Puisi-puisi Hidayat Tf

Ali Haidar Buchori


SEPERTINYA TELAH LAMA AKU TIDAK MENGETUK SUNGGUH PINTU-DIRIMU


Sepertinya telah lama aku tidak mengetuk-sungguh pintu dirimu

Yang kuketuk adalah keakuanku yang itu melaluimu

Aku lalai kesejukan dan kedamaian saat bersamamu

Aku lalai ketenangan dan kepasrahan saat duduk denganmu

Saat keakuanku menyala:

Jadilah ambisi demi ambisi yang memantul lewat dirimu

Jadilah harapan demi harapan yang itu melewatimu

Jadilah keakuan-keakuan yang itu ambigu padahal menujumu



Sepertinya telah lama aku tidak mengetuk-sungguh pintu dirimu

Yang kuketuk adalah keakuan yang menempel pada diriku

Yang melalui terbukalah tabir-tabir pandangan masa yang cerlang

Masa yang indah, masa yang penuh harap dan itu adalah khayalan

Itu adalah cita-cita yang tak terwujud

Padahal saat bersamamu, kesejukan adalah kenyataan

Kedamaian adalah kepastian



Sepertinya telah lama aku tidak mengetuk-sungguh pintu-dirimu

Melalui nada-nada cinta dan ketenangan hati

Dan sekali lagi, aku: mengetuk-sungguh pintu dirimu

Melalui puisiku kududukan hati

Menghadapmu

Dengan seluruh bekas-bekas keakuanku



2017

Penerobosan Tentang Kehidupan



Dan kehidupan laksana terobosan demi terobosan

Laksana transparan demi transparan

Laksana kebeningan demi kebeningan

Yang disertai kaca bening yang mengganjal keberadaan



Aku melihat dan semakin melihat

Pernak-pernik tentang kehidupan dalam pikiran bak kilat yang cepat

Bahwa semua adalah ketetapan demi ketetapan yang tepat

Adalah system yang padat dan rencana yang cermat



Aku melihat dan semakin melekat tentang kepenglihatan

Melintasi pemikiran demi pemikiran yang sarat akan keterimaan

Atau protes tentang ketetapan walau begitulah ketetapan

Adalah jalan cerita yang demikian: demikianlah ceritanya:

Manusia membutuhi kebutuhannya sendiri

Bersama-sama atas nama kemanusiaan

Maka dimulailah hukum sebagai pembeda

Keteraturan atas nama manusia



Manusia membutuhi manusia lainnya

Mencukupi kebutuhan kemanusiaannya

Maka dimulailah kebersatuan atas nama manusia

Keteraturan guna kedamaian bersama

Manusia membutuhi manusia lainnya

Dan si aku manusia adalah utama

Dibanding manusia lainnya

Demikianlah ego dalam keakuannya

Meninggikan dan melejitkan

Yang kadang

Lalai bahwa manusia membutuhi manusia lainnya

Saling menyokong atas nama kemanusiaan

Demikianlah ego dalam keakuan

Dan kehidupan adalah kehidupan

Yang harus dijalani dan disyukuri

Atau tentang pertabahan terhadap apa yang terjadi

Dan tak bisa dihelak tentang tepat yang tertepati



Dan kehidupan adalah teka-teki

Bagi si akal atau si pencari

Bukan bagi si penemu makna yang tersembunyi

Dengan riang, lidahnya berkata:

Jalani! Jalani! Jalani.



2017









Melaluimu Kusampaikan Maksudku



Kepadaku kusampaikan maksudku

Yang harus melaluimu

Karena aku tahu tanpamu apalah aku

Adalah kehampaan butuh pertemanan

Demikianlah kemanusiaanku



Kepadaku kutujukan sajakku

Yang harus melaluimu

Karena aku tahu tanpamu apalah puisiku

Adalah kekosongan makna dalam kesendirian

Demikianlah sajakku



Kepadaku kusertakan sajakku

Yang itu harus melalui wajahmu

Karena aku dari sorot wajahmu

Kudapati keakuanku yang sungguh

Karena engkau adalah jalinanku

Dan kepadamu

Aku teradakan.



Karenamu aku semakin menjadi

Tentang keakuanku

Demikianlah sajakku



2017



Kemenjadian Hidup Yang Menyala



Hidupku, semakin menjadi, dalam rimba pemikiranku

Ketidak-jelasan, harapan, berserta spekulasi atau dugaan

Oh semakin menjadi, sesuatu yang menyala dalam diriku

Bahwa benarlah aku, mendamba sesuatu yang disebut

Kehidupan.



Aku telah mendambakan ‘kehidupan’ yang sungguh

Yang sebenarnya telah orang-orang sampaikan

Sayangnya, aku melihat dan merasakan

Apa yang disampaikan tidak benar-benar disampaikan

Dan aku mendambakan apa yang disampaikan

Benar-benar menjadi sesuatu yang telah direncanakan



Dan hidupku, semakin menjadi, ditaruhi rindu-rindu yang ganjil

Menyala dalam dadaku, dan tiada obat kecuali ketemu

Atau menjadi sesuatu yang menggangu seluruh kesendirianku

Karena hasrat ingin bertemu, mereka, yang terindu

Karena jarak menjadikan rindu

Karena jarak mampu dituju

Jadilah rindu yang ganjil sesuatu yang besar dalam diriku

Bukan tentang wujud-wujudnya tapi tentang kehatiannya

Bukan tentang wujud-wujudnya tapi tentang pemikirannya

Dan hidup menjadi jalinan yang unik dalam darahku

Pada tiapan langkah-langkahku

Pada tiapan pertemuan-pertemuanku



Dan kepadamu, melalui sajak, aku sampaikan keakuanku

Yang darinya kudapati, “Begitu to… keakuanku.”

Lalu batinku berkata,

“Rindu-rindu yang mengumpal dalam dirimu

Adalah rindu yang semestinya berserta godaan

Tentang kenodaan keganjilan rindumu

Kepadanya yang maha-ganjil.



Rindu-rindu yang menyebar pada aurta darahmu

Adalah rindu yang ditetapkan berserta godaan

Tentang kenodaan keganjilan rindumu

Kepada dia yang harus-sungguh engkau rindu”



Bersama itu, aku terima, tentang waktuku, yang diserbu rindu

Pada aurta darahku, yang menebar pada dada dan pemikiranku

Selamat datang: kehidupan baruku.



2017

Belum ada Komentar untuk "Puisi-puisi Hidayat Tf"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel