NASIHAT DUNIA HIPERREALITAS









Taufik, tenanglah, tetap tenanglah dalam dunia yang telah menjelma hiperrealitas, yakni keadaan yang melampaui realitas, yakni manusia mulai sibuk pada internet, jaringan dan pernak-pernik teknologi, ingatlah bukankah jalinanmu denganku layaknya dunia hiperrealitas, yakni melampui kenyataan yang sesungguhnya? Bukankah engkau sekarang tidak bersama denganku secara kenyataan, engkau tidak bertatap wajahku secara nyata, yang mana engkau melihat kerat-kerut wajahku, tentang sorotan mataku, tentang kerlinganan mataku; bukankah ini juga termasuk dunia-hiperrealitas? Kenapa engkau harus risau dengan dunia internet, dunia jaringan, dunia iklan, dunia media, dunia dalam cengkraman media; sungguh, tidak perlu dicemaskan tentang hal tersebut.

Hal tersebut memang harus ada dan memang telah ada, kita tidak bisa menyangkal, Taufik. Kita tidak bisa menyangkal kehadiran dunia yang bertabur-tabur itu; jika masalahmu adalah bagaimana dengan akhlak anak-anak pada zaman yang mulai terang-terangan dan blak-blakan, ingatlah kamu itu manusia, kamu bukan Tuhan, kamu bukanlah yang merencanakan tentang kehidupan, kamu bukanlah ‘penguasa’ atas jalannya kehidupan.

Oleh karenanya, engkau harus tancap dan kencangkan kesibukanmu; sibukkan dirimu, sekali lagi, lebih dalam dalam duniamu, jika orang tidak menyukai atau menuruti tentang duniam—tidak ada. Yang pasti, selamatkanlah dirimu dari lahapan api-neraka: bukankah engkau percaya bahwa neraka itu ada, dan akhirat itu sangatlah nyata?

Jika orang-orang melakukan sesuatu yang melampaui batas kemanusiaan; kenanglah, manusia memang sering melampaui batas.

Jika orang-orang lalai dalam agama, ingatlah, tugasmu adalah menyampaikan, sekedar itu Taufik. Tugasmu tentang agama adalah memperingati, menyampaikan kabar gembira buat orang muslim, yang pasti jangan memaksakan diri mereka melakukan apa yang telah kamu lakukan.

Engkau harus sibuk dalam kesibukanmu.

Engkau harus selamat dalam keselamatanmu.

Engkau harus mengurusi tentang keduniaanmu.

Engkau harus mengurusi tentang keagamaanmu.

Engkau harus mengurusi tentang kenyataanmu, yakni tetap tenanglah dengan apa-apa yang menugrub pemikiranmu; ingatlah tiap-tiap manusia mempunyai batas pemikirannya masing-masing.

Tiap-tiap manusia mempunyai daya masing-masing.

Tiap-tiap manusia bertujuan untuk menyelamatkan ‘dunianya.’

Tiap-tiap manusia berusaha untuk membahagiakan hatinya.

Dan kau, kau penting membahagiakan dirimu, engkau penting membahagiakan pemikiranmu, engkau penting menyelamatkan dirimu.

Jangan biarkan, terkaman dunia-hiperrealitas umum merasuki ketenangan hatimu, dan mengumuhi tentang keimananmu, tetap paculah keilmuan-islam, sungguh engkau benar-benar digiring untuk mengerti islam, untuk memahami islam; sungguh, masih banyak pengetahuan islam yang penting engkau ketahui, masih banyak ‘bumbu-bumbu’ yang penting engkau kumpulkan.

Buatlah pundi-pundi pengetahuanmu, lanyahkan tentang perfikihanmu, lanyahkan tentang keal-qurananmu, dan jangan lupa tentang filsafatmu; pakailah fisafat untuk melihat bagaimana dunia ini, bagaimana jalinan kedunia yang terjadi sekarang ini, tujuannya, guna menyejukkan hatimu, mentidakkejutkan pemikiranmu.

Jika engkau tertekan dengan apa yang terjadi, kataku, wajar.

Jika engkau terkejut dengan efek-efek real hipperealitas, kataku, wajar.

Kamu terkejut karena kamu belum-belum paham dengan jalinan-hiperealitas! Tapi sekarang, engkau telah paham, bahwa hubungan kita adalah termasuk tanda dari hipper-realitas, tanda dari transkomunikasi; perbedaan terangnya, jika real hipperealitas, adalah tentang objek-objek yang dapat dibuktikan secara objektif, hubungan kita adalah sarat dengan nilai-nilai subjektif. Titik bedanya ada pada obejektif dan subjektif.

Oleh karenanya, tenanglah, dunia-hiperrealitas memang terjadi, dan harus terjadi, orang-orang sibuk dengan internet, jaringan, komunikasi maya, dunia-maya, adalah wajar dan pasti; sekarang, apa yang membuatmu gaduh? Apa yang membuatmu resah? Apa yang membuatmu gelisah? Jawabannya, karena pemikiranmu gaduh, karena pemikiranmu resah, karena dirimu gelisah.

Akhir kata, terimalah dunia yang memang begini adanya. Ingat, kamu percaya Allahlah yang merencanakan kehidupan; mengapa kamu resah? Jangan, Taufik. Maka, sekali lagi, tancapkan ‘keimananmu’ pada Allah. sekali lagi, lebih kokoh, yakin: Allah Maha Kuasa.

2017

Belum ada Komentar untuk "NASIHAT DUNIA HIPERREALITAS"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel