PUISI-PUISI HIDAYAT TF
Kamis, 25 Mei 2017
Tambah Komentar
PINTU PENGETAHUAN
Engkaulah pintu pengetahuanku, yang setiap relungnya selalu berujung pada kalimat tanyamu
Seketika itu teringat juga kalimatmu: apa tujuanmu? Sesungguhnya apa tujuanmu?
Dan ilmu yang mengampiriku, adalah ilmu yang menujumu, lebih rekat kepadamu
Engkaulah pintu keberanianku, yang setiap mataku adalah sorot yang mengikutimu
Katamu, “Lihatlah keluasan sesuatu yang kini menampakkan diri? Dan kita tidak mampu bersembunyi dari sesuatu yang memang telah menampakan. Lihatlah.”
Aku: bibirku mengunci, mengikuti gerak-gerik dan tudingan tanganmu
Juga pengantar lidahmu, mengajakku di pasar ‘pengetahuan’ tanpa penawaran
“Di sini, kita tidak bias menawar. Ini adalah milik kita; taman yang disediakan untuk kita.”
Kataku, membatin, “Ini milik kita—kamu dan aku—benarkah ini milik kita?”
“Ya!” jawabmu, menjawab batinku. “Sungguh! Apa yang kau bicarakan, telah aku ketahui. Telah aku terka; karena pemikiranmu adalah bekas dari pemikiranmu, maka secara rahasia atau terang-terangan, yakinlah aku mengetahuimu. Pasang kokohkan, pohon yakinmu kepadaku. Apakah kau lalai, kita berada pada rumah yang sama?”
Aku terdiam, dibuai takjub padamu, sekali lagi, lebih lebat
Lalu kau tudingkan benda-benda, kau tudingkan gambar-gambar
Dan bola mataku, selalu bahagia mematai telujuk jarimu
Kataku, “Lesatkanlah kata kepada tuhanmu, agar aku senantiasa terjaga dalam lindungan-Nya dan aku menjadi hamba yang benar-benar ‘mengakui-sungguh’ bahwa aku hamba-Nya.”
Katamu, “Apakah kau lupa? Apa yang ada dalam dirimu, telah aku ketahui dan tidak ada lagi rahasia bagiimu.”
Aku terdiam, mengikuti langkah-langkahmu, mengikuti petunjuk jari-jemarimu
Engkaulah pintu keberadaanku; denganmu, apalah aku, adalah pengikut
Apa-apa yang engkau sertakan dalam perjalananmu
Engkaulah pintu keyakinanku; denganmu, aku sambungkan rasa yakinku, meyakinimu
Adalah jalan bekas-bekas pemataan dan perjalananku, bersamamu
Jika ada yang bertanya kepadaku, pintu pengetahuan apa yang maksud?
Jawabku, pintu pengetahuan jalinan kepada guru
Jika ia bertanya, aku tidak mengetahui maksud kalimatmu, pintu pengetahuan macam apa yang kau tujukan?
Jawabku, andaikata engkau berada di jalan ini, tentu engkau paham dengan kalimatku.
Jika ia bertanya, bagaimana caranya aku mengetahui jalan ini?
Jawabku, kau harus yakin kepada gurumu, dan itu bukanlah perkara yang mudah.
Jika ia mendesak, mengapa meyakini adalah perkara yang sulit?
Jawabku, kanjeng Nabi menyampaikan ‘yakin’ lebih dari sepuluh tahun, ingatlah.
2017
MENJALIN PEMAHAMAN
Bagimukah dunia terkesan nyaman, aneh, lucu, menyenangkan, sekaligus-sekaligus yang lain;
Menjalin-jalin dan ditempa baju realitas yang menugrub dan memaksa kita berkata:
Di sini begitulah keadaannya, manalah mungkin kita ke sana di sini rumah kita
Dan menjalankan sebagaimana yang lain menjalankan, sesuai dengan ‘karakter’ yang telah ditetapkan
Untuk apa protesmu? Kepada siapa marahmu benar kau marahkan?
Tidakkah kau amatimu, marahmu, ya! Begitulah, itulah marahmu, sekali pun aku yang menjadi sasaranmu
Tetaplah itulah ‘marahmu’, amukmu: jika ketetapannya begitu, bagaimana lagi kita menyangkal itu?
Jika keadaanmu diselimuti, realitas yang sesungguhnya
Jawabku, memangnya engkau tidaklah nyata?
Jika keadaanmu diciumi, soal-soal yang menampak atau terselebung
Jawabku, bukankah engkau adalah manusia?
Dunia, sebagaimana yang telah kita ketahui
Adalah penampakan yang telah ditampakan
Apalagi yang jadi soal, jika kita telah dilerai akan penampakannya?
Apalagi yang jadi soal? Adalah kau kurang menerima:
Dunia sebagaimana telah dijadikan-Nya
Jika kau begitu iya mengakui cintamu pada-Nya, atau kepada-Nya
Jawabku, seberapa kuat kau tiru utusan-Nya: maka berlatihlah.
Bukankah engkau ingat, dia begitu waspada menyampaikan kata?
Begitu waspada berkata kepada siapa:
Dan kepadamu,
Pahamilah teka-teki ‘wujud’ bukan sekedar wujudnya
Pahamilah rahasia kata bukan sekedar lafadnya
Pahamilah dirimu bukan sekedar lintasan pemikiranmu
Katamu, ‘duniamu menjelma sarat jaringan dan sarat kesekaligus dalam mangkok pikiranmu!”
Jawabku, pada akhirnya itu adalah tentang sesuatu dalam dirimu, maka beradalah.
Datangilah mereka yang engkau sesuai pikiranmu, mintalah bantu dengan sungguh
Dangatangi mereka dengan baju kedirianmu, katakan:
Aku datang kepadamu karena waktuku memang harus datang kepadamu, maka selamatkanlah aku dari keduniaan ketidak-nyatanku.
Jika dia berkata dan menuding-tuding tentang sesuatu:
Ingatlah, sebagiamana engkau bersama diriku, begitu jugalah penudinganku
Menuding pada arah ‘eksistensi’ yang sesungguhnya
Bermodal esensi yang kokoh dan penting dipupuki oleh jiwa lainnya:
Begitulah dunia, sarat jalinan guna dapati paham dari laju pemahaman yang nyata.
2017
ARAH
aku tidak tahu arahku sungguh
kecuali selalu mengarah penuh padamu
dan kuceritakan tentang diriku
yang selalu tidak tahu bagaimana masa depanku
dan aku mungkin begitu terburu
menghendaki ketahuan tentang masa yang belum menentu
kecuali kudayakan diri
berlindung naungan ilahi
mengharap surga yang pasti
2017
JALAN YANG DIJALANI
aku tidak tahu arah yang sungguh
bagaimana mencetak masa depanku
dengan jalinan waktu yang terjadi
dengan seluruh gerak-gerikku
seluruh pola-pikirku
dan seluruh perlajuan diriku
kecuali mengaku padamu
tentang ketidaktahuanku
aku memang menikmati waktu yang terjadi
berpasrah dengan jalan yang harus dijalani
percikan akal memang mengundang berpikir lebih
dan ini adalah kodrat manuasiawi
yang resah dengan kemanusiaan
yang bingung dengan urusan kemanusiaan
aku memang berpasrah atas apa yang terjadi
sambil memupukkan apa yang kucinta dan berdaya mematuhi aturan yang terjadi
dan aku selalu tidak tahu sungguh
bagaimana masa depanku.
katakan pada tuhanmu:
beritahukanlah tentangku, yang berharap ditahukan tentang masa depanku
biar kusiapkan segalanya yang layak kusiapkan
dengan seluruh 'tabiat' asli karakter kemanusiaan
yang telah dinaskan oleh-Nya.
beritahukanlah kepada tuhanmu:
beritahukanlah tentangku, yang bodoh memahami sungguh tetang-Nya,
biar kuterima sungguh apa-apa yang telah ditetapkan-Nya.
2017
TANDA ARAH
jika tanda-tanda-Nya telah sampai kepadaku
dan aku tidak memahami itu, katakanlah kepada Tuhanmu:
"Bukakanlah pemikiranku, untuk memahami tanda-tanda yang menghampiri
Jangan tutup pemikiranku untuk memahami tanda yang telah singgah pada diriku
Jangan tutupkan hatiku untuk memahami tanda yang itu melekat padaku."
Kepadamu aku sampaikan diriku
Yang bahkan terrahasiakan oleh mataku
Tentang tanda yang menghampiri tubuhku
Yang akalku belum yakin sungguh dengan apa yang membajui diriku
Jika tanda-tanda-Nya tidak sampai kepadaku
Katakanlah kepada Tuhanmu:
"Berikanlah ilmu untuk memahami tanda-tanda-Mu:
Jangan jadikan aku buta terhadap-Mu
Jangan jadikan aku tuli atas perkataan-Mu
Jangan jadikan aku bodoh dari keberadaan-Mu"
Karena aku tidak tahu arahku pasti
Kepadamu aku arahkan diri
sambil berkata:
"Aku mohon maaf kepada tuhanku, jika aku mengingkari nikmat yang telah Dia sandarkan kepadaku. Sungguh! Aku termasuk manusia yang lemah, yang menggelapi diri sendiri."
2017
Belum ada Komentar untuk "PUISI-PUISI HIDAYAT TF"
Posting Komentar