NGAJI MABADI FIKIH: I’TIDAL—Mari Diingat tentang ‘Makna’ dari Bacaan Kita.





Apa yang dibaca dalam I’tidal?

Bacalah—yang artinya—Allah mendengar orang yang memuji-Nya, Ya Tuhan kami, kepada-Mu seluruh pujian, seluruh langit dan seluruh bumi, dan seluruh perkara yang Engkau kehendaki pada luruhan langin dan bumi.


Pada zaman canggih ini, untuk mengetahui makna dari lafat I’tidal, kalau mau maka dengan cepat diketahui tentang ‘maknanya’: bila perlu dilerai dari kata per kata, yang pasti, lafatnya begitu—menyerahkan seluruhnya kepada-Nya, Allah. Bahasa gampangnya, pokoknya apa-apa yang ada di semesta raya pujian dikembalikan kepada-Mu dan itu untuk-Mu. Tapi kita tidak bisa mengampangkan hal tersebut, shalat harus menggunakan bahasa arab, tidak bisa diwakilkan, begitu ya begitu; oleh karenanya, penting untuk belajar bahasa arab, khususnya, bahasa shalat, ini yang penting—kalau membicarakan yang penting: maka pokoknya bahasa arab, bagi umat islam adalah penting. Bahasa arab yang seperti apa? Yakni bahasa fusho, yakni bahasa kitab.

Sekarang, bahasa arab telah bergeser ada bahasa kitab ada bahasa sehari-hari.

Dahulu kala, di masa kanjeng nabi, orang shalat itu laksana orang yang berdiri dan itu berbicara. Kita berdiri, rukuk, sujud, itu laksana ‘ngomong’. Laksana bicara. Laksana memuji. Oleh karenanya, definisi Illah, atau Allah, itu telah ada sejak dulu, karena memang untuk makna itu sangat berkaitan erat dengan sejarah, terlebih lagi, agama itu turun temurun. Artinya, dari masa ke masa, yang disempurnakan sekaligus ‘agama’ telah sempurna.

apakah berarti tatkala agama telah sempurna tidak ada pembaruan?

Jawabku, sempurna dalam arti apa dulu! Sempurna dalam status keagamaannya. Begitu.

Soal itu, sudah, jangan diperpanjang dan dipusingkan, sekarang, yang terpenting, bagaimana kita menjalankan dan mempertahankan diri untuk mejalankan agama yang sempurna tersebut? dan kita, kadang, sering mengabaikan bahwasanya agama telah sempurna, namun lalai dengan perintah-Nya.

Saran saya, ayo, tunaikan kembali apa-apa yang diperintahkan agama. Bagi saya, di zaman sekarang, penting dibedakan, mana kepentingan agama dan mana kepentingan Negara. Sebab, zaman sekarang bukanlah zaman seperti dulu. Dulu, mayoritas kerajaan, maka islam pun menjelma kerajaan, dan itu tentu terjadi. Tidak hanya dari kalangan-islam, di nusantara juga begitu. Dulu, masanya kerajaan, ada kerajaan yang menjadi ‘pokok’ dari kerajaan-kerajaan yang lain. Alasannya, karena kekuatan, kesejahteraan, dan kebesaran pengikut.

Sudah, kembali ke kitab.

Ingatlah, Allah itu Maha Mendengar (masihkah kita ragu bahwasanya allah itu maha mendengar? Inilah yang kadang ‘lalai’ di dalam kita, seakan-akan allah itu tidak maha mendengar, padahal kita ‘tahu’ bahwa Allah Maha Mendengar) orang yang memuji-Nya. Ya Allah, Ya Tuhan Kami, (karena kita dalam kuasa-Nya, maka kami adalah seluruhnya orang-orang yang berserah) apa-pun itu yang ada di langit dan bumi menyerahkan pujian kepada-Mu, karena kami adalah orang yang berserah kepada-Mu, orang yang pasrah kepada-Mu, kami termasuk orang yang menyerahkan diri; dan seluruh pujian yang kami terima, dikembalikan kepada-Mu.

Berarti, kalau kita benar-benar memaknai tentang apa yang kita baca, sungguh manusia adalah mahluk yang harus menerima, kita harus menerima, dan pujian-pujian yang mendarat kepada kita: misalnya, kita di puji taat, kita memuji orang itu sholeh, kita di puji baik, kita memuji orang itu baik, kita melihat itu takjub, indah, dan itu semua, pujian-pujian itu dikembalikan kepada yang menguasai alam semesta, dialah Allah.

Oleh karenanya, ayo sekali lagi, maknai sekali lagi tentang apa yang telah kita ketahui, kalau tidak tahu, dan belum menangkap maknanya, maka belajarlah untuk menangkap maknanya, diserapkan dalam pemikiran, di sambungkan dengan pengetahuan-pengetahuan kita. Begitu.

Allahumma a’inna dzirika wa syukrika wa husni ‘ibadatik. Rabbana la tuzigh qulu bana ba’da idhadaitana wahablana miladunka rahmah innaka antal wahabb. Amin.







Belum ada Komentar untuk " NGAJI MABADI FIKIH: I’TIDAL—Mari Diingat tentang ‘Makna’ dari Bacaan Kita."

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel