PUISI-PUISI HIDAYAT TF
Sabtu, 25 Februari 2017
Tambah Komentar
JIKA ADA YANG BERTANYA, “KENAPA DIA DATANG KEPADAMU?”
Jika ada yang bertanya, “Apa yang menjadikanmu datang kepadanya?”
Jawabku, aku adalah pasien yang meminta obat darinya
Jika kau mengejar dengan tanya, “Alasan apa kau mengaku pasiennya?”
Jawabku, karena aku pernah dioperasi oleh dirinya
Jika katamu, “Apa yang kau maksud dengan operasi?”
Jawabku, memangnya hanya dokter yang mempunyai diksi operasi?
Setiap murid harusnya mengaku bahwa dirinya adalah pasien
Setiap murid harusnya yakin bahwa dirinya adalah gudang penyakit
Mendederkan tentang keluh-kesahnya dan jangan sombong terhadap dirinya
Jangan sombong laksana mampu mengobati luka di dalam dirinya
Jangan lagak sok menjelma dokter padalah belum periksa
Jangan lagak sok sehat padahal belum masuk dalam sangkar-gurunya
yang kemudian akan diawasi dengan jeli dan penuh perhatian
Saat sayapnya mulai kokoh
Saat cengkraman kakinya menguat
Disanalah, sang guru siap melepaskan
Anak-muridnya terbang
Mengarungi udara dan mematai pohon
Menjumpai rimba belantara perhewanan
Melintasi kehidupan demi kehidupan
Di sanalah murid bersinggah
Menjumpai masalah yang agak sama
Di sanalah murid menjelma bayang gurunya
Berkata dan berperilaku layaknya gurunya
Sebab bagi si murid guru adalah cerminnya
Guru adalah cermin utama yang siap menerobos ke guru lainnya
Maka dilatiklah si murid menjelma guru
Saat ada sosok yang itu menyerupai dirinya
Saat ada sosok yang menyerupai lika-liku pemikirannya
Di sinilah sayap murid mengembang dan mengokohkan cengkramannya
Jika ada yang bertanya, “Kenapa dia datang kepadamu?”
Jawabmu, karena dia memang harus datang kepadamu.
Jika ada yang bertanya, “kenapa dia harus datang kepadamu?”
Jawabmu, karena dia memang harus datang kepadaku.
2017
DOKTER
Kalau dia sakit, akankah kau mendatanginya
Sakit? Dalam kamus-pemikiranku, dia tidak pernah sakit
Akulah pasiennya, dia dokternya
Akulah yang didera sakit, yang kutahu dia senantiasa sehat
Katamu, kalau dia sakit, akankah kau mendatanginya
Jangankah sakit, tanpa sakit pun aku ingin datang kepadanya
Namun dalam-kamusku, dia tidak pernah sakit
Akulah pasiennya, dan dia dokternya.
Katamu, jika dia benar-benar sakit, dan sakit yang sungguh; apa katamu?
Kataku, aku si pasien, telah dirujuk kepada dokter lainnya
2017
PASIEN
Aku tidak memilih siapa yang bakal menyembuhkan luka dalam diriku
Aku tidak memilih ruang yang bakal kuambrukkan tubuhku
Tidak memilih hiasan-hiasan dalam ruang yang tersedia oleh mataku
Tidak memilih siapa-siapa yang mengunjungi kelukaanku
Aku adalah jasad yang berpasrah dengan kelukaanku
Adalah ruh yang berpasrah kepada tuhanku
Adalah diri yang ‘wajib’ menelan obat anjuran dokter
Adalah diri yang ‘berharap’ sembuh dari kelukaanku
Aku tidak memilih luka yang mendarat diriku
Tidak memilih dokter yang datang kepadaku
Aku adalah pasien, yang dirawat dalam ruangan cinta
ruang yang berharap selamat dan bahagia
ruang yang berhambur doa
Dan bersamama ‘lukaku’
Aku hanya mampu;
Sibuk bersama diriku
Berdialog merajut waktu
Atau menjalin-waktu
Pada session keberadaan
Aku bersama keakuanku
2017
MENAMPAKAN KEAKUAN
Aku adalah satu diantara mereka yang memunculkan keakuannya
Adalah satu diantara mereka yang menyurahkan rasa kepada gurunya
Adalah satu diantara sepersekian yang membongkarkan kedirian
Adalah satu diantara sepersekian yang menyurahkan keakuan
2017
Ikatan Murid dan Guru
Banyak murid yang mengikatkan diri kepada gurunya,
Aku bagiannya
Banyak murid yang membayangkan wajah gurunya,
Aku bagiannya
Jika kau bertanya, sejak kapan kau membayangkan wajahnya?
Jawabku, sejak kalimatnya mengerat dalam pikiranku.
Jika kau mendesak, sejak kapan kalimatnya mengerat dalam pikiranmu?
Jawabku, sejak akhir pertemuanku dengannya.
Jika kau bertanya, apakah dengan kalimat itu, kau merasa layak mengikat kepadanya?
Jawabku, karena dengan kalimat itu perlahan-lahan aku direkatkan dengan dirinya, lalu kukatakan:
Ada murid yang mengikatkan diri kepada gurunya,
Aku bagiannya, yang membawanya ke desa
Lalu berjumpa dengan guru desa dan berkata:
Ada murid yang mengikatkan diri kepada gurunya
Aku bagiannya
Banyak murid yang membayangkan wajah gurunya
Aku bagiannya
Aku datang kepadamu, sambil menawarkan berkas guruku yang merasuk dalam diriku
Supaya kau menjalin kepada guruku dan aku menjadi muridmu
Supaya kutahu masalah yang menimpa tentang umatmu
Selera apa yang dibutuhi umat di zaman sekarang ini,
Bisa jadi, kelak, aku yang meneruskanmu
Dan aku datang kepdamu sambil menawarkan berkas guruku yang mempunyai guru
Supaya tepuk kepada gurumu
Dan aku adalah muridmu, lalu kau berkata:
Ada murid yang mengikatkan diri kepada gurunya
Kau bagiannya
Banyak murid yang membayangkan wajah gurunya
Kau bagiannya.
2017
JALINAN HIPERREALITAS
Laksana tidak bermakna aku mendengar suaramu
Wajarahmu begitu rekat dalam diriku
Kalimatmu laksana kau kirimkan pada jemarimu
Sudut pemikiranmu laksana berada pada ujung jemariku
Bersama jemariku aku mendengar suaramu
Pendengaran yang ganjil, karena aku seorang yang mendengar
Intonasi, tekanan suara, dan karakter suaramu
Telah melekat dalam diriku, malah bahkan kutirukan
--tidak! Aku tidak menirukan, tapi waktu mengajakku untuk membunyikan apa yang kudengar
Waktu menuntutku membunyikan apa yang kudengar dari telingaku
Waktu mengajakku mengenang tiap-tiap kegelontaran katamu
Waktu mengajakku menjadikan diriku seperti dirimu
(lihatlah duniaku, lihatlah kesibukaanku
Menjalin realitas, melampaui realitas
Berenang dalam dunia yang ramai dan riuh
Dunia yang sarat jaringan, yang belebel
Kembali kepada-Nya, itulah tujuan)
Kenapa juga aku harus mendengar sungguh suaramu
Berkas-berkas suaramu terngiang sungguh dalam diriku
Kenapa juga aku harus menantikan nasihatmu
Berkas-berkas kalimat ringkasmu menujunkan esensi nasihatmu
Jika waktu mengizinkan aku berjumpa denganmu
Mengapa juga aku menolak itu
Jika waktu mengizinkan aku bersama denganmu
Mengapa juga aku menyangkal itu
Jika waktu menghelak dan menolak perjumpaan denganmu
Di sinilah aku berjumpa denganmu
Dengan rangkain kata-kataku
Meluncurkan berkas-berkas pemikiranmu
Yang bersemayam dalam diriku
Lewat jari-jemariku
Yang kemudian mengajariku
Dengan cara, kerajinanku mencarimu
Dalam deretan kata-kata
Yang kutuangkan, yang itu adalah buah dari pikiranmu
Lewat jari-jemariku mewujudkan kata-kata
Di sinilah perjumapaanku, bersamamu.
2017
KENYATAAN
Jika kau bertanya tentang kenyataanku
Jawabku, buruk.
Jika kau bertanya tentang keilmuan yang menjadi fokusku
Jawabku, buruk
Jika kau bertanya tentang kecintaan-manusiawiku
Jawabku, buruk
Jika kau bertanya tentang jalinan sosialku
Jawabku, buruk
Jika kau bertanya tentang hubungan dengan guruku
Jawabku, buruk.
Jika kau bertanya tentang gerak-gerik hatiku
Atau tentang apa yang melanda diriku
Dan apa yang menjadi focus keilmuanku
Dan apa sesungguhnya kecintaan-manusiawiku
Jawabku, kenapa engkau harus bertanya tentang itu kepadaku
Aku mau paham sungguh arah pertanyaanmu:
Engkaukah hendak menolong, atau engkaukah hendak mencaci
Sebab pertanyaanmu sungguh meragukan diriku tentang tujuanmu kepadaku
Jangan-jangan engkau hendak mencari dirimu di dalam diriku
Jika pertanyaanmu ikhlas, maka kulerai apa yang kau maksudkan:
Hatiku memang tenang dan diam, dan sayang, belum benar-benar tenang dan diam
Sebab jasadku masih dipontang-pantingkan tentang kenyataan
Tapi apakah hal itu adalah masalah saat kenyataanku buruk, toh ini tentang ketentuan-Nya
Keilmuanmu memang acak dan gradual, laksana keserakahan terhadap keilmuan
Tapi ada focus utama dalam keilmuanku, yakni tentang hati atau perlawanan diri guna menemukan kedirian
Dan kecintaan-manusiawiku tentu selayaknya watak-watak manusia, yang telah diurai dalam basic psikologi
Ada hasrat, ada keinginan, diserang godaan, terserap nilai gemerlap dunia, di ajak menunjukan keakuan,
Laksana digiring guna ‘keindividuan’, laksana diicar untuk mewujudkan ‘keakuan’
Jika itu yang kau rasakan—tentu, karena aku pun adalah bagian dari manusia.
Dan jika kau bertanya tentang kenyataanku, tentang ekonomiku, tentang jalinan-sosialku, tentang jalinan-guruku, tentang segala hal yang berkaitan dengan kenytaan.
Jawabku, buruk!
Jika kau gulirkan pertanyaan, “Kenapa tidak kau urusi kenyataanmu dan kau malah bersibuk dalam dunia-lintas-nyata; dunia kata-kata, mengirim puisi, atau mengungkapkan hatimu?”
Jawabku, sekali pun buruk, tidakkah aku mengurusi kenyataanku?
Sekali pun buruk, tidakkah aku hidup dalam kenyataan?
Jika pun puisi, kata-kata, atau pengungkapan hati; tidakkah aku hidup dalam kenyataan?
Kau pikir aku bukan layaknya manusia, yang mempunyai karakter layaknya manusia?
Kau pikir aku adalah sesuatu yang tak nyata, yang hidup bergentayangan kata-kata?
Kau pikir aku adalah sesuatu yang khayalan, tanpa mengembelkan kenyataan?
Jawabku, aku pun manusia, seperti yang lainnya
Jika aku mampu dan lebat berkata-kata
Tentu ini sebuah karunia
Yang memang harusnya aku terima
Karena memang begitulah kemanusiaanku
Begitulah jalinan-waktuku
Mengajakku untuk berkata-kata
2017
Belum ada Komentar untuk "PUISI-PUISI HIDAYAT TF"
Posting Komentar