PUISI-PUISI HIDAYAT TF







JIKA ADA YANG BERTANYA, “KENAPA DIA DATANG KEPADAMU?”




Jika ada yang bertanya, “Apa yang menjadikanmu datang kepadanya?”

Jawabku, aku adalah pasien yang meminta obat darinya

Jika kau mengejar dengan tanya, “Alasan apa kau mengaku pasiennya?”

Jawabku, karena aku pernah dioperasi oleh dirinya

Jika katamu, “Apa yang kau maksud dengan operasi?”

Jawabku, memangnya hanya dokter yang mempunyai diksi operasi?



Setiap murid harusnya mengaku bahwa dirinya adalah pasien

Setiap murid harusnya yakin bahwa dirinya adalah gudang penyakit

Mendederkan tentang keluh-kesahnya dan jangan sombong terhadap dirinya

Jangan sombong laksana mampu mengobati luka di dalam dirinya

Jangan lagak sok menjelma dokter padalah belum periksa

Jangan lagak sok sehat padahal belum masuk dalam sangkar-gurunya

yang kemudian akan diawasi dengan jeli dan penuh perhatian



Saat sayapnya mulai kokoh

Saat cengkraman kakinya menguat

Disanalah, sang guru siap melepaskan

Anak-muridnya terbang

Mengarungi udara dan mematai pohon

Menjumpai rimba belantara perhewanan

Melintasi kehidupan demi kehidupan



Di sanalah murid bersinggah

Menjumpai masalah yang agak sama

Di sanalah murid menjelma bayang gurunya

Berkata dan berperilaku layaknya gurunya

Sebab bagi si murid guru adalah cerminnya

Guru adalah cermin utama yang siap menerobos ke guru lainnya



Maka dilatiklah si murid menjelma guru

Saat ada sosok yang itu menyerupai dirinya

Saat ada sosok yang menyerupai lika-liku pemikirannya

Di sinilah sayap murid mengembang dan mengokohkan cengkramannya



Jika ada yang bertanya, “Kenapa dia datang kepadamu?”

Jawabmu, karena dia memang harus datang kepadamu.

Jika ada yang bertanya, “kenapa dia harus datang kepadamu?”

Jawabmu, karena dia memang harus datang kepadaku.



2017





DOKTER



Kalau dia sakit, akankah kau mendatanginya

Sakit? Dalam kamus-pemikiranku, dia tidak pernah sakit

Akulah pasiennya, dia dokternya

Akulah yang didera sakit, yang kutahu dia senantiasa sehat



Katamu, kalau dia sakit, akankah kau mendatanginya

Jangankah sakit, tanpa sakit pun aku ingin datang kepadanya

Namun dalam-kamusku, dia tidak pernah sakit

Akulah pasiennya, dan dia dokternya.



Katamu, jika dia benar-benar sakit, dan sakit yang sungguh; apa katamu?

Kataku, aku si pasien, telah dirujuk kepada dokter lainnya



2017



PASIEN



Aku tidak memilih siapa yang bakal menyembuhkan luka dalam diriku

Aku tidak memilih ruang yang bakal kuambrukkan tubuhku

Tidak memilih hiasan-hiasan dalam ruang yang tersedia oleh mataku

Tidak memilih siapa-siapa yang mengunjungi kelukaanku

Aku adalah jasad yang berpasrah dengan kelukaanku

Adalah ruh yang berpasrah kepada tuhanku



Adalah diri yang ‘wajib’ menelan obat anjuran dokter

Adalah diri yang ‘berharap’ sembuh dari kelukaanku



Aku tidak memilih luka yang mendarat diriku

Tidak memilih dokter yang datang kepadaku



Aku adalah pasien, yang dirawat dalam ruangan cinta

ruang yang berharap selamat dan bahagia

ruang yang berhambur doa



Dan bersamama ‘lukaku’

Aku hanya mampu;

Sibuk bersama diriku

Berdialog merajut waktu

Atau menjalin-waktu

Pada session keberadaan

Aku bersama keakuanku



2017





MENAMPAKAN KEAKUAN




Aku adalah satu diantara mereka yang memunculkan keakuannya

Adalah satu diantara mereka yang menyurahkan rasa kepada gurunya

Adalah satu diantara sepersekian yang membongkarkan kedirian

Adalah satu diantara sepersekian yang menyurahkan keakuan



2017



Ikatan Murid dan Guru




Banyak murid yang mengikatkan diri kepada gurunya,

Aku bagiannya

Banyak murid yang membayangkan wajah gurunya,

Aku bagiannya



Jika kau bertanya, sejak kapan kau membayangkan wajahnya?

Jawabku, sejak kalimatnya mengerat dalam pikiranku.

Jika kau mendesak, sejak kapan kalimatnya mengerat dalam pikiranmu?

Jawabku, sejak akhir pertemuanku dengannya.

Jika kau bertanya, apakah dengan kalimat itu, kau merasa layak mengikat kepadanya?

Jawabku, karena dengan kalimat itu perlahan-lahan aku direkatkan dengan dirinya, lalu kukatakan:



Ada murid yang mengikatkan diri kepada gurunya,

Aku bagiannya, yang membawanya ke desa

Lalu berjumpa dengan guru desa dan berkata:

Ada murid yang mengikatkan diri kepada gurunya

Aku bagiannya

Banyak murid yang membayangkan wajah gurunya

Aku bagiannya



Aku datang kepadamu, sambil menawarkan berkas guruku yang merasuk dalam diriku

Supaya kau menjalin kepada guruku dan aku menjadi muridmu

Supaya kutahu masalah yang menimpa tentang umatmu

Selera apa yang dibutuhi umat di zaman sekarang ini,

Bisa jadi, kelak, aku yang meneruskanmu



Dan aku datang kepdamu sambil menawarkan berkas guruku yang mempunyai guru

Supaya tepuk kepada gurumu

Dan aku adalah muridmu, lalu kau berkata:

Ada murid yang mengikatkan diri kepada gurunya

Kau bagiannya

Banyak murid yang membayangkan wajah gurunya

Kau bagiannya.



2017



JALINAN HIPERREALITAS

Laksana tidak bermakna aku mendengar suaramu

Wajarahmu begitu rekat dalam diriku

Kalimatmu laksana kau kirimkan pada jemarimu

Sudut pemikiranmu laksana berada pada ujung jemariku

Bersama jemariku aku mendengar suaramu

Pendengaran yang ganjil, karena aku seorang yang mendengar

Intonasi, tekanan suara, dan karakter suaramu

Telah melekat dalam diriku, malah bahkan kutirukan

--tidak! Aku tidak menirukan, tapi waktu mengajakku untuk membunyikan apa yang kudengar

Waktu menuntutku membunyikan apa yang kudengar dari telingaku

Waktu mengajakku mengenang tiap-tiap kegelontaran katamu

Waktu mengajakku menjadikan diriku seperti dirimu



(lihatlah duniaku, lihatlah kesibukaanku

Menjalin realitas, melampaui realitas

Berenang dalam dunia yang ramai dan riuh

Dunia yang sarat jaringan, yang belebel

Kembali kepada-Nya, itulah tujuan)



Kenapa juga aku harus mendengar sungguh suaramu

Berkas-berkas suaramu terngiang sungguh dalam diriku

Kenapa juga aku harus menantikan nasihatmu

Berkas-berkas kalimat ringkasmu menujunkan esensi nasihatmu



Jika waktu mengizinkan aku berjumpa denganmu

Mengapa juga aku menolak itu

Jika waktu mengizinkan aku bersama denganmu

Mengapa juga aku menyangkal itu



Jika waktu menghelak dan menolak perjumpaan denganmu

Di sinilah aku berjumpa denganmu

Dengan rangkain kata-kataku

Meluncurkan berkas-berkas pemikiranmu

Yang bersemayam dalam diriku

Lewat jari-jemariku

Yang kemudian mengajariku

Dengan cara, kerajinanku mencarimu

Dalam deretan kata-kata

Yang kutuangkan, yang itu adalah buah dari pikiranmu

Lewat jari-jemariku mewujudkan kata-kata

Di sinilah perjumapaanku, bersamamu.



2017


KENYATAAN


Jika kau bertanya tentang kenyataanku

Jawabku, buruk.

Jika kau bertanya tentang keilmuan yang menjadi fokusku

Jawabku, buruk

Jika kau bertanya tentang kecintaan-manusiawiku

Jawabku, buruk

Jika kau bertanya tentang jalinan sosialku

Jawabku, buruk

Jika kau bertanya tentang hubungan dengan guruku

Jawabku, buruk.



Jika kau bertanya tentang gerak-gerik hatiku

Atau tentang apa yang melanda diriku

Dan apa yang menjadi focus keilmuanku

Dan apa sesungguhnya kecintaan-manusiawiku

Jawabku, kenapa engkau harus bertanya tentang itu kepadaku

Aku mau paham sungguh arah pertanyaanmu:

Engkaukah hendak menolong, atau engkaukah hendak mencaci



Sebab pertanyaanmu sungguh meragukan diriku tentang tujuanmu kepadaku

Jangan-jangan engkau hendak mencari dirimu di dalam diriku



Jika pertanyaanmu ikhlas, maka kulerai apa yang kau maksudkan:

Hatiku memang tenang dan diam, dan sayang, belum benar-benar tenang dan diam

Sebab jasadku masih dipontang-pantingkan tentang kenyataan

Tapi apakah hal itu adalah masalah saat kenyataanku buruk, toh ini tentang ketentuan-Nya

Keilmuanmu memang acak dan gradual, laksana keserakahan terhadap keilmuan

Tapi ada focus utama dalam keilmuanku, yakni tentang hati atau perlawanan diri guna menemukan kedirian

Dan kecintaan-manusiawiku tentu selayaknya watak-watak manusia, yang telah diurai dalam basic psikologi

Ada hasrat, ada keinginan, diserang godaan, terserap nilai gemerlap dunia, di ajak menunjukan keakuan,

Laksana digiring guna ‘keindividuan’, laksana diicar untuk mewujudkan ‘keakuan’

Jika itu yang kau rasakan—tentu, karena aku pun adalah bagian dari manusia.



Dan jika kau bertanya tentang kenyataanku, tentang ekonomiku, tentang jalinan-sosialku, tentang jalinan-guruku, tentang segala hal yang berkaitan dengan kenytaan.

Jawabku, buruk!

Jika kau gulirkan pertanyaan, “Kenapa tidak kau urusi kenyataanmu dan kau malah bersibuk dalam dunia-lintas-nyata; dunia kata-kata, mengirim puisi, atau mengungkapkan hatimu?”

Jawabku, sekali pun buruk, tidakkah aku mengurusi kenyataanku?

Sekali pun buruk, tidakkah aku hidup dalam kenyataan?

Jika pun puisi, kata-kata, atau pengungkapan hati; tidakkah aku hidup dalam kenyataan?

Kau pikir aku bukan layaknya manusia, yang mempunyai karakter layaknya manusia?

Kau pikir aku adalah sesuatu yang tak nyata, yang hidup bergentayangan kata-kata?

Kau pikir aku adalah sesuatu yang khayalan, tanpa mengembelkan kenyataan?

Jawabku, aku pun manusia, seperti yang lainnya

Jika aku mampu dan lebat berkata-kata

Tentu ini sebuah karunia

Yang memang harusnya aku terima

Karena memang begitulah kemanusiaanku

Begitulah jalinan-waktuku

Mengajakku untuk berkata-kata

2017

Belum ada Komentar untuk "PUISI-PUISI HIDAYAT TF"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel