir pandangan masa yang cerlang
Masa yang indah, masa yang penuh harap dan itu adalah khayalan
Itu adalah cita-cita yang tak terwujud
Padahal saat bersamamu, kesejukan adalah kenyataan
Kedamaian adalah kepastian
Sepertinya telah lama aku tidak mengetuk-sungguh pintu-dirimu
Melalui nada-nada cinta dan ketenangan hati
Dan sekali lagi, aku: mengetuk-sungguh pintu dirimu
Melalui puisiku kududukan hati
Menghadapmu
Dengan seluruh bekas-bekas keakuanku
2017
Penerobosan Tentang Kehidupan
Dan kehidupan laksana terobosan demi terobosan
Laksana transparan demi transparan
Laksana kebeningan demi kebeningan
Yang disertai kaca bening yang mengganjal keberadaan
Aku melihat dan semakin melihat
Pernak-pernik tentang kehidupan dalam pikiran bak kilat yang cepat
Bahwa semua adalah ketetapan demi ketetapan yang tepat
Adalah system yang padat dan rencana yang cermat
Aku melihat dan semakin melekat tentang kepenglihatan
Melintasi pemikiran demi pemikiran yang sarat akan keterimaan
Atau protes tentang ketetapan walau begitulah ketetapan
Adalah jalan cerita yang demikian: demikianlah ceritanya:
Manusia membutuhi kebutuhannya sendiri
Bersama-sama atas nama kemanusiaan
Maka dimulailah hukum sebagai pembeda
Keteraturan atas nama manusia
Manusia membutuhi manusia lainnya
Mencukupi kebutuhan kemanusiaannya
Maka dimulailah kebersatuan atas nama manusia
Keteraturan guna kedamaian bersama
Manusia membutuhi manusia lainnya
Dan si aku manusia adalah utama
Dibanding manusia lainnya
Demikianlah ego dalam keakuannya
Meninggikan dan melejitkan
Yang kadang
Lalai bahwa manusia membutuhi manusia lainnya
Saling menyokong atas nama kemanusiaan
Demikianlah ego dalam keakuan
Dan kehidupan adalah kehidupan
Yang harus dijalani dan disyukuri
Atau tentang pertabahan terhadap apa yang terjadi
Dan tak bisa dihelak tentang tepat yang tertepati
Dan kehidupan adalah teka-teki
Bagi si akal atau si pencari
Bukan bagi si penemu makna yang tersembunyi
Dengan riang, lidahnya berkata:
Jalani! Jalani! Jalani.
2017
Melaluimu Kusampaikan Maksudku
Kepadaku kusampaikan maksudku
Yang harus melaluimu
Karena aku tahu tanpamu apalah aku
Adalah kehampaan butuh pertemanan
Demikianlah kemanusiaanku
Kepadaku kutujukan sajakku
Yang harus melaluimu
Karena aku tahu tanpamu apalah puisiku
Adalah kekosongan makna dalam kesendirian
Demikianlah sajakku
Kepadaku kusertakan sajakku
Yang itu harus melalui wajahmu
Karena aku dari sorot wajahmu
Kudapati keakuanku yang sungguh
Karena engkau adalah jalinanku
Dan kepadamu
Aku teradakan.
Karenamu aku semakin menjadi
Tentang keakuanku
Demikianlah sajakku
2017
Kemenjadian Hidup Yang Menyala
Hidupku, semakin menjadi, dalam rimba pemikiranku
Ketidak-jelasan, harapan, berserta spekulasi atau dugaan
Oh semakin menjadi, sesuatu yang menyala dalam diriku
Bahwa benarlah aku, mendamba sesuatu yang disebut
Kehidupan.
Aku telah mendambakan ‘kehidupan’ yang sungguh
Yang sebenarnya telah orang-orang sampaikan
Sayangnya, aku melihat dan merasakan
Apa yang disampaikan tidak benar-benar disampaikan
Dan aku mendambakan apa yang disampaikan
Benar-benar menjadi sesuatu yang telah direncanakan
Dan hidupku, semakin menjadi, ditaruhi rindu-rindu yang ganjil
Menyala dalam dadaku, dan tiada obat kecuali ketemu
Atau menjadi sesuatu yang menggangu seluruh kesendirianku
Karena hasrat ingin bertemu, mereka, yang terindu
Karena jarak menjadikan rindu
Karena jarak mampu dituju
Jadilah rindu yang ganjil sesuatu yang besar dalam diriku
Bukan tentang wujud-wujudnya tapi tentang kehatiannya
Bukan tentang wujud-wujudnya tapi tentang pemikirannya
Dan hidup menjadi jalinan yang unik dalam darahku
Pada tiapan langkah-langkahku
Pada tiapan pertemuan-pertemuanku
Dan kepadamu, melalui sajak, aku sampaikan keakuanku
Yang darinya kudapati, “Begitu to… keakuanku.”
Lalu batinku berkata,
“Rindu-rindu yang mengumpal dalam dirimu
Adalah rindu yang semestinya berserta godaan
Tentang kenodaan keganjilan rindumu
Kepadanya yang maha-ganjil.
Rindu-rindu yang menyebar pada aurta darahmu
Adalah rindu yang ditetapkan berserta godaan
Tentang kenodaan keganjilan rindumu
Kepada dia yang harus-sungguh engkau rindu”
Bersama itu, aku terima, tentang waktuku, yang diserbu rindu
Pada aurta darahku, yang menebar pada dada dan pemikiranku
Selamat datang: kehidupan baruku.
2017
Belum ada Komentar untuk "Puisi-puisi Hidayat Tf"
Posting Komentar