Prinsip Islam di Era Modern sebuah kajian individu-observasi diri Tinjauan sosiologis-Filosofis




Sekarang, saya akan mengungkapkan tentang prinsip[1] islam, yang itu lebih kecil, yakni kepada diri sendiri.

Masalahnya, mengapa saya tidak mengetahui dengan sungguh tentang prinsip islam padahal saya telah berprinsip islam? mengapa saya tidak menyadari bahwa saya berprinsip islam padahal saya telah berprinsip islam?

Latar Belakang Masalah


Saya melihat bahwa banyak orang yang berprinsip islam, tapi suatu fakta, orang-orang seakan berdiri-sendiri-sendiri; mengempentingkan kepentingan individu, tapi ada rasa jalinan ikatan yang kuat, padahal telah berprinsip islam. yang saya maksud prinsip islam adalah bahwa mereka adalah orang-orang yang mempercayai bahwa semua adalah milik-Nya dan kita beriman kepada-Nya. Tatkala kita beriman kepada-Nya, maka harusnya kita saling menyaling, harusnya kita saling mendukung satu sama lain, harusnya kita saling membantu satu sama lain. Tapi fakta, sejauh saya melihat, orang-orang hidup dalam jangkar kedirian masing-masing.

Ilmu pengetahuan keislaman menjadikan mereka tidak benar-benar satu ikatan kemanusiaan, yang mana harus saling menyaling dan dukung-mendukung, tolong menolong dalam hal urusan kemanusiaan: apa itu urusan kemanusiaan?

Yakni secara materi (jasad) dan rohani (batin). Tercukupi sesuatu yang dua tersebut.

Sebab tawaran islam pun sangat mementingkan tentang keindividuan yang mana itu kepentingan batin, tidak sekedar tentang kepentingan materi.

Namun, zaman modern, keberlimpahan tentang system-sytem dan pengetahuan demi pengetahuan, menjadi manusia—saya termasuknya—masuk dalam gelombang zaman, yang mana menghendaki:

Popularitas.

Keakuan.

Kebanggan.

Dan nama-nama eksistensi.

Masalanya apa, Taufik? Ya itu, banyak orang yang satu prinsip tapi tidak satu prinsip. Banyak orang yang berprinsip tauhid, tapi tidak menjalankan bagaimana gerakan tauhid; yang tujuannya adalah tercapainya keseimbangan dunia dan akhirat. Kalau saya begini, setidaknya keseimbangan dunia. Seringkas itu, tapi karena keberadan islam menguat, maka mau tidak mau, bakal merembetkan pada kepentingan akhirat.

Jawaban dari Masalah.

Maka setiap individu harus mengetahui peran keindividuannya bahwa dia berprinsip islam, bahwa mereka berprinsip islam. dengan cara, merenungkan kembali, atau mengingat kembali tentang tujuan manusia hidup di bumi yang berasaskan atas nama islam, islam di aratikan sebagai damai. Seringkas itu.

Cara mengetahui tentang prinsip; tentu mengabarkan bahwa yang menciptakan langit dan bumi adalah Allah. bahwa yang menciptakan manusia itu adalah Allah. siapakah itu allah? adalah yang menguasai tentang segala hal yang ada; manusia itu sama-sama manusia, yang mempunyai perasaan demi perasaan, yang mana, manusia bakal membutuhkan manusia lainnya.

Setidaknya telah jelas, bahwa masalah yang dihadapi karena kurangnya pemahaman terhadap prinsip yang melekat dalam dirinya!

Alasan tidak mempertahankan prinsip, karena kurangnya pemahaman terahadap jalan islam. terhadap struktur yang dibuat islam. sebabnya lagi, agama seakan menjadi sesuatu yang kaku, dan bahkan terkesan sangat menyejarah. Agama menjadi kebiasaan, yang harus dilakukan.

Agama menjadi kebiasaan yang itu malah mengekang.

Agama menjadi kebiasaan ritual yang itu harus dilakukan.

Padahal, kalau kita telah mengetahui prinsip dengan paham yang sungguh; pengekangan atau tawaran yang menjadi pengekangan adalah upaya untuk mengendalikan manusia dari kemanusiaannya. Supaya manusia itu tidak melampaui batas.

Padahal, kebiasaan ritual itu adalah kewajiban sebagai yang dikenai sanksi damai. Sayangnya, orang-orang tidka mengetahui, bahasa saya, kurang memahami tentang keislaman itu sendiri, sehingga kewajiban malah menjadi suatu beban. Alasannya lagi, karena kurang hebatnya mengontrol waktu, untuk tujuan ‘bahagia’.

Ringkas kata, banyak yang berharap mendapatkan bahagia, tapi enggan menjalankan keislaman secara penuh. Arti penuh disini, bukan berarti langsung tiba-tiba menggunakan sunah dan lain sebagainya; tapi mengokohkan tentnag keimanan. Artinya, keimanan harusnya sempruna benar. Sehingga, kemudian, akan menjadpatkan, bahwa semua manusia dalah jalin menjalin.

Terlebih lagi, di desa wargomulyo, yang mana ada klaim ikatan keluarga besar. Yang harusnya, tatkala di antara mereka kepayahan terhadap ekonomi, harusnya lebih mudah menyelamtkan. Lebih mudah membantu. Karena dunia bagi prinsip islam adalah tompangan belaka.

Tapi keterpengaruhan zaman, menjadikan orang-orang berpikir yang tercampur dan malah bahkan sibuk pada hal-hal eksistensi, dan lalai dengan esensi.

Lebih sibuk dengan keakuan di banding, penyatuan dengan aku yang lain.

Lebih sibuk mengunggulkan keakuan diri, dibanding saling-membutuhkan aku-aku yang lain.

Lebih sibuk mengakukan keakuannya, dibanding bahwa milikku adalah titipan dan engkau bisa meminjam itu.

Dan hal-hal itu terjadi, karena kurangnya prinsip individu yang tertanam pada jiwa individu, yang mana dengan jalan islam, maka si individu akan terikat pada hukum-universal, yang kemudian akan sibuk dengan kualitas individu-individu masing-masing, yang tujuannya adalah mengokohkan keindividuan dengan segala takdir yang telah ditentukan, dengan segala ‘watak’ yang telah diberikan.

Akhir kata, kehilangan prinsip yang dilanda umat manusia, khususnya saya, karena kurangnya pemahaman terhadap apa yang disebut prinsip. Demikian.






[1] Prinsip, menurut KBBI, asas (kebenaran yg menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dsb); dasar;

Belum ada Komentar untuk "Prinsip Islam di Era Modern sebuah kajian individu-observasi diri Tinjauan sosiologis-Filosofis"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel