Nasihat Kembalikan Pada-Nya








Abaikanlah sesuatu yang memberatkanmu, FiK, janganlah engkau berharap lebih terhadap sesuatu tersebut, tetaplah kencangkan ‘pasrah’ kepada-Nya, yakinlah dengan takdir-Nya: ketahuilah, segala sesuatu yang menjadikanmu payah adalah tentang sesuatu yang sebenarnya tidak terjangkau, maka janganlah dipungut dan dipasang dalam akalmu, bila pun ia masih bergentayangan, biarkan, toh itu bukan harapan puncakmu, harapanmu tetap kepada-Nya, yang menguasai seluruh semesta, yang tidak bisa diterka dengan kata-kata, atau jangkauan indera. Percayalah bahwa apapun itu kembali pada-Nya, seluruh puji-pujian kembali pada-Nya dan dia telah menseting seluruh-Nya dengan rapi lagi terencana.

Ingatlah, yang bukan dalam jangkauanmu, atau sesuatu yang berada di dalam pikiranmu, itu adalah ide-ide yang belum teridekan, kalau engkau tergoda akan hal itu, katakana: wajar. Engkau adalah manusia, tergoda adalah sesuatu yang wajar, namun tetapkanlah bahwa yang engkau harapkan bukan tentang godaan yang menderamu, tetaplah kuatkan yakinmu, bahwa semua akan kembali kepada-Nya.

Pakailah diksi ini: inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Tentang diksi pengembalian, apa-pun yang bersarang dalam panca-inderamu atau tangkapan realitasmu, kalau engkau merasa menderita, atau tertekan, kembalikan pada-Nya, ingatlah semua adalah milik-Nya. Sungguh, sebenarnya untuk mempercayai-Nya adalah mudah, hanya saja orang benar-benar tidak mau menerapkan yang dipercayainya.

Sungguh dengan keberadaan fikih adalah tatanan untuk seluruh-kalangan, seluruh-perusiaan, dan engkau telah mengetahui, bagaimana kalau anak kecil tidak dididik lebih ke arah fikih, maka dia akan mengabaikan teks-teks, padahal realitas masih berkaitan teks-teks. andaikata anak-anak mengabaikan teks-teks, dan tidak dijeret dengan teks-teks keagamaan: bagaimana jalinan waktu pada pemuda-pemuda, maka adalah lepas dari ikatan keagamaan. Jika sekarang anak-anak, atau pemuda, bergaya, menjauhi ranah-ranah keislaman, tapi berada dalam lingkungan islam, pasti suatu saat, atau dalam dirinya, ingin kembali bertaubat, menjadi orang yang baik-baik, menjadi selayaknya manusia pada umumnya, bekerja pada sesuatu yang bersifat halal, bukan tentang perkara yang haram. Apakah mereka mengerti bahwa yang mereka kerjakan adalah sesuatu yang haram? Mereka mengerti! Apakah mereka mengerti mana pekerjaan yang halal? Mereka mengerti. Hanya saja, baginya, sekarang, terkurung dalam situasi keharaman. Maka sungguh, tidak beruntung dia.

Dan kamu, tetaplah sibuk dengan fikihmu, jika engkau tergoda akan sesuatu, wajarlah, engkau itu manusia, biarlah ‘sesuatu’ itu meresap dalam dirimu, dan engkau harus tetap konsentrasi pada tujuanmu: yakni siap-siap kembali pada-Nya, dengan mendayakan diri, menyiapkan bekal menuju kepada-Nya.

Tetap sibukkan dirimu dengan kefikihan, kalau engkau telah lanyah, segeralah beranjak ke tingkat selanjutnya, selanjutnya dan selanjutnya: sungguh di zaman postmodern, tekanan pengetahuan menderas kencang, tekanan pengetahuan laksana angin-kesempurnaan, apalagi tentang islam: seakan-akan semua telah sempurna: kita menerima islam secara penuh, secara keseluruhan, padahal ‘masuknya’ ilmu pengetahuan di dalam diri kita tidak secepat zaman postmodern, oleh karenanya, tetaplah focus pada apa yang engkau kerjakan: jika orang mengatakan idealis, terimalah dengan sabar. Jika orang mengejekmu dengan apa yang engkau pertahankan, terimalah dengan sabar dan tetaplah engkau mengerjakan: sungguh, pada akhirnya yang ‘berahli’ itulah yang digunakan.

Tokoh-tokoh atau ulama itu banyak, dan dari macam banyaknya mempunyai ‘spesifikasi-spesifikasi’ tertentu pada bidangnya; namun secara keseluruhan, mereka tetap pada dua konsen utama garapan islam: yakni al-quran dan sunah. Itulah segala sumber pengetahuan dari islam secara objektif, Fik.

Aku tidak mengajurkanmu lebih dalam terhadap al-quran dan sunaah, berjalanlah selayaknya kemampuanmu; aku tidak memaksamu lebih kencang terhadap keduanya, yang terpenting adalah selamatkanlah pemikiramu di dalam pikiranmu. Jangan jadikan ‘terombang-ambing’ oleh kenangan atau gambaran yang mengeruhkan pola-pemikiranmu. Dan jangan lupakan tentang Allah, itu saja.

Segeralah diterapkan: Sungguh! Segala sesuatu kembali kepada Allah!

Belum ada Komentar untuk "Nasihat Kembalikan Pada-Nya "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel