Tahanlah Bicaramu







Tahanlah bicaramu, Taufik; perhatikan, menahan itu bukan menghentikan. Menahan itu bukanlah memadamkan lidahmu untuk berkata-kata. Aku tahu itu watakmu, yang menjadikan berbeda dengan yang lain, dan engkau menjalin ikatan dengan yang lain; sayangnya, engkau belum cerdas benar dalam sebuah alur-pembicaraan; dan sekarang, tugasmu adalah membedakan dan memilah: kepada siapa engkau bicara. Dimana engkau bicara.

Sebenarnya apa yang saya sampaikan ini adalah hal-hal sederhana berkaitan dengan metode-komunikasi, Taufik. Andai saja, engkau membaca metode komunikasi dan menerapkan apa yang engkau baca; maka, tentulah engkau menjadi orang yang handal dalam bicara. Sayangnya, ilmu pengetahuan yang datang kepadamu, bagimu, laksana biasa dan engkau lalai menerapkan dengan cara, menempelkan dalam akalmu.

Dan engkau telah mengingat diksi ‘tahanlah’, ‘jangan banyak bicara’, ‘tinjaulah komunikasimu’, namun faktanya engkau masih menyampaikan apa-apa yang engkau pikirkan. Engkau selalu ingin menjadi pembicara yang tersembunyi, yang diam-diam berharap untuk didengarkan, dengan latar belakang orang-orang yang hendak ingin engkau ajak bicara.

Dan bagiku, tidak masalah, jika engkau masih liar berkata, sudah saatnya engkau keluar dengan kekomplekan dirimu. Sudah saatnya engkau keluar dan mengajak dialog dengan memperkenalkan filsafat dan mempertanyakan hal-hal yang seakan telah dibakukan. Kelak, jika masamu telah ‘tercukupi’, maka dengan sendirinya engkau akan menahan kata-katamu, engkau akan menahan bicaramu.

Belum saatnya engkau diam secara pasti.

Belum saatnya engkau tersembunyi dan sunyi.

Belum saatnya engkau terdiam dan mendengari lagi.

Jika masanya sudah tiba, maka engkau akan benar-benar terdiam dan mengeluarkan kalimat-kalimat yang bijak dan menjadi biasa namun sarat akan makna; bukankah begitu para filsuf cina?

Yang pasti, sekarang, tugasmu adalah melanyahkan lebih lanyah tentang kuliahmu. Bacalah lebih membaca tentang apa-apa yang engkau pelajari. Telusuri lebih jauh tentang kepahaman yang menyerap dalam individu, dan senantiasalah engkau ingat bahwa semua adalah kuasa-Nya, semua telah di takdir oleh-Nya.

Terlebih lagi, engkau harus memahami tujuan dari bicara:

Menyampaikan

Mengabarkan

Memberi informasi

Mempunyai maksud tersembunyi

Sekedar ingin menyampaikan

Sekedar ingin didengarkan

Mendialogkan diri

Atau mempertanya kabar

Atau ingin mengetahui

Atau ingin menyapa

Dan engkau harus cerdas mengetahui trik-trik tersebut. Engkau harus memahami hal-hal tersebut. terlebih lagi, lintasan dalam benakmu; katakan pada dirimu, dengan tujuan apa engkau hendak mengeluarkan kata-kata, engkau hendak berbicara. Ringkas kata, engkau harus paham dengan kepemahaman-penuh tentang tujuan engkau berbicara.

Tujuan itu harus terpatri dalam hatimu (Dalam akalmu) dengan begitu, maka engkau akan mengerti arti sungguh dari percaya atau berbicara yang itu menurut kehendak atau bicara yang itu menurut nafsu.

Dan sudahkah engkau mengidentifikasi tentang pembicaraanmu sendiri? Itukah nafsu atau keharusan bicara.

Itukah ingin didengarkan, atau memang harus engkau berkata?

Itukah tidak ingin didengarkan, atau kau paksa mereka mendengar?

Maksudku, dengan engkau mengetahui tujuanmu bicara, maka engkau akan mengerti kesampaian dirimu; dengan begitu, maka semakinlah engkau mengendalikan keliaran dirimu. Apakah dengan begitu sejauh ini engkau masih liar dalam hal perkataan? Jawabnya, iya. Dan tugasku kepadamu, adalah menunjukan jalan supaya engkau tidak liar, dan yang tidak meliarkan atau kekuatan utama menjinakkan keliaranmu adalah upayamu sendiri, karena aku adalah pendamping yang mendukungmu.

Begitu ya…

Belum ada Komentar untuk " Tahanlah Bicaramu "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel