Apa Yang Kau Harapkan Tatkala Menjadi Filsuf?



Apa yang kau harapkan tatkala menjadi filsuf, Fik? Apakah ingin dikenal bahwasanya kamu orang yang kuat berpikir, yang setiap kata-katanya didengar, setiap kata di bayar, dan seluruh pertemuan engkau di hormati, di segani, di puji, di puja, atau engkau ingin mengendalikan manusia, dengan curahan pemikiranmu: jadi, apa yang kau harapkan tatkala menjadi filsuf, Fik?

Engkaukah ingin karyanya dibaca terus menerus, pemikiranmu di gunakan terus-menerus, dan karyamu mboming, namamu dikenal banyak orang, tubuhmu terkenal, engkau populer layaknya artis, kehidupanmu di sorot, biografimu di ungkap, seluk beluk kehidupanmu diincar manusia, engkau diteliti dari sana ke sini, sini ke situ: apa yang kau harapkan tatkala menjadi filsuf, Fik?

Menjadi bijaksana, menjadi syarat cinta, menjadi ‘kebenaran murni’, menjadi orang yang terpandang, menjadi sudut-pandang utama, menjadi topic pembicaan, menjadi ‘berita-utama’ pada media, menjadi orang yang dikutip kata-katanya.

Ketahuilah, Fik, para filsuf postmodern, jarang mereka mengaku menjadi ‘filsuf’, mereka mengakunya menjadi sosiolog atau sastrawan, tembangan filsuf itu ‘prosesi’ kesejaraan, tentang sebuah kenangan, tentang kajian ‘kenangan’, tentang ‘proses’ menjadi ‘manusia’, dan filsafat adalah termasuk jalannya. Jalan menjadi manusia sebenarnya.

Simaklah dirimu sekali lagi, setelah engkau membaca lintasan sejarah yang jauh, engkau mengkaji tokoh-tokoh yang terkenal dengan julukan filsuf, mulai dari Socrates sampai Baudrillard; engkau mengkaji sejarah eropa sampai mesir, sampai lintas-lintas Negara-negara dengan ‘pola-pola’ pemikirannya, kebudayaannya, perpotolitikannya, pendidikannya, dan sekarang: apa yang yang terjadi denganmu, dengan realitasmu?

Engkau tetap berjalan tetap berjalan layaknya manusia biasa. Kata-kata yang engkau tuangkan dalam bentuk tulisan adalah sebuah ilmu—itu ilmu Fik—ilmu tanpa amal, itu kurang, oleh karenanya, engkau mengamalkan ‘pengetahuan’ yang telah engkau dapatkan menjadi sebuah teks, yang dengan teks itu, engkau bisa dibaca oleh seluruh dunia—bukankah engkau menuangkan teks tersebut di dalam dunia-jaringan, inter conection, dalam Web Wide Wordl, itulah dunia—dunia yang menjadi kecil, sekaligus tetap menjadi keluasan tentang jaringan: tidakkah engkau telah terkenal, dan semesitnya engkau sudah selayaknya menjadi filsuf, dan setiap orang yang memenuhi syarat-syarat berpikir filsuf, maka jadilah dia termasuk golongan filsuf:

Apa syaratnya? Bermain pada logika, rasio, universal, sistematis, radikal (mendalam): dan itu bisa juga disebut juga dengan pemikiran filsuf.

Jadi, apa yang kau harapkan tatkala menjadi filsuf, Fik?

Pada akhirnya, filsuf itu juga julukan Fik. Tujuanya, seperti tujuan umum manusia lainnya, demi kebahagian manusia, dan siapa manusia yang dimaksud, yakni yang paling utama adalah si filsuf itu sendiri. Terlebih lagi, zaman sekarang: sudahlah, terima saja system yang ada, dan ingat, tujuan utama adalah membahagiakan ‘si filsuf’ itu sendiri—jika engkau belum bahagia. Sekarang, berbahagialah. Sebab engkau telah mengetahui, bahwa untuk bahagia itu gampang:

Bahagia, tinggal dijalankan bahagia kok. Bukankah bahagia itu letaknya di sini, di dalam diri ini!

Jika ada sesuatu yang membuatmu tidak bahagia, ingatlah, bahwa bahagia itu gampang. Oke.

2017

Belum ada Komentar untuk "Apa Yang Kau Harapkan Tatkala Menjadi Filsuf?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel